4. Penyerangan Markas

3 3 0
                                    

"Dia itu sebenarnya lemah, hanya didepan kalian saja dia keliatan kuat."
-Kenzaki Miamura

Seorang gadis yang sudah lengkap dengan seragam sekolah masih berkaca didepan cermin full body miliknya. Terlihat natural tapi sangat menawan.

Rambut yang biasanya digerai kini ia ikat seperti kuncir kuda. Sedikit memoles liptin merah muda yang terlihat sangat senada dengan bibir tipisnya.

Tampilannya yang seperti badgirl dengan wajah kalem kalem imut. Dua anting hitam sudah melekat didaun telinganya. Kalung perak berliontin perisai yang terdapat gambar singa bermahkota lambang Queen nya Zervanos itu menambah kesan cool. Kalung yang hanya dimiliki oleh Lian selaku Queen Zervanoa geng.

Ketika merasa sudah siap, ia mengambil tas hitam yang sempat ia letakkan diatas kasur tadi. Sedikit mempercepat langkahnya menuju kamar Leon yang entah pria itu sudah bangun atau belum.

Lian memegang ganggang pintu kamar yang ada didepannya. Pintu yang bercat perak, terdapat logo Zervanos. Dipintu itu dan dibawah logo terdapat nama ' Leon Alexander Lemos'.

Ketika pintu sudah terbuka sempurna, Lian melangkah masuk kedalam kamar Leon tanpa izin. Ya, memang sudah menjadi kebiasaan bagi nya.

Untungnya Leon sudah lengkap dengan seragam sekolah, jadi dia tidak perlu menunggu lama lagi untuk Leon bersiap-siap.

Lian melangkah maju kearah Leon  yang tengah kesusahan memasang dasinya. Dasi Leon langsung diambil alih olehnya. Dengan telaten ia menyulam dasi dikera seragam Leon.

Senyuman manis terukir dibibir sexy Leon. Sebuah senyuman hanya untuk seorang Lian Alexander Lemos. Sedikit mengusap puncak kepala Lian lalu menciumnya.

"Kita sarapan dirumah atau disekolah?." Lian mengangkat tangannya untuk merapikan rambut Leon.

"Dirumah aja kayaknya. Kasian bi Sri udah masakin sarapan ." ujar Leon sambil beranjak mengambil tas nya yang terletak di atas meja belajar.

Bi Sri selaku asisten rumah tangga dirumahnya. Bi Sri hanya berkerja dari jam enam pagi sampai jam enam sore. Ia lebih memilih pulang, dikarenakan jarak antara rumahnya dan rumah keluarga Lemos tidak terlalu jauh.

Lian manggut-manggut merespon ucapan Leon."Daddy kapan sampai sih. Lama amat tau ga." ucap Lian kesal sambil memajukan bibirnya.

"Yah palingan jam 9 Daddy sampe rumah. Soalnya Daddy mau ambil berkas dulu katanya."

"Kalo udah pulang sekolah, tapi Daddy belom pulang. Awas aja."

Leon terkekeh melihat wajah Lian yang sok galak. Bukannya terlihat menakutkan, malah menurutnya sangat menggemaskan.

"Udah, buruan turun. Kita sarapan abis itu langsung berangkat. Entar telat gue ga mau dihukum. Masa iya calonnya most wanted dihukum" ucap Leon yang langsung dihadiahi tabokan cantik dari Lian.

"Pede gila lo bang. Muka kayak gini mau jadi most wanted ? Ngarep!".

"Yehhh bacot lo".

Tidak berniat untuk membalas ucapan abangnya, Lian lebih memilih untuk beranjak menuju ruang makan, dan diikuti Leon dibelakangnya.

Terlihat bi Sri masih mengatur posisi piring diatas meja makan. Seperti biasa, menu pagi ini adalah nasi goreng spesial ala bi Sri, dengan tambahan toping lainnya.

"Udah siap den,non? Buruan makan dulu entar dingin jadi ga enak lagi" bi Sri menyendokkan nasi goreng buatannya kedalam piring. Lalu ia berikan kepada Lian dan Leon.

"Masakan bi Sri biar gimana pun tetep the best lah, ga ada duanya" ucap Lian yang masih setia menyantap makanannya.

"Non mah bisa aja" ucap bi Sri cengengesan. "Yaudah lanjut aja makannya ya, bibi mau kebelakang dulu".

Alexander Lemos [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang