-Selamat Tidur Jean|BAB 11-
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
"PELAKU"
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
"Tumben banget menu makan malamnya masak ayam goreng," celetuk Ayah Dean sambil memperhatikan menu makan malam. Pria paruh baya itu baru saja pulang dari pertemuan dengan teman lamanya. "Biasanya selalu masak makanan sehat untuk Jean."
"Iya, Pak, tadi nak Jean yang minta ayam goreng. Makanya Ibu masakin," jawab Bu Ani sambil meletakkan masakan ke atas meja makan.
"Terus, Jeannya mana?" tanya Ayah Dean heran. Pasalnya di meja makan hanya ada dirinya dan si kembar.
"Nah itu dia masalahnya, Pak. Tadi sebelum Maghrib kan nak Jean masak mie untuk nak Naren, terus mie nya itu tumpah ke badannya."
"Tumpah?" beo Ayah Dean terkejut.
"Iya, Pak. Saya juga panik tadi, secara kan kuah mie nya pasti panas. Tadi mau saya ambilkan salep, tapi kata nak Jean gak usah, biar dia sendiri aja yang ngambil. Eh sampai sekarang gak keluar-keluar dari kamarnya."
"Tapi, Pak, ada satu hal yang buat Ibu heran," kata Bu Ani.
"Apa itu?"
"Tadi pas nak Jean buka bajunya dan nyiram badannya pakai air keran, Ibu lihat ada banyak bekas luka di punggungnya."
Baik Joe dan Na seketika terdiam mendengar ucapan Bu Ani. Si kembar yang duduk berhadapan, saling bertukar pandang satu sama lain. Seolah berkata 'mampus kita kalau sampai ketahuan'.
"Bekas luka? Bekas luka apa?"
"Kalau itu Ibu gak tahu, Pak. Ibu gak sempat nanya ke nak Jean karena keburu pergi."
"Nanti saya tanyakan soal bekas luka itu," gumam Ayah Dean.
Ayah Dean menghela nafas tak menyangka, ia tatap Naren yang bersikap seolah tak peduli pada Jean. Bahkan, laki-laki itu mulai makan makanan yang dibuatkan Bu Ani.
"Kenapa natap Naren? Naren gak tahu soal luka itu," celetuk Naren cepat. Remaja itu terlihat gugup.
"Kamu kenapa nyuruh Jean masak mie? Kenapa gak nyuruh Bu Ani?" Nada suara Ayah Dean terdengar marah.
Naren menghela nafas singkat, sendok yang ia pegang dibanting begitu saja ke piring. Ia kira sang Ayah akan mempertanyakan soal bekas luka itu. "Kan Bu Ani lagi masak tadi, makanya Naren suruh Jean."
"Kenapa gak kamu bikin sendiri aja? Adik kamu itu tidak bisa masak!"
Naren melengos malas, "dia kan udah pulang sejak sore, Naren baru sampai rumah sebelum Maghrib. Naren capek, wajarlah Jean bantu Abangnya sedikit. Lagian kan cuma masak mie. Mie nya juga tumpah karena kesalahan dia, kenapa jadi Naren yang dimarahi?"
Ayah Dean memijat pelipisnya, pusing melihat kelakuan anaknya yang satu ini.
"Papa terlalu memanjakan Jean, sampai hal sepele kaya gini aja dibesar-besarkan," sambung Naren lancang.
"Sepele? Sepele kata kamu? Bayangin gimana rasanya badan kamu kesiram air panas! Bisa-bisanya kamu bilang sepele!" bentak Ayah Dean.
Joe memutar bola mata jengah, sungguh, kupingnya pengang mendengar perdebatan yang tidak ada habisnya.
"Bisa gak sih kalau lagi makan itu gak usah ribut?" ujarnya datar, "dikira enak apa makan sambil ngelihatin orang ribut."
Naren bangkit dari duduknya, pergi dari dapur tanpa mempedulikan rasa sopan santun pada sang Ayah. Bu Ani sampai berdiri canggung di dekat meja makan, hampir setiap hari ia melihat pertengkaran anak dan Ayahnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jean: Selamat Tidur Jean (S1, end) & Pulanglah Jean (S2, on going)
Fanfic🌱 Park Jisung and NCT Dream Season 1 tamat Season 2 on going • • SEASON 1 Rasa iri pada adik bungsunya membuat 'mereka' rela memperlakukan Jean bagaikan hewan. Setiap hinaan, bentakan, dan pukulan sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Jean. Dilah...