°°°Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Seorang pria paruh baya masih setia menonton TV dengan tayangan favoritnya. Sesekali ia melirik jam ditangnya.
"Kenapa tadi ga bangunin gue coba, kan jadinya kita pulang kemaleman. Mana laper banget lagi gue".
Terdengar suara ribut dari ruang utama. Pria paruh baya itu berdiri dan mendekat keasal suara.
"Bagus ya, jam segini baru pulang" Lorenzo menatap tajam kearah dua remaja yang ada di depannya. "Dari mana aja kalian? Itu juga babak belur begitu. Astaga".
"Hehe Daddy udah nyampe, apa kabar Daddy? Daddy tambah ganteng deh" ucap Lian cengengesan.
"Daddy kalo mau marah sama Leon aja, soalnya Leon yang buat Lian pulang malem. Lian mau kekamar dulu ya mau mandi, gerah banget ni Daddy" tanpa menunggu jawaban dari Lorenzo, Lian sudah lari terbirit-birit menaiki tangga menuju kamarnya.
"Mau kemana kamu?" susah payah Leon mengendap tetap saja ketahuan. Padahal tinggal sedikit lagi dia bisa terlepas dari Lorenzo.
Ahh sial. Mana Lian seperti tidak berdosa meninggalkannya begitu saja.
"Dad,,Leon mau ambil kunci motor tadi ketinggalan dimotor" Leon hendak melangkah lagi, namun suara bariton menghentikannya.
"Ga usah banyak alasan kamu. Itu ditangan kamu apa kalo bukan kunci motor? Kunci otak kamu ha?".
Leon hanya cengengesan seperti seorang maling tertangkap basah.
"Daddy tanya sekali lagi. Dari mana aja kamu ajak Lian jam segini baru pulang. Mana pipi Lian lebam lagi. Kamu ajakin tawuran?!".
"Daddy kan tau sendiri, Lian Queen dari Zervanos. Jadi, ya mau ga mau Lian juga harus ikut andil atas apapun yang terjadi didalam Zervanos" Leon berjalan menuju sofa ruang tamu.
"Lagian juga, Lian cuma dapet satu tonjokan doang kok Dad, ga lebih".
Lorenzo manggut-manggut menanggapi perkataan Leon. Ia sangat tau kemampuan kedua anaknya. Ketika di London, dari Leon dan Lian memasuki pendidikan sekolah dasar, Lorenzo sudah mendaftarkannya ke les bela diri.
Lorenzo kembali menatap tajam kearah Leon yang kini tengah memejamkan matanya." Terus orang yang mukul Lian gimana?".
"Hampir mati, kalo Devano sama yang lain ga misahin" ucap Leon dengan mata yang masih tertutup.
"LIAN UDAH WANGIIIII!!!" teriak Lian dengan suara cemprengnya.
Lorenzo dan Leon terlonjak kaget. Bagaimana tidak, Lian datang langsung mengeluarkan suara seperti kuntilanak keselek jantung pisang.
Lian langsung duduk disamping Lorenzo. Ia menyandarkan kepalanya di dada pria paruh baya yang masih kekar itu.
"Daddy kangen" Lian meraih tangan Lorenzo lalu memainkan jari ayahnya itu.
Melihat tingkah laku anak gadisnya itu membuat Lorenzo gemes sendiri.
Ia mengecup puncak kepala putri kesayangannya. Sesekali ia melirik kearah Leon yang menatapnya cemburu. Hal itu membuat Lorenzo semakin aktif memanjakan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexander Lemos [On Going]
RandomLeon Alexander Lemos seorang king Zervanos yang juga mendapat gelaran king ice dikarenakan sifat dinginnya. Semua mengira Leon adalah sesosok yang sangat dingin dan tidak tersentuh. Sial, mereka belom tahu keluakuan Leon ketika bersama saudara kemb...