bubur instan

94 7 1
                                        

TW// bahasa kasar

Karena kejadian itu, Markus dan Rayn akhirnya memutuskan untuk membeli produk bubur instan di supermarket mini di sekitar hotel.

Mereka hanya menggunakan kakinya saja untuk menuju ke supermarket mini, dengan tampilan kaos oblong dan celana pendek serta sendal jepit.

Begitu sampai di tujuan, mereka berpencar.
Rayn mencari bubur untuk Javian, sedangkan Markus mengambil duit di Atm.

Merasa bingung akhirnya Rayn mencari Markus yang sedang menyeduh coffee.

"Bang, jujurly gua bingung deh. Enakan ini apa ini?" Tanya Rayn sambil mengangkat produk di tangannya bergantian.

"Gua gapernah beli bubur instan, lagi Javi aneh-aneh aja mintanya instan, padahal ada yang ga instan noh di abang-abang" jawab Markus.

"Tau gua juga bingung, ini kita beli bubur aja? Ga ada yang lain?" Tanya Rayn yang berharap dibelikan sesuatu.

"Terserah aja, but kalian kan udah breakfast, butuh camilan lagi?" Balik Tanya Markus

"Ya engga sih, yauda bubur aja" final Rayn.

Supermarket mini ini memang tidak jauh dari perumahan, sama dengan hotel yang mereka tempati tak jauh dari perumahan, karena akan itu banyak terlihat orang-orang berlalu lalang sambil membawa hewan peliharaannya.

Saat akan membayar, Rayn dikagetkan oleh orang di belakangnya.

"Loh Bunda?" Kaget Rayn

Mendengar itu Markus reflek menengok ke belakang dan benar menemui ibu mereka yang sudah lama tak ada di rumah.

Tak kunjung ada balasan dari sang lawan bicara.
Merasa akan hal itu, Markus membayar barang belanjaan mereka dan menarik Rayn untuk minggir dari depan kasir sekarang, karena takut mengganggu orang lain.

Akhirnya seorang itu selesai membayar juga, dan menyamperi anak nya.

"Ini Rayn sama Markus kan?" Tanya Bunda lembut.

"Iya Bunda, ini kami Rayn dan Markus" jawab semangat Rayn.

Semangat itu luntur ketika anak kecil sekitar 5 tahun mendekati Bunda dan bicara.

"Mum, im so tired, can we go home?" Polos anak perempuan itu.

"M-um?" Terbata Rayn dan langsung menatap mata sang Bunda dengan tujuan meminta penjelasan.

"Nara, mau ikut mommy sebentar ke cafe ngga?"

"Heem okay"

Setelah berbicara kepada anak balita atau mungkin mempunyai nama Nara itu, kini Bunda menatap kedua anak laki-laki nya.

"Mau ya sebentar ikut Bunda?" Tanya Bunda

"Mau kemana? Kita ada urusan lagi jadi gabisa lama-lama" ketus Markus.

"Ah tidak, hanya sebentar saja untuk berbincang bang"

Mereka ber-empat akhirnya duduk di cafe shop di dekat minimarket.

"Gimana kabar kalian? Sehat kan?" Tanya Bunda sambil senyum ramah.

"Apa peduli? Toh kalau benar-benar peduli anda tidak menikah lagi dan tidak meninggalkan kami" sarkas Markus.

Rayn yang masih shock hanya diam.

"Baik, kita ber-tujuh baik" kata Rayn menahan air mata yang akan tumpah.

Marah bercampur rindu, membuat hati tak menentu.

"Maafin Bunda, Bunda meninggalkan kalian, dan memilih untuk menikah dengan suami Bunda yang sekarang, Bunda tau Bunda jahat, Bunda tau Bunda egois, tapi Bunda titip adek-adek kalian yah" jelas Bunda

"Dari kapan kalian cerai? Dan kenapa kalian tak mengabarkan itu kepada kami?" Tanya Rayn getar.

"Tiga tahun yang lalu, waktu itu Bunda khilaf dengan mantan kekasih Bunda, dan karena itu ada Nara di sini" kata Bunda berlangsung menunduk karena malu.

"Tiga tahun? Hahaha tapi Nara umur 5 tahun, wow keren loh" nada yang dikeluarkan Markus sangat tinggi.

"Bun, apa mempunyai kita aja kurang cukup, kita gapernah nakal, kita selalu berusaha membahagiakan Bunda. Aku, Abang, Haviar, Jenan, Javiar, Chavin, dan Jovian, apa kurang cukup?" Tanya Rayn sesak karena ia tak kuat menahan air matanya.

Bunda makin menunduk, makin menangis.

Rayn berdiri dari duduknya.

"Bunda selamat ya akan kelahiran Nara, terimakasih sudah membimbing kita sejak dulu, semoga Bunda bahagia yah, sama keluarga baru Bunda, kita ga akan nyari Bunda lagi kok, jadi gausah mikirin kita, eh? Kan gepernah ya. Lupa" kata Rayn lalu pergi keluar dari Cafe.

Tanpa sepatah katapun Markus meninggalkan cafe dan mengejar Rayn.

Yang ditinggalkan hanya menangis sambil memeluk anak perempuannya saja.

-----

Mereka berdua langsung balik ke hotel tanpa ada obrolan antara keduanya, mereka kalut akan fakta yang mereka baru ketahui.
Markus hanya mengetahui bahwa sang Ayah kini memilki istri baru, tapi tidak mengetahui bahwa sang Bunda juga.

Sampai di kamar hotel, Rayn langsung menaruh bubur instan di meja.

"Seduh Jen buat Javi" sehabis berkata seperti itu Rayn langsung keluar dari kamar si kembar.

Baru saja ingin bertanya di mana sang Abang, Rayn keluar, tak biasanya.

Rayn adalah orang yang paling take care kepada adik maupun kakanya, dia orang yang sangat baik jika dalam hal serius tetapi kalau dia sudah diam seperti tadi, dia sedang ada di masalah berat.

"Gua samper" inisiatif Havi

Kini Havi mencari kedua orang yang lebih tua darinya.

Dia sudah mencari ke kamar, tak ada, kamar Jovi tidak ada.

Setelah berkeliling, dia menemukan Rayn di dekat kolam renang sambil merokok, kaget akan hal itu, Haviar langsung membuang rokok Rayn dan menginjaknya agar baranya mati.

"Anjing, lo ngapain ngerokok gua tanya? HAH? Lo punya asma tolol!! Sadar mikir anjing" emosi Haviar sambil menarik baju yang dikenakan Rayn.

Rayn yang tidak memiliki semangat hidup hanya diam diumpat oleh sang adik.

"Lo diem. Gausa ngurusin hidup gua" dingin Rayn.

"Lo kenapa, cerita anjing gausah kaya gini tolol"

"Lo diem anjing, gua bilang jangan pernah ngurusin hidup gua lagi, lo ngeri bahasa ngga sih? Jangan sok ngurusin hidup gua, hidup lo tuh aja udah beban anjing"

Tak percaya apa yang dilontarkan oleh sang Mas, kini Haviar bengong seperti raga tanpa nyawa.

Haviar meninggalkan Rayn, dengan perasaan kecewa.

Rayn yang ditinggalkan hanya mengumpat.

"Bodoh Rayn bodoh, kenapa lo begitu bahasa lo kayak gapernah disekolahin anjing" ucap Rayn sambil memukul kepalanya.

Haviar yang kini tak tau mau kemana, hanya di dalam kamar mandi hotel dan menguncinya.

Dia mengisi bathtubs dengan air dan langsung memasukan tubuhnya ke dalam air ya sama seperti Rayn disusul dengan rokok di tangannya yang berkali-kali ia hisap.

Kini holiday atau liburan yang mereka dambakan hancur berkeping-keping hanya meninggalkan kata-kata yang harusnya tidak terlontar.

Keutt.

7 AldebaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang