BAB 3

9.7K 755 91
                                    

-Selamat Tidur Jean|BAB 3-

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

"ANAK SAH DAN ANAK HARAM"

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Pagi ini Jean sudah siap untuk berangkat ke sekolah, walaupun sebenarnya fisiknya masih belum bisa dikatakan sehat, tapi Jean tidak ingin terlalu berlarut dalam sakitnya. Justru ketika ia mengambil banyak kesibukan, rasa sakit itu perlahan akan teredam dengan sendirinya. Namun, bila ia terlalu mengambil banyak istirahat, ia akan semakin merasakan rasa sakit, dan pikirannya hanya akan dipenuhi oleh rasa sedih.

Seperti biasa, untuk jaga-jaga, Jean sudah menyiapkan obatnya untuk dibawa ke sekolah. Dengan dibungkus kantong plastik hitam untuk menyamarkan obat-obatan yang mungkin saja dapat ketahuan oleh orang lain. Ada banyak sekali obat yang dibawa Jean. Ada berbagai tablet yang harus Jean konsumsi dan berbagai vitamin lainnya.

Minum obat itu tidak enak.

Tapi Jean harus tetap meminumnya demi kelangsungan hidup.

Kalau Jean sakit, Ayah akan tahu dan khawatir nanti.

Dan Jean tidak ingin itu terjadi.

Setelah memastikan letak obat-obatannya aman dan tidak bisa dijangkau oleh orang lain, Jean segera menyandang tas ranselnya dan turun ke lantai bawah. Pergi ke sekolah di pagi hari adalah hal yang menyenangkan, udara segar sangat dibutuhkan oleh Jean dan itu sangat baik untuk kesehatan jantung Jean.

Jean melangkah ke dapur, hendak mengambil bekal yang sudah disiapkan oleh ART nya. Jean jarang membeli makanan di luar, terlalu tidak sehat untuk jantungnya yang berharga. Apalagi makanan kantin di sekolahnya banyak mengandung minyak, pengawet, dan bahan-bahan kimia lainnya. Hal itu dapat memicu sakit jantung yang ia derita selama ini untuk kambuh. Jadi, solusinya adalah membawa bekal sehat yang sudah disiapkan oleh sang ART.

Tapi, Jean lupa kalau sang Ayah sudah ada di rumah. Dan mungkin saja Ayah Dean akan bertanya mengapa menu bekal yang disiapkan oleh sang ART sangat sehat.

"Kata Bu Ani, kamu bawa bekal setiap hari ke sekolah. Beneran itu?" tanya Ayah Dean yang saat itu sedang duduk di ruang makan dengan secangkir kopi di hadapannya.

Jean mengangguk patah-patah. Tangannya terulur mengambil kotak bekal yang isinya salad dan potongan buah, yang diletakkan sang ART di atas meja pantry. "Iya, Ayah."

Mata Ayah Dean memicing menatap kotak bekal yang ada di tangan Jean. Bekalnya bukan roti, nasi goreng, ataupun makanan lezat lainnya. Tapi berisikan sayuran hijau. "Bekal kamu sayuran? Kenyang makan gituan?"

Enggak kenyang, Ayah...

"Kenyang kok, Yah. Jean bukan makan ini aja di sekolah. Kadang Jean juga beli makanan di kantin sekolah, kok."

Ah, berbohong lagi.

"Jangan mikirin sehatnya aja, tapi kenyangnya juga. Percuma makan sayuran sehat tapi gak kenyang. Perut kamu nanti tersiksa."

Jean juga ingin makan kenyang, Ayah...

"Tenang aja, Pak. Ibu selalu masukin roti gandum di dalam bekalnya, jadi nak Jean gak cuma makan salad sayur dan buah-buahan aja," sahur Bu Ani dari dapur yang terhalang meja pantry.

"Besok-besok kasih menu yang mengenyangkan ya, Bu. Di kasih varian lagi. Misalnya nasi goreng, dicampur telur dan sosis. Pasti Jean bakal lahap makannya."

Justru Jean gak dibolehin makan sosis, Yah. Padahal Jean suka sosis.

"Ibu udah pernah ngasih menu itu ke nak Jean, tapi ditolak terus sama dia. Katanya gak suka kalau makan makanan berat, lebih suka makan sehat kaya sayuran dan buah-buahan."

Jean: Selamat Tidur Jean (S1, end) & Pulanglah Jean (S2, on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang