BAB 2

11.6K 819 81
                                    

-Selamat Tidur Jean|BAB 2-

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

“ZAYN”

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

"Udah gak nyeri lagi, kan, dada lo?"

Reinand bertanya pada Jean selagi berjalan ke lantai 3, menuju ruang musik, tempat dimana Zayn, adik Reinand, sering menghabiskan waktu setelah pulang sekolah. Jean tadi sudah makan, laki-laki itu bahkan makan sangat lahap. Masakan Bi Irma memang selezat itu sampai-sampai Jean makan sangat banyak. Setelah dirasa cukup kenyang, Jean segera meminum obat pereda nyeri yang selalu ia bawa dalam kemasan botol kecil. Meminumnya sesuai dosis dari Dokter.

Jean mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Reinand, "iya, udah, lebih mendingan dari pada tadi."

"Bagus, deh."

Pintu terbuka, dentingan piano terdengar di dalam ruangan yang berukuran cukup luas dan pastinya kedap suara. Ada banyak alat musik di dalam ruangan tersebut. Seperti piano, gitar, biola, drum, dan yang lainnya.

Dentingan piano yang tadinya terdengar merdu, langsung berhenti ketika Reinand dan Jean masuk. Zayn menoleh ke arah dua orang tersebut sambil menyunggingkan senyumannya.

Zayn itu murah senyum. Bahkan ketika dia tertimpa masalah, Zayn tidak pernah berlarut-larut dalam masalah tersebut. Katanya, dia tidak bisa mengekspresikan dirinya, selain tersenyum dan tertawa. Terkadang hal itu membuat Reinand, Mama, dan Papa khawatir. Sering kali mereka menyuruh Zayn untuk menangis jika sedang sedih, tidak boleh memendamnya sendirian. Tapi, air mata Zayn itu ibaratkan gurun Sahara, sekuat apapun ia ingin menangis, air matanya tidak akan pernah keluar.

Zayn ingin menangis sekali saja.

"Eh, udah pulang lo?"

"Belum, lagi naik odong-odong," balas Reinand kesal.

Pertanyaan macam apa itu? Jadi sekarang yang ada di hadapannya ini siapa? Makhluk halus? Dasar, Zayn yang aneh.

Sementara Zayn tertawa mendengar jawaban Reinand. Selain tidak gampang menangis, Zayn itu receh.

Reinand pergi ke sudut ruangan, mengambil gitar kesayangannya.

"Eh, Jean? Tumben main kesini, udah lama banget lho, lo gak kesini."

Kenapa orang-orang selalu mengatakan hal ini pada Jean? Apa memang begitu lamanya Jean tidak pernah main lagi ke rumah Reinand?

Jean tersenyum kecil, "banyak tugas sekolah. Makanya jarang main lagi." Jean duduk di salah satu sofa sambil meyenderkan punggungnya. Jantungnya masih sedikit nyeri.

"Tugas sekolah atau sibuk kerja?" Zayn menembak tepat sasaran.

Oh, Jean lupa kalau Zayn tau tentang penyakit yang ia idap. Laki-laki yang seumuran dengan Zayn itu tertawa kecil setelah sebelumnya tampak terkejut. "Jean lupa kalau Zayn tau tentang hidup Jean."

Zayn tertawa renyah, "Jean, Jean, besok-besok lo lupa sama diri sendiri," candanya.

Jean tertawa kalem. Reinand memang memberitahu Zayn soal penyakit yang diderita Jean. Reinand rasa Zayn bisa membantunya dalam memberi solusi soal penyakit Jean. Seperti apa yang harus dilakukan saat sakit jantung Jean kambuh. Zayn tau banyak hal, maka dari itu Reinand memberitahu adik kecilnya itu. Untung saja Zayn bukan orang yang suka menyebarkan rahasia. Jadi, rahasia ini aman bersama Zayn.

"By the way, jantung lo masih sering sakit?" tanya Zayn hati-hati.

Jean menghela nafas sebentar, "masih. Padahal udah sering minum obat."

Jean: Selamat Tidur Jean (S1, end) & Pulanglah Jean (S2, on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang