13. Kecelakaan

3 2 0
                                    

Hari Kamis guys, have a nice day all.
Happy reading (◔‿◔)

Bugh!

Suara tembok yang dipukul bergema memenuhi lorong rumah sakit. Pria itu terus saja memukuli tembok didepannya tanpa memedulikan tangannya yang sudah berdarah. Ia murka, sangat murka.

"Anjing!!" bentaknya yang kembali memukuli tembok.

"Bang, udah bang. Semuanya gak berubah dengan lo mukulin tembok begini," ucap Devano mencoba menenangkan Nathan yang saat ini seperti orang kesetanan.

"Udah lo bilang? Dengan gue ngeliatan Leon ketusuk pisau kayak gitu, lo bilang udah ha?!!" bentak Nathan. Dimatanya sangat jelas menyorotkan amarah.

Flashback on

"Makan aja sepuas lo semua, kita party sampe subuh," ucap Nathan semangat lalu langsung mendapat jitakan dari Leon.

"Subuh you hand, Queen gue butuh tidur," ucap Leon, matanya menatap kesal kearah Nathan.

"Ya maksud gue, terkecuali Lian. Gue juga tau kali kalo kesayangan gue butuh tidur," bela Nathan pada dirinya sendiri.

"Udah ah lo berdua ribut Mulu perasaan, heran gue," Gre datang lalu mengambil posisi duduk dekat Dirga. "Wihh enak njir sosisnya, jadi pengen bakar punya lo Dir."

"Apaan anjing, setan, kuda, cumi. Mau gue bunuh lo ha?!" teriak Dirga dengan menyebut berbagai hewan kebun binatang lainnya. Gre ini sungguh sangat menyebalkan bagi Dirga, mau ajak baku hantam tapi dia sadar, antara dia dan Gre itu sangat jauh berbanding kekuatannya.

"Canda doang elah."

"Woi Ken, elite dikit lah makannya, jangan kayak gak makan satu bulan aja lo," ucap Devano pada Kenzaki yang memakan jagung bakarnya seperti orang yang terkena busung lapar saja, hingga tidak menoleh kearah lain.

"Sewot aja nyet," balas Kenzaki lalu melanjutkan acara makannya.

"Yeee, lo bikin malu bego," timpal Gre, apakah pria satu ini tidak sadar diri? Sedangkan dia sedari tadi memakan sosis bakar dengan rakusnya.

"Apa bedanya lo sama dia asuu," celetuk Deo, lalu mengambil posisi duduk disamping Nathan yang tengah meminum soda kaleng. "Gak makan bos?"

"Gak liat tuh?" jawab Nathan matanya mengode kearah meja yang sudah penuh dengan sampah-sampah makanan.

Leon hanya memperhatikan kerakusan antara temannya, lalu mengalihkan pandangannya kearah Lian yang asik dengan daging panggangnya.

"Enak?" tanya Leon sambil mengelap sisa bumbu yang menempel disudut bibir gadis itu.

Lian mengangguk antusias. "Banget, pengen lagi ah."

"Nih ambil, masih banyak kok," Devano menyodorkan satu piring penuh berisi daging panggang.

"Emang gak takut gendut Queen?" heran Deo, bagaimana tidak, gadis itu bahkan sudah menghabiskan tiga piring daging panggang yang tentunya mengandung banyak lemak, dan bahkan ia menambah satu piring lagi.

"Ya gak lah, ngapain juga takut. Kan Lian tuh tipe cewek yang tetap ramping walaupun makan banyak, jadi gak masalah," jelas Kenzaki yang direspon anggukan oleh Deo.

Leon mengelus pucuk rambut gadis kecilnya yang tengah makan dengan sayang. Sungguh, tidak ada yang bisa menggantikan posisi gadis itu dihatinya bahkan hati seluruh anggota ZERVANOS. Hingga matanya tak sengaja menangkap sinar yang terpantul dari sesuatu didekat pohon Pinus.

Dengan mata tajam bak elang itu, ia terus memperhatikan kearah pandangan awalnya. Leon sangat tau benda apa yang ada dibawah sana, sebisa mungkin ia berwaspada. Seperti pandangannya, benda itu mengarah ke Lian.

Alexander Lemos [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang