Bagian ketiga belas

188 40 23
                                    

Umji membuka matanya secara perlahan dan bisa melihat seseorang memakai jas putih sedang menatapnya.

"Wahh anda sudah sadar? Itu berita bagus. Kondisimu sekarang baik-baik saja walau harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari–tapi akan lebih cepat pulang ke rumah jika kau istirahat dan makan secara teratur."
Ucap orang berjas putih itu dengan senyum manisnya–yang kemungkinan itu adalah dokter.

"Dokter...."

"Iya?"

"Bagaimana keadaan yang lain?"

"Ooh maksudmu teman-temanmu bukan? Mereka juga dalam kondisi baik walau lukanya cukup parah kecuali pasien yang bernama Sunoo–dia masih belum sadar. Pasien Ni-Ki juga sebenarnya sempat collapse selama dua hari tapi sekarang dia jauh lebih baik."

"Itu dia sedang menemanimu–dia tertidur, mungkin kelelahan."

Dokter menoleh ke arah Ni-Ki yang tertidur di sofa dalam posisi duduk dengan jaket hitam yang membalut tubuhnya.

Umji tau kalau Ni-Ki hanya menutup matanya–tidak tidur. Vampire tidak bisa tidur bukan?

"Baiklah, sebentar lagi makan malam akan datang. Kalau begitu saya pamit dulu."

"Terima kasih dok."

"Sama-sama."

Setelah dokter pergi dari ruangan ini, Ni-Ki membuka matanya sedikit untuk memastikan apa dokter sudah benar-benar pergi atau belum.

"Lo gak papa kan?"
Tanya Ni-Ki sambil berdiri dari sofa.

"Gak papa, kamu?"

"Gue juga gak papa."

"Terus mana yang lain?"

"Hahh...."

Ni-Ki menghela nafas pelan dengan raut tidak mengenakkan dan membuat Umji overthinking–apa sesuatu yang buruk kembali terjadi?

"Mereka pergi cari obat untuk Sunoo."

"Sunoo?"

"Hmm....Sunoo gak bisa berada di air lebih dari tiga menit–atau akan berakibat seperti sekarang. Suhu tubuhnya naik seperti terbakar dan nafsunya pada sebagai vampire jauh lebih tinggi–jadi lebih baik lo jangan berdekatan dengan Sunoo dulu. Ini untuk keselamatan lo sendiri."

Deg!

"Apa ini salahku?"
Tanya Umji pelan dan membuat Ni-Ki menggeleng.

"Bukan–gak ada yang salah, kalian berdua saling berkorban untuk perjalanan kita."
Jawab Ni-Ki tenang.

Walau Ni-Ki sudah bilang seperti itu, dirinya tetap merasa bersalah dan gelisah. Harusnya dia bisa naik sendiri ke tepi–bukan malah menyusahkan Sunoo untuk menyelamatkannya.

"Aku memang menyusahkan mereka. Semua akan celaka jika berdekatan denganku."

"Heh! Jangan bilang kek gitu! Itu gak bener ji."
Tegur Ni-Ki yang bisa membaca isi hati Umji barusan.

"Benarkah?"
Lirih Umji sambil menunduk.

"Iya! Lo dan Eunha itu istimewa–memang harus dijaga secara ketat supaya gak luka atau lecet, tapi errrr....kami sedikit gagal. Kita terpecah belah–gak papa pasti nanti bisa bersatu lagi. Percaya sama gue."
Balas Ni-Ki memberi semangat kepada Umji.

We Are Different From The Others Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang