Tidak perlu lama di rumah sakit. Dokter bilang kondisi Kirana baik-baik saja, hanya sedikit lelah. Maka dari itu, kini ia sudah berada di dalam kamar.
Ia tidur terlentang sambil menatap langit-langit kamar dalam keremangan cahaya.
"Kiara?" Panggilan dari Saka.
Lelaki itu masuk ke dalam kamar sambil membawa sebuah mug. Asap mengepul di atasnya, pertanda isi mug tersebut panas.
"Ini air hangat buat kamu minum."
Saka meletakkan mug tersebut di nakas samping tempat tidur. Kemudian lelaki itu duduk di tepi ranjang.
"Nggak ada air dingin apa?" Tanya Kirana.
Well, Kirana jauh lebih suka minum air es. Segar.
"Tapi kamu kan lagi nggak enak badan. Suhu badan kamu juga agak hangat. Biasanya kalau begini kamu selalu minum air hangat biar lebih nyaman." Jelas lelaki itu.
Tuh kan, Kirana sungguh bertolak belakang dengan Kiara.
Wanita itu kemudian tidur miring membelakangi Saka. Ia memang benar lelah. Menurutnya karena ia memang hidup menjadi orang lain. Casing yang ia sebut raga itu bukan miliknya, tidak kompatibel sama sekali dengan dirinya.
Tidak lagi ada suara setelahnya. Sepertinya Saka menyerah, namun sejurus kemudian wanita itu merasakan pelukan dari belakang.
Tangan lelaki itu menyentuh puncak kepalanya, kemudian mengelus lembut Kirana.
Anjir, ini gue dikelonin?
Wanita itu ingin protes. Namun perlakuan begini sangat nyaman. Rasa pusing di kepalanya seketika berkurang.
Kirana hanya bisa mematung dibuatnya.
"Jangan sakit-sakit lagi ya," ujar Saka.
Lelaki itu masih mengelus rambut Kirana. Kemudian...
Brak!
Pintu kamar terbuka lebar. Javas berlari dan naik ke atas kasur. Ia memberi jarak antara tubuh Saka dan Kirana. Bocah itu menempatkan dirinya di tengah-tengah mereka.
Mau tidak mau, Kirana jadi mengubah posisinya agar bisa melihat Javas. Bonus juga melihat Saka yang ia akui sangatlah tampan.
Ya Tuhan, begini lama-lama gue bisa jadi pelakor.
Batin Kirana meronta. Itu sebabnya ia ingin segera kembali menjadi dirinya sendiri. Lama-lama berada di antara Saka dan Javas sungguh tidak baik. Ia bukan Kiara.
"Kenapa sayang?" Tanya Saka pada Javas yang sekarang memeluk Kirana dengan erat.
"Javas mau tidur sama mama. Javas kangen sama mama," jawab anak lima tahun itu.
"Kan tiap hari Javas udah sama mama?" Saka mengelus rambut tebal putranya. "Giliran papa kapan dong bareng mama?"
Seketika tatapan tajam Kirana menghujam Saka. Lelaki itu hanya meringis dan tangannya merangkul Javas dan Kirana sekaligus. Jadi si bocah lima tahun terjepit di antara mereka.
Bukannya risih, anak itu malah meminta papanya berbaring lebih rapat, katanya hangat.
Sementara Kirana sudah menahan risih sejak tadi. Ia merasa pengap.
"Ma," panggil Javas.
"Hmm?"
"Jangan sakit ya, kan Javas jadi kangen."
Bibir Kirana bungkam. Entah ini perasaannya saja atau nyata, Javas bisa merasakan bahwa yang dipeluknya bukanlah benar-benar sang mama. Bocah itu bicara seolah sedang memanggil Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (Complete ✓)
RomanceDalam semalam, dunia Kirana si workaholic berubah. Tiba-tiba identitasnya berbeda dan yang lebih mengejutkan adalah ia menjadi ibu rumah tangga. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada Kirana? Mengapa bisa hidupnya berbeda 180 derajat dari sebelumny...