Kirana kembali mendorong tubuh Saka agar pelukannya terlepas. Kemudian pergi menuju kamar. Kembali memeriksa keadaan Javas.
Wanita itu menghela napas. Ia sejujurnya bingung bagaimana cara menghadapi masalah Kiara ini. Terlalu berat untuknya.
Tangan Kirana terulur dan mengelus lembut rambut Javas.
"Kiara, lo nggak kasihan apa sama Javas? Gue juga mau balik ke asal gue. Gue juga kangen sama temen gue." Gumam wanita itu.
Tiba-tiba ia menangis. Menangisi banyak hal, termasuk betapa menyedihkannya hidup Kiara.
Ponsel wanita itu tiba-tiba bergetar. Sebuah panggilan dari Satria. Cepat-cepat ia menghapus air matanya dan menetralkan suara.
"Halo?"
"Mbak, bunda masuk rumah sakit."
Tubuh Kirana membeku. Perasaan khawatir merayapi relung hatinya.
"Aku kesana besok pagi," ucap Kirana.
Wanita itu langsung mengemas beberapa potong pakaian. Tidak lupa pergi ke kamar Javas untuk mengemas baju bocah itu.
Mustahil meninggalkan Javas bersama Saka berdua saja. Kalau nanti tiba-tiba Saka bawa calon ibu tiri, bisa kena mental anak sekecil itu.
"Kamu mau kemana?" Tanya Saka.
Lelaki itu mengikuti langkah Kirana yang mondar-mandir untuk mengemas barang ke dalam tas jinjing untuk bepergian.
"Ke tempat bunda." Jawab wanita itu.
"Untuk apa? Kita harus lurusin kesalahpahaman ini, bukannya kabur," ujar lelaki tersebut.
Helaan napas berat keluar dari mulut Kirana, "aku nggak lari. Tapi bunda sakit."
Kegiatan mengemas kembali berlanjut.
"Kamu sudah ingat kan?" Tanya lelaki itu.
"Maksudnya?"
"Kamu ingat semuanya?"
Kirana berpikir sampai ia mengerti maksud dari Saka.
Tentu saja ia seperti mengingat hal lalu, sebab semalaman membaca buku harian Kiara.
"Iya. Aku lumayan ingat." Balas Kirana. "Jadi jangan halangin aku buat ke bunda."
Lelaki itu diam saja dan membiarkan Kirana menyelesaikan kegiatan mengemas pakaian.
...
Di pagi buta, mobil Saka telah melaju. Kirana duduk di bangku belakang bersama Javas yang masih tertidur. Sementara Saka menyetir layaknya sopir.
"Nanti aku nyusul setelah ngurus cuti," ucap Saka.
"Nggak usah."
Kirana masih dongkol. Ia marah pada Saka yang sudah menyia-nyiakan Kiara.
"Kia, jangan gini dong."
"Emang gue ngapain?" Gumam wanita itu, namun dapat di dengar oleh Saka.
Lelaki itu menghela napas dan memilih fokus menyetir. Ia melihat jalanan lengang menuju bandara dengan mata awas.
Sementara itu Kirana melihat semburat matahari terbit di ufuk timur sana. Menjadikan langit menjadi lebih terang.
"Mama."
Javas terbangun.
"Kita mau kemana?" Tanya bocah itu.
"Kita jenguk..." Ucapan Kirana tersendat. Ia tidak tahu sebutan yang Javas gunakan untuk memanggil bundanya Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (Complete ✓)
RomanceDalam semalam, dunia Kirana si workaholic berubah. Tiba-tiba identitasnya berbeda dan yang lebih mengejutkan adalah ia menjadi ibu rumah tangga. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada Kirana? Mengapa bisa hidupnya berbeda 180 derajat dari sebelumny...