16. MISI

2 1 0
                                    


Tiga hari setelah perginya Leon ke Singapura, sungguh sangat membosankan bagi Lian. Memang dia disini tidak sendiri bahkan setiap harinya seluruh inti Zervanos selalu main kerumah Lian. Tapi tetap saja bosan jika tidak ada Leon.

Gadis dengan piama pendek warna abu-abu itu saat ini tengah termenung dengan segelas susu coklat ditangannya. Mata yang selalu menatap tajam kini menyorot lurus keluar jendela yang terkena percikan hujan.

Ia berdecak kesal karena suara dering telepon yang membuyarkan lamunannya. Tertera nama ' Twins boy ' membuat senyumnya merekah dengan sempurna. Itu panggilan video dari Leon.

"Hallo baby."

"Hallo juga my boy."

"Gimana tiga hari belakangan ini?"

"Bosenin banget." adu Lian dengan wajah imutnya.

Terdengar suara kekehan renyah dari seberang sana. Saat tertawa, mata Leon lenyap seketika. Hal itu yang disukai Lian, dan juga jakun nya yang naik turun berirama.

"Kenapa belum tidur hm? Ini udah malam, besok mau sekolah."

"Kangenn."

"Tidur yah gue temenin sampe pagi."

Lian yang awalnya duduk di sofa kini pindah keatas kasur king size nya. Setelah mendapat posisi yang nyaman serta meletakkan ponsel agar bisa menampakan wajahnya dan juga Leon.

"Jangan dimatiin yah."

"Iya sayang, yaudah sekarang tidur yah. Good night my twins girls."

"Good night my crazy boy."

Leon terkekeh mendengar ucapan Lian. Gadis itu sangat menggemaskan ketika sedang memejamkan matanya. Terlihat damai, tenang dan terlihat seperti anak kecil. Saat Leon tengah asik memandangi wajah gadisnya, tiba-tiba saja Lian membuka mata.

"Leon, gak bisa tidur," rengek Lian mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa gak bisa tidur, hm?"

"Gak ngantuk Leonnn."

Leon mengangguk paham. Mau dipaksa tidur pun tidak bakalan bisa, si keras kepala itu mana mau. "Yaudah, sini cerita sama gue."

Mata Lian berbinar lalu mengangguk lucu. Ia lantas mengubah posisi tidur nya menjadi tengukarap hingga memperlihatkan belahan dadanya karena ketekan. Hal itu membuat Leon melotot, tapi sebisa mungkin  pria itu hanya bersikap terlihat biasa saja. Padahal sesuatu dibawah sana sudah mendirikan keadilan, entahalah Lian sungguh mudah membuatnya begini.

"Leon tau nggak, tadi waktu disekolah Kenzaki, Gre, sama Devano ngajakin main hujan."

" Terus Lian ikutan ujanan?"

"Ya, ikut dong. Seru banget tau nggak. Terus kan si Devano nyungsep sampe mukanya kena genangan ditengah lapangan, ngakak banget." jawab Lian lalu tertawa. Perutnya terasa geli ketika mengingat kejadian tadi siang.

Bagaimana tidak tertawa? Siapapun yang melihat kondisi Devano saat itu pasti ikutan tertawa. Dengan wajah yang penuh lumpur dan hanya menampakan matanya saja. Kenzaki dan Gre saja sampai guling-gulingan sambil tertawa tanpa henti.

Leon berdecak. Sialan mereka, ngapain coba ajakin Lian gue mandi hujan. Tunggu aja kalo gue balik besok, bakal gue mampusin tuh. Geram Leon dalam hati.

"Si Sethan mana, sampe biarin Lian ujanan kayak gitu."

"Kak Nathan pergi sama temennya, dia bilang ada yang diurus."

Alexander Lemos [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang