Kirana menggerakkan kaki kirinya yang kini sudah bebas dari gips. Ia juga tidak lagi memerlukan kruk untuk membantunya berjalan.
Senang?
Tentu saja. Pergerakannya bisa jauh lebih lues dari sebelumnya.
Setelah mengucapkan terima kasih pada dokter, wanita itu segera keluar dari ruang praktek.
Tidak lupa, ia memotret kakinya yang tidak lagi dibebat oleh gips, kemudian mengirimkannya pada Kenzo untuk pamer.
"Sekarang gue udah bisa lari-larian," gumam wanita itu, mengeja kalimat yang ia ketik.
Setelah mengirim pesan, ia pun mampir sebentar ke ruang rawat Kiara. Ingin menyapa sekalian pamer pada kembarannya.
"Kia!" Seru Kirana dengan ceria.
Kiara jelas tidak bereaksi. Namun Kirana yakin, kalau saudaranya mendengar seruan nyaringnya.
"Gue udah nggak pakai kruk lagi loh," lanjutnya.
Kirana mendekati kasur tempat Kiara berbaring. Lalu memegang tangannya. Setelah itu menatap sang kembaran.
Telunjuk Kiara bergerak sebagai tanggapan dari ucapan Kirana.
Kriek...
Pintu toilet terbuka. Saka keluar dari sana dan tersenyum kecil melihat Kirana.
"Kaki gue udah sembuh." Wanita itu melanjutkan aksi pamernya.
"Selamat," ucap lelaki itu.
"Oh iya, gue izin bawa Javas nginep ya?" Tanya Kirana pada Saka.
Lelaki itu mengangguk tanda setuju.
Sudah lebih dari dua minggu Kiara terbaring di rumah sakit. Selama itu pula Kirana menunjukkan diri di depan keluarga Kiara sebagai dirinya sendiri. Ia juga mengakrabkan diri dengan Javas yang untungnya langsung paham saat dijelaskan tentang siapa diri Kirana.
Usai meminta izin, Kirana pun pamit. Ia harus kembali ke kantor sebentar sebelum menjemput Javas di rumah eyangnya.
Wanita itu berjalan santai menuju parkiran. Ia sesekali memeriksa ponsel yang berisik akibat banyaknya pesan masuk. Terutama dari Kenzo yang terus mengirim perkembangan dari kasus Sarah.
Ngomong-ngomong, Sarah tidak muncul lagi di hadapan Saka. Apa mungkin karena Saka memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit mengurusi Kiara?
Tapi Saka bilang kalau Sarah tidak pernah menghubunginya sejak dari klinik terakhir kali.
Kirana tersenyum kecil ketika ia menatap layar ponsel. Sebuah pesan dikirim oleh Javas melalui nomor ponsel Purnama.
"Iya, tante jamput nanti," gumam wanita itu sambil mengetik balasan.
Jika sedang sibuk dengan ponselnya, Kirana jadi tidak fokus dengan keadaan sekitar. Ia berjalan menunduk dan...
"Apa-apaan ini?"
Wanita itu meronta saat seorang berperawakan besar menyergap dan memaksanya masuk ke dalam mobil van hitam.
Mulut Kirana pun disumpal oleh kain agar ia tidak berteriak. Tangannya diikat lalu kepalanya diselubungi kain hitam.
"Hmm... hmm...!" Wanita itu meronta.
Bisa ia dengar mesin mobil menyala. Lalu kendaraan itu mulai berjalan.
Menurut perkiraannya, tidak hanya ada satu orang di sana. Sepertinya tiga, termasuk sopir. Satu orang duduk di belakang sambil memegang erat kain hitam yang menutupi seluruh kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (Complete ✓)
RomanceDalam semalam, dunia Kirana si workaholic berubah. Tiba-tiba identitasnya berbeda dan yang lebih mengejutkan adalah ia menjadi ibu rumah tangga. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada Kirana? Mengapa bisa hidupnya berbeda 180 derajat dari sebelumny...