3. Scarlett Meresahkan

5 3 0
                                    

"Semua tentang waktu, jika sudah saatnya, pasti akan pergi."
-Devano Mahesa

Saat ini seorang pria tengah uring-uringan kesana kemari sambil melihat kearah layar ponselnya. Raut wajah gelisah terpampang jelas diwajah pria itu.

"Lo dimana sih Li, jangan bikin gue cemas gini." gumamnya sambil mengacak rambutnya kasar.

Ia kembali melanjutkan langkahnya menelusuri koridor sekolah. Dengan langkah tergesa yang dilakukan kaki jenjangnya.

"Eh tadi lo liat ga? Ada cewek yang ditarik paksa loh sama si Sisil".

"Iya gue liat. Kayaknya si cewek yang ditarik Sisil tuh murid baru".

"Gue kasian bet sama tuh cewek. Yahh,, lo tau sendirikan gimana si Sisil ,takutnya tuh cewek kenapa-napa".

"Ya semoga aja".

Seketika Leon melangkah ketempat menuju dimana dua orang tadi berbincang. Leon memasang wajah datarnya dengan satu tangan ia masukkan kedalam saku dan satunya lagi ia gunakan untuk memegang ponselnya.

"Dimana?" tanyanya pada dua cewek yang ada dihadapannya.

Cewek itu sedikit terkejut menyadari kehadiran Leon. Seketika keduanya salah tingkah. Sunggu sesosok Leon tidak diragukan lagi ketampanannya.

"Dimana apanya? Lo mau tau alamat rumah gue?" tanya balik Desy dengan percaya dirinya. Sedangkan Liza temannya hanya menunduk melihat kelantai.

"Cewek yang Lo liat diseret tadi" jawab Leon dengan wajah datar.

"Yahh gue kira apaan, eh cuma mau nannyain cewek itu doang" ocehnya." Tuh ditoilet yang ada disamping perpustakaan".

Tanpa menjawab Leon langsung melenggang pergi menuju toilet yang dimaksud. Jangan sampe Lian dibully, atau nyawa tuh cewek dalam bahaya",batinnya.

Disisi Lian, terdengar suara rintihan diikuti tangisan  dari bibir Sisil. Sungguh keadaannya kini jauh dari kata baik-baik saja. Sudut bibir yang berdarah akibat tamparan keras, rambut acak-acakan, tangan berdarah akibat goresan kuku, memar dijidat, pakaiannya yang robek.

Lian tertawa bangga melihat hasil karyanya. Tidak jarang ia kembali melukai mangsanya itu.

BRAKK

Suara pintu terbuka dengan kasar membuat tawa Lian terhenti. Ia kini melihat kearah pintu itu dengan tatapan sinis. Siapa yang berani mengganggu kesenangannya selain Leon.

"Scarlett udah ya mainnya." ucap Leon dengan nada bicara yang dipelankan. Ia kini sudah berada didalam toilet dan langsung memeluk Lian guna memenangkannya.

"To-tolong" ucap Sisil terbatah dan hampir kehilangan kesadarannya.

Lian hanya menatapnya sinis. "Makanya jangan salah cari lawan, gini kan jadinya lo".

"Ssttt udah ya baby, tenang" ucap Leon pada Lian yang masih berada didekapannya.

Leon meraba sakunya untuk mencari sesuatu yang sempat ia masukkan ketika berlari tadi. Ia menekan salah satu nama kontak yang ada diponselnya.

"Hallo, kenapa bos?" Tanya seseorang dari seberang sana ketika panggilannya sudah tersambung.

"Ketoilet dekat perpustakaan sekarang. Urus cewek sekarat yang ada disana" titahnya kepada Gre.

"Dia berulah lagi?".

"Hm, buruan".

Tuutt

Alexander Lemos [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang