14. Rasa Curiga

3 2 0
                                    

Happy reading

Setelah hampir empat hari Leon berada dirumah sakit, hari ini ia dibolehkan pulang karena memang kondisinya sudah sangat membaik. Laki-laki itu pulang bersama Lian, gadis kecil kesayangannya, dengan pak Santo sebagai supir keluarga Lemos.

Betapa terkejutnya mereka setelah memasuki rumahnya yang saat ini telah ramai, tidak hanya anggota ZERVANOS saja, bahkan kelas XII IPA juga ikut meramaikan.

"Gilak cuy, gede banget rumahnya si twins," heboh Darren sembari berpose dengan alay didepan kamera ponselnya. "Bisa buat tinggal satu keluarga sampe tujuh turunan nih."

"Ya wajar sih gak kaget lagi gw, selaku kan mereka pemilik SMA LEMOS," timpal Arga sang ketua kelas.

"Kalian jangan berisik, tuan rumah nya udah pulang," ujar Silva dengan nada suara sedikit pelan.

Devano yang sedari tadi main PS pun menghentikan aktivitasnya dan memilih untuk mendekati sang ketua.

"Udah mendingan bos?" tanya Devano yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Leon. Oh ayolah, dia tidak selemah itu sahabat.

"Gue nggak bakal sekarat, cuma karena ditusuk pisau doang," mata Leon beralih ke sekeliling ruang tengah yang sudah tampak seperti kapal pecah, " kenapa rumah gue rame gini?"

"Mau jenguk lo lah, masa mau ngelayat," sewot Gre sambil memakan kuaci yang bermerekkan rebo. Dengan tidak sopannya, Kenzaki merampas kuaci yang berada ditangan Gre, hingga membuat Gre murka. "Oii beli sendiri nyet!!"

"Parah lo njing, sama temen sendiri aja pelit," protes Kenzaki tetapi tetap memakan kuaci Gre.

"Masalahnya itu kuaci gue minta sama si Satya. Kalo lo mau, minta juga sama dia."

Kalau dibahas mah pertengkaran mereka tidak akan ada habisnya. Lian melangkah menuju kearah Silva dkk yang tengah duduk berlesehan diatas karpet.

"Udah lama?" tanya Lian to the point.

Silva menggeleng lalu tersenyum, "enggak kok, kita juga baru nyampe."

Gadis itu manggut-manggut menanggapi ucapan temannya. Mereka mulai membicarakan tenang kondisi Leon dan hal-hal yang menurut Lian unfaedah baginya. Tapi tidak masalah, kapan lagi ia mempunyai mood seperti ini untuk berbicara.

Terlihat dari arah dapur, Bi Sri keluar membawa beberapa macam cemilan dibantu oleh Devano dibelakangnya. Entah sejak kapan pria itu sudah berada di dapur.

"Woii ni diminum, bikinan gue nih," ucap Devano sembari meletakkan nampan yang berisi minuman keatas meja lalu keatas karpet juga, tempat dimana Lian duduk.

"Gak lo masukin sianida kan Dev?" tanya Gre curiga.

"Racun tikus kali," timpal Darren.

"Pala lo," ketus Devano." Udah minum, jangan kebanyakan ngebacot."

Mereka satu persatu mengambil minuman yang tadi dibawakan oleh Devano. Tak lain halnya dengan Leon, ia kini sudah tampak berbaur dengan sekitar, walaupun tidak mengatakan sepatah kata pun. Anggap aja tembok.

Tatapan tajam Leon beralih pada seorang gadis yang saat ini duduk didekat adiknya. Gadis cantik menggunakan kaca mata, terlihat gelak tawa lepas dari wajah chubby itu. Leon tersenyum, senyum yang sangat sulit untuk diartikan.

Alexander Lemos [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang