Diary Joe

5.8K 515 15
                                    

-Diary Joe-

Jean... Apa kabar?

Kayanya lo udah tenang disana.

Bersama Bunda Dara, ya?

Pasti kalian sangat bahagia disana.

Jean... gue masih disini.

Kita masih disini.

Gue, Naren, Papa, kita bertiga kangen lo.

Ntahlah Jean, gue ngerasa malu untuk mengakui kalau gue kangen sama lo. Tapi, jujur, gue benar-benar kangen banget sama lo.

Benar, ya, kata mereka, jangan pernah sia-siakan seseorang yang masih hidup, karena kalau orang itu udah gak ada, rasa kangen itu gak bisa disalurkan karena tubuh itu udah di dalam tanah.

Dan benar, gue gak bisa meluk lo saat kangen. Gue gak bisa ngapa-ngapain selain nangis sendirian di kamar sambil mandangi foto lo.

Andai... dulu gue gak egois dan terlalu buta akan rasa benci, pasti sekarang kita lagi kumpul-kumpul bersama. Andai gue dan Naren bisa melihat sesuatu dari sudut yang lain, semua ini gak akan terjadi.

Jean... Maaf gue terlalu egois.

Bahkan, sampai lo mati pun gue tetap egois. Gue ingin lo kembali ke kita, balik jadi Jean yang dulu, jangan pergi, gue mohon...

Andai waktu bisa diputar, gue mau lo jadi Adek gue. Gue bakal memperlakukan lo sebagai seorang Adek yang disayang oleh Abangnya. Itu kan yang lo mau? Kalau gitu, balik Jean.

Dada gue sesak tiap malam karena mikirin lo.

Bantal gue tiap hari basah karena air mata.

Bahkan, gue bangun di pagi hari dengan kondisi mata yang bengkak.

Sakit, Jean...

Rasanya sesak.

Gue gak tahu harus mendeskripsikan rasa kangen gue ke lo kaya gimana lagi.

Bahkan, di sela-sela kesibukan sekolah gue, gue selalu datang ke makam lo buat cerita semua hal ke lo. Naren sampai gak tahu kalau gue sering ngelakuin ini.

Setiap harinya gue berharap ketika gue datang ke makam lo, ada lo disana.

Setidaknya kalau gue gak bisa meluk lo, gue bisa ngelihat wajah lo.

Dan lo tahu hal yang lebih parahnya?

Gue pernah lihat lo lagi jalan di lorong sekolah sambil senyum ke semua orang. Gue pikir itu nyata, tapi setelah mata gue berkedip, lo hilang gitu aja.

Agaknya gue udah gila.

Segitu kangennya gue sama lo.

Gue juga pernah dengar suara seseorang yang manggil gue dengan sebutan 'Abang'. Dan suara itu mirip kaya suara lo.

Gue pernah sampai berhalusinasi kalau lo lagi berdiri di pinggir lapangan basket sambil nyemangatin gue yang lagi main basket.

Separah itu, Jean.

Jean... setiap hari gue berdoa pada Tuhan, minta buat hidupin lo lagi di dunia ini. Tapi itu gak mungkin. Dunia ini terlalu kejam untuk lo, Tuhan lebih sayang ke lo dan biarin lo istirahat dengan tenang disana dari pada harus hidup bersama iblis kaya gue dan Naren.

Jean... gue capek.

Tapi, pasti lebih capek lo.

Lo harus nahan rasa sakit dari jantung lo dan rasa sakit akibat pukulan dari gue dan Naren.

Gue dan Naren memang iblis.

Gue jahat banget sama lo.

Rasanya, kata maaf gak akan pantas untuk gue dan Naren.

Dan sekarang gue ngerti, kenapa Tuhan ambil lo dari kita semua.

Ya, karena Tuhan ingin gue dan Naren sadar bahwa kehadiran lo adalah sesuatu yang istimewa. Bukan sebuah kesalahan.

Gue ngerasa sekarang Tuhan lagi hukum gue, Tuhan buat gue merasakan rasa kangen yang sama sekali gak bisa ditolong.

Rasanya gue kaya lagi disiksa, tapi gak meninggalkan bekas luka. Karena lukanya ada di hati gue.

Jean...
Gue gak tahu harus melakukan apa lagi.

Tapi satu hal yang harus lo tahu. Gue dan Naren beneran sayang sama lo. Terlepas dari perlakuan jahat kita berdua ke lo, gue gak bisa memungkiri kalau gue dan Naren sangat sayang sama lo.

Tunggu, satu lagi.

Reinand.

Haha, mantan ketua OSIS yang badannya kecil itu sekarang jadi teman gue dan Naren.

Gak tahu sejak kapan, tapi yang pastinya kita bertiga udah kaya soulmate, gak bisa dipisahkan lagi.

Sahabat lo itu, Reinand, juga sering nangis kalau ingat lo. Parahnya, dia gak malu nunjukin air matanya di depan gue dan Naren.

Beda banget sama gue, gue malah diam-diam nangisnya.

Jean... kapan-kapan datang ke rumah, ya. Lihat sekarang Papa gimana. Rumah kita penuh bunga karena setiap hari Papa tanam bunga. Lo boleh ambil satu bunganya terus kasih ke Bunda Dara. Dan bilang ke Bunda, gue dan Naren minta maaf karena pernah menghina Bunda dan nyakitin lo.

Kalau gak dimaafkan juga gak papa.

Oh, ya, satu lagi, gue udah tamat SMA. Dan kabar baiknya gue, Naren, dan Reinand diterima di salah satu PTN favorit kita.

Keren, kan...

Yash, kita bertiga bakal bareng terus kayanya. Bisa-bisa Reinand jadi kembaran gue setelah Naren.

Haha...

Udah dulu, ya, Jean. Nanti, kalau waktu gue senggang, gue bakal datang ke makam lo. Gak sendirian kok, gue bawa Naren sama Reinand juga. Oh, gue juga bakal bawa Gabriel dan Khairifo. Kalau perlu Adeknya Khai gue bawa juga kesana buat nemuin lo.

Yang tenang disana, ya, Jean. Gue gak tahu, waktu gue nulis ini di buku Diary, lo baca atau gak. Tapi semoga aja dibaca.

Selamat Tidur Jean...

I hope you're always happy up there...

Joe🌻

Jean: Selamat Tidur Jean (S1, end) & Pulanglah Jean (S2, on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang