BAB 6

7.4K 633 81
                                    

-Selamat Tidur Jean|BAB 6-

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

"PERDEBATAN"

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Tuhan selalu memberikan ujian sesuai kemampuan hamba nya, bukan?

Jika kamu merasa Tuhan terlalu berat dalam memberikan ujian, itu artinya kamu yang terlalu lemah.

Lalu, kenapa Tuhan memberikan ujian yang sangat berat ini pada Jean?

Apa Tuhan tidak lihat rasa sakit yang selalu Jean tahan setiap harinya?

Kenapa Tuhan tidak meringankan rasa sakit yang selama ini Jean rasakan?

Apakah Jean memang tidak pantas mendapatkan kebahagiaan hanya karena ia terlahir dari seorang wanita penghibur?

Atau karena ini memang karma untuk Jean karena dulu Bundanya menjadi perusak hubungan orang?

Tapi kenapa Jean yang harus menanggung semuanya?

Jean juga tidak ingin terlahir menjadi seperti ini. Apakah semua ini bisa dirubah?

Semua pertanyaan tentang kehidupan yang tidak adil pada Jean, memenuhi isi kepalanya setiap hari. Reinand hanya bisa terpaku di depan pintu kamar rawat inap dimana Jean terlelap di atas kasur dengan alat pernafasan yang terpasang di hidung dan mulutnya.

Dokter yang biasa menangani Jean, terlihat sibuk di dalam sana, memasangkan alat-alat penunjang kehidupan dan juga memantau detak jantung Jean dari Elektrokardiogram. Di area dada Jean dipasangkan kabel-kabel yang menempel di atas dadanya, Reinand tak paham untuk apa itu, yang jelas alat itu dipasang agar Jean tidak kenapa-kenapa.

Ponsel Reinand bergetar di dalam sakunya, membuat laki-laki itu tersentak dari lamunan. Dengan cepat Reinand merogoh saku seragamnya dan melihat siapa yang menelfon.

Ternyata wakil ketua OSIS yang sering menemani Reinand saat bertugas.

"Kenapa?" tanya Reinand to the point. Ia melangkah menjauhi pintu.

"Lo dimana, Bang?" tanya si wakil, "lo gak sekolah? Kita ada rapat nanti sore tentang acara pentas seni tahunan untuk anak kelas 12."

"Batalin semua rapat hari ini, suruh sekretaris atur ulang jadwal. Kalau bisa rapatnya minggu depan."

"Loh? Kenapa?"

"Gue ada sedikit masalah dan minggu ini gue agak sibuk. Mungkin beberapa hari kedepan gue gak masuk sekolah dulu."

Terdengar helaan nafas di sebrang sana, "yaudah, deh. Semoga masalahnya cepat kelar, ya."

"Lo gak mau mimpin rapat? Gue yakin lo pasti bisa."

"Gak dulu deh, Bang, gimanapun ini acara besar setiap tahunnya. Gue gak mau ngurus ini sendirian, pokoknya harus bareng lo."

"Arthur, Arthur, padahal ini peluang lo untuk jadi kandidat ketua OSIS tahun depan."

"Gak deh, Bang. Tahun depan gue udah kelas 12, mau fokus belajar untuk masuk ke perguruan tinggi aja. Gue gak mau mencalonkan diri jadi ketua OSIS."

"Yaudah, deh. Pokoknya atur ulang aja semua jadwal."

"Oke, gue tutup dulu."

"Iya."

Bersamaan dengan Reinand yang mematikan sambungan telepon, Dokter yang merawat Jean keluar dari kamar inap. Reinand mendekati sang Dokter, tampaknya ada sedikit masalah. Terlihat dari raut wajah Dokter tersebut yang kusut.

Jean: Selamat Tidur Jean (S1, end) & Pulanglah Jean (S2, on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang