Kiara & Saka: Bagian 11

1K 82 26
                                    

Bagian 11: Dinamika Keluarga


Gelisah. Itu yang Saka rasakan sekarang. Sudah hampir setengah jam lelaki itu mondar-mandir di depan ruang operasi. 

Tangannya dingin, pertanda cemas berlebih. Jantungnya juga berdebar kencang hingga sayup-sayup ia mendengar suara tangis bayi begitu kencang. 

Apakah itu bayinya?

Saat ini, Kiara memang sedang bertaruh nyawa untuk melahirkan bayi mereka. Setelah dua hari kontraksi, akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan operasi. 

Tidak lama, pintu operasi terbuka. Seorang perawat tersenyum ke arahnya. 

"Selamat, Pak. Bayinya lahir sehat." Lega, begitu yang Saka rasakan. 

Perawat tersebut mempersilakan Saka masuk ke dalam setelah menginstruksikan untuk memakai pakaian operasi. 

Di ruangan penuh petugas medis itu, ada Kiara yang terbaring di meja operasi. Wanita itu menangis haru, dan Saka mendekatinya, ikut menangis. 

"Makasih udah kuat, sayang," kata Saka. 

Seorang dokter kemudian menyerahkan bayi mungil yang masih merah untuk didekap Kiara. Saka ikut memegang tangannya dan merasa takjub bahwa dirinya sekarang adalah seorang ayah. 

"Halo jagoan papa," sapa Saka. 

Kiara sendiri tidak berkata apa-apa. Ia hanya menatap penuh sayang ke arah wajah tampan sang putra. 

"Bisa diazankan sekarang, Pak." Seorang perawat mengangkat bayi mungil itu dari dekapan Kiara. 

Meski masih kaku, Saka berusaha untuk berhati-hati menggendong putranya dan mengumandangkan azan. 

Air mata Kiara mengalir lebih deras. Ia tidak menyangka bahwa hidupnya bisa seindah ini. Selama beberapa bulan tinggal jauh dari keluarga, segalanya terasa tenang. 

"Javas." Saka mengulang panggilan untuk sang bayi.

Seperti keinginannya, Saka memberi nama sang putra seperti nama adiknya. Bahkan, wajah bayi itu sekilas mirip Javas. 

"Ada lesung pipinya!" Kiara berujar bahagia saat bayi lelaki mereka punya lesung di kedua pipinya. 

"Mirip Javas, ada lesung pipinya," tanggap Saka. 

Keluarga kecil yang sedang berbahagia itu sudah berada di kamar perawatan. Mereka bisa dibilang sendiri saja. Amat mandiri untuk ukuran pasangan muda yang menyambut kelahiran anak pertama. 

Tidak ada keluarga lain, sebab jauh. Sebenarnya bunda sudah menawarkan diri untuk datang dan menemani Kiara selama sebulan, tapi Kiara sendiri menolak. Kasihan anak-anak panti kalau ditinggal bunda. 

Dari sisi Saka, tidak ada yang menawarkan diri. Lelaki itu juga tidak mau jika ibu tirinya datang. Nanti, ada saja kesalahan yang ia tunjuk kepada Kiara. 

"Aku udah telpon bapak. Aku kirim fotonya Javas ke Satria sama Purnama juga, biar diliatin ke bapak sama bunda. Mbak Ratna juga nelpon pas kamu masih di ruang operasi." Saka menginformasikan.

Meski jauh, keluarga Kiara masih memperlihatkan perhatian. 

"Aku mau telpon dong," pinta Kiara. 

"Besok aja. Kamu pemulihan dulu." Satu tangan Saka mengelus kepala Kiara yang masih berbaring lemah. Sementara satu tangannya menggendong Javas.

Hanya dalam dua jam saja, lelaki itu sudah terbiasa menggendong anaknya. Bahkan, lelaki itu sangat cekatan ketika mengganti popok Javas. 

Different (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang