"Mama!"
Seruan Javas membuat senyum Kiara merekah lebar. Ia segera berjalan perlahan keluar dapur untuk menyambut Javas yang baru saja pulang sekolah.
"Sepatunya langsung masukin rak yang rapi." Kiara mengingatkan. Ia tidak akan bosan mengulang hal itu agar Javas terbiasa dengan kerapian.
"Habis itu cuci tangan, ganti baju." Lanjutnya.
"Iya mama," ucap anak lelaki berumur lima tahun itu.
Kiara tersenyum hangat. Ia memeluk dan mencium pipi gembul putranya sebelum kembali melanjutkan aktivitas memasak bersama Bi Marni.
Sudah dua bulan sejak Kiara sekeluarga kembali ke Lombok. Ia juga rutin mengikuti terapi, hingga sekarang bisa kembali berjalan meski harus pelan-pelan.
"Besok jadi beli untuk barbeque ya, Bi." Kiara mengingatkan.
Akan ada tamu istimewa yang akan datang, dan Kiara ingin menyambutnya dengan pesta kecil-kecilan.
"Iya, Bu."
Sebenarnya wanita itu ingin sekali pergi berbelanja bersama Bi Marni. Tapi kondisi kakinya belum memungkinkan. Lagipula Saka juga melarangnya pergi-pergi jika tidak dengannya.
Posesif.
Tapi Kiara senang, sebab itu pertanda kalau Saka sangat peduli padanya. Meskipun lelaki itu tidak pernah mengucapkan kata cinta sama sekali.
"Ma."
Javas masuk ke dapur dengan sudah berganti pakaian serta cuci tangan. Siap menyantap makan siang masakan mamanya.
"Tunggu sebentar."
Kiara segera menyajikan ayam goreng tepung dan sayur sop. Lalu membiarkan Javas menyendok nasinya sendiri.
Tidak lama terdengar suara mesin mobil Saka. Lelaki itu kini selalu pulang untuk makan siang di rumah.
"Wah..." Lelaki itu hendak duduk di meja makan, lalu segera dicegah oleh Kiara.
"Cuci tangan dulu." Wanita itu memperingatkan.
Jadi Saka segera ke wastafel dan mencuci tangannya dengan sabun sampai bersih.
Setelah itu duduk di samping Javas dan menerima piring dari Kiara.
Keluarga kecil itu pun makan siang bersama Bi Marni juga. Mereka mendengar cerita Javas di sekolah, juga mendengarkan cerita lucu Bi Marni saat tadi pergi ke pasar.
Suasana rumah yang beberapa waktu lalu itu suram, kini kembali menghangat. Perasaan para penghuninya luar biasa bahagia. Termasuk Bi Marni, yang jelas melihat perubahan sikap dua majikannya.
Tatapan penuh cinta dalam mata mereka tampak jelas.
"Ma, pa, katanya Wira mau punya adik." Cerita Javas.
"Terus?" Tanya Kiara.
"Javas kapan punya?" Todong bocah itu.
Teman-teman Javas di sekolah memang banyak yang punya saudara. Kadang-kadang mereka ikut menjemput sehingga Javas mau tidak mau hanya bisa menahan iri melihat mereka.
Saka tersenyum kecil, "secepatnya."
"Beneran?" Mata bocah itu berbinar penuh harap.
Sementara itu Kiara mengerutkan keningnya.
"Jangan bikin janji kayak gitu," tegur Kiara.
"Makanya kita tepatin janjinya." Sebelah mata Saka mengedip genit. Kiara sampai merinding dibuatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Different (Complete ✓)
RomanceDalam semalam, dunia Kirana si workaholic berubah. Tiba-tiba identitasnya berbeda dan yang lebih mengejutkan adalah ia menjadi ibu rumah tangga. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada Kirana? Mengapa bisa hidupnya berbeda 180 derajat dari sebelumny...