Kiara & Saka: Bagian 6

732 68 27
                                    

Bagian 6: Keputusan Bodoh

Air yang mengalir dari keran dibiarkan begitu saja. Tangan yang seharusnya menggosok permukaan piring kotor terhenti begitu saja. Kiara yang sedang mencuci piring malah melamun. Matanya memang mengarah pada piring yang dipegangnya, tapi pandangan gadis itu kosong. 

"Astaga, Kia!" 

Suara Purnama membuat gadis itu tersadar. 

"Ngelamunin apa sih?" Tanya sang saudara, heran.

Sejak tadi, Purnama sudah melihat tingkah aneh adiknya itu. Namun, ia biarkan sebentar, berharap Kiara sadar dengan sendirinya. 

Dengan cepat, Kiara menyelesaikan pekerjaannya. Lalu, mengelap tangan yang basah dengan handuk lap yang tergantung di dekat wastafel. 

"Nggak ada," elak gadis itu.

Daripada ditanya lebih jauh, ia memilih langsung masuk kamar dan berbaring. 

Pikiran Kiara semakin penuh sejak dua hari lalu ketika Saka melamarnya secara mendadak. Harusnya ia senang karena memang punya rasa, kan?

Namun, tidak. Kiara tahu dirinya hanyalah pengganti. Ia sadar kalau lama-lama Saka hanya menjadikannya pelarian atas segala masalah yang lelaki itu punya. 

Hanya saja, Kiara tidak sanggup untuk menghindar. Terkadang, ia terlalu iba pada sang sahabat. Rasa cintanya juga membuat gadis itu buta. Ia seolah menutup mata akan kenyataan bahwa disini, hanya dirinya yang merana oleh cinta bertepuk sebelah tangan. 

Sejak malam itu, Saka masih aktif menghubunginya. Ia tidak menanyakan jawaban, sekedar tanya kabar dan kesibukan Kiara saja. Tadi sore Saka juga kirim pesan, katanya ia sedang ada dinas ke luar kota sampai minggu depan.

Ah… seharusnya minggu depan itu adalah hari pernikahan Saka. Namun, batal karena Sarah benar-benar menghilang tanpa kabar. 

Sebenarnya, apa sih masalah Saka dan Sarah hingga akhirnya jadi begini? 

Begitulah Kiara bertanya-tanya pada diri sendiri. Jujur, ia tidak berani bertanya pada sang sahabat. Kiara takut pertanyaannya akan membuat Saka semakin terpuruk. 

Selama ini, Kiara hanya tahu bahwa Saka itu mencintai Sarah sampai berani memutuskan untuk menikah di usia yang sebenarnya terbilang cukup muda, baru lulus kuliah. 

Sedang memikirkan Saka, ponsel gadis itu bergetar. Ia segera mengambilnya dan panjang umur, lelaki itu mengirim pesan lagi. 

Saka

Aku beli pembatas buku lucu

buat kamu

Bukannya membalas, Kiara hanya memandangi deretan huruf itu. 

Ini bukan kali pertama Saka membeli sesuatu untuknya ketika pergi ke luar kota. Lelaki itu sudah sering membeli buah tangan khusus untuknya. 

Gadis itu menghela napas. Ia meletakkan ponsel di atas meja belajar. Lalu, kembali rebahan sambil menatap langit-langit kamarnya. 

"Nggak tau deh," gumam gadis itu.

"Mbak!" Panggilan dari luar kembali membuat Kiara bangkit dari posisi rebahan.

"Ada apa, Tria?" 

"Bantuin ngelukis kaos pesanan dong," pinta Satria, sang adik.

Meskipun masih kecil-kecilan, Satria sudah punya usaha sendiri. Mengandalkan kemampuannya dalam melukis, pemuda itu menerima pesanan kaos dan sepatu lukis. 

Akhir-akhir ini, pesanannya cukup banyak. Kiara yang bisa melukis juga sering membantu adiknya. 

"Iya, sebentar." 

Different (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang