19. Let's Find The Truth

12.5K 1.2K 21
                                    

Tatapan mata semua orang di ruang makan tertuju pada Kirana. Satria beranjak dari kursinya menghampiri wanita itu dan mengambil kunci mobil.

"Kok bisa?" Pertanyaan itu persis seperti yang dilontarkan oleh Purnama.

Meski bukan saudara yang berbagi DNA, tapi keluarga Kiara tampak kompak dan hangat.

Respon wanita itu hanya meringis. Ia berpikir untuk membuat alasan.

"Mbak udah nggak trauma? Waktu habis kecelakaan itu aku ingat Mbak Kia nggak mau nyetir lagi." Ucap Satria.

Kirana mendekati Satria. Ia berbisik, "kamu tau aku agak lupa gitu kan?"

"Tapi apa hubungannya? Mbak kecelakaan sampai gegar otak terus amnesia sama bisa bawa mobil?"

Balasan Satria tidak dengan berbisik. Lelaki itu malah bicara lantang, sehingga Saka juga Gina, istri Satria bisa mendengar percakapan mereka.

Selain galak, Kirana juga dikenal sangat handal merangkai cerita untuk ngeles. Ini kemampuan penting agar bisa bertahan di kantor. Memperlihatkan diri bagai orang pintar, padahal hanya membicarakan alasan yang terdengar masuk akal.

"Kalian tau kan, ada orang yang habis kecelakaan, gegar otak, terus tiba-tiba bisa ngomong banyak bahasa? Ada juga yang jadi jenius matematika. Nah, aku juga gitu. Tau-tau pinter nyetir." Tuturnya. Kirana bicara dengan sangat meyakinkan.

"Karena aku lupa banyak hal, traumanya otomatis juga. Jadi sekarang aku bisa nyetir. Lagian kenapa bisa trauma sih aku?"

Ini cara wanita itu untuk mencari tahu penyebab trauma yang dialami Kiara.

"Kamu nabrak pohon pakai mobilnya bapak. Untungnya nggak apa-apa, tapi kamu nggak sengaja melindas dua anak kucing." Saka yang menjelaskan.

Heran, tau aja sih nih orang?

Kepala Satria mengangguk, membenarkan penuturan Saka.

"Mbak Kia nangis-nangis dan setelahnya bersumpah nggak mau nyetir lagi. Sampai akhirnya lupa cara buat nyetir. Waktu itu Mbak baru masuk kuliah dan lagi nekat bawa mobil." Sambung Satria.

Kirana kira trauma Kiara akan menyetir itu parah. Ia pikir Kiara pernah terlibat kecelakaan besar dan mengerikan saat ia sedang belajar menyetir.

Ternyata...

Kirana sudah biasa menabrak dan melindas hewan-hewan di jalan. Terutama jalan bebas hambatan. Seringnya sih melindas kadal. Beberapa kali juga menabrak musang saat melintas di malam hari.

Ah, tapi Kiara melindas anak kucing. Pasti sedih sekali. Apalagi anak kucing itu lucu.

"Pokoknya gitulah. Habis kecelakaan, mendadak aku bisa nyetir. Jadi jenius gitu." Tutup Kirana.

"Karena mendadak jenius, kamu terus nyetir tanpa SIM di tengah malam?" Saka menatap Kirana dengan tajam. "Kalau kamu ada apa-apa gimana?"

Sok perhatian.

Kirana mencibir dalam hati. Wanita itu melengos. Ia hanya menatap Satria dan Gina bergantian.

"Maaf ya, nggak lagi-lagi." Ucap wanita itu sebelum masuk ke dalam kamar Kiara.

Jujur ia lelah dan mengantuk. Wanita itu merebahkan dirinya di kasur. Ia memejamkan mata sejenak. Sayang, harus terganggu karena Saka yang datang membuka pintu dan duduk di pinggir kasur.

"Kamu bikin aku khawatir. Kamu bahkan nggak bawa hape," ujar Saka.

Kirana diam saja. Ia memposisikan tubuhnya menjadi miring, membelakangi Saka.

Different (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang