1 | 아빠

178 19 5
                                    

Happy Reading!

"Eomma, Eomma... Appa dimana? Yoonna mau liat Appa... Yoonna ga pernah liat Appa... Yoonna kangen Appa..."

---

7 tahun setelahnya...

"Yoonna, nanti malam ikut Eomma ke pesta ya." Ucap sang ibu kepada anak tunggalnya. Yoonna, gadis berusia 12 tahun itu mengangguk. Matanya berbinar penuh rasa harap. Dibenaknya hanya satu, Appa.

"Eomma, disana ada Appa ga?" Tanya gadis keturunan Korea-Indonesia tersebut. Ibu dengan tiba-tiba memeluk Yoonna erat. Air matanya yang sejak tadi terbendung, kini mengalir. Perasaannya bercampur aduk. Antara sedih, kecewa, senang, dan juga rindu.

"Ha Yoonna... a-akhirnya setelah takdir dengan kejam merengut Appa dari kita. Menjauhkannya sejauh Aceh ke Papua, sekarang Ia berbaik hati membiarkan kita melihatnya..." isak sang Ibu seraya meremas pakaian yang dikenakannya.

"Lihat? Eomma bilang kita hanya bisa melihat Appa? Cuma bisa liat dari jauh? Kenapa, Eomma?" Tanya Yoonna. Gadis itu mengerti maksud ibunya. Mereka memang dapat menghadiri pesta itu untuk mendatangi ayahnya, namun hanya bisa melihat dari jauh.
Kenapa?

Bruk. Sang Ibu jatuh terduduk. Pelukannya terlepas. Air mata terus mengalir di pipi. Membasahi wajahnya yang masih amat cantik---asal mengapa wajah Yoonna juga begitu cantik.

Yoonna perlahan mensejajarkan posisinya dengan sang Ibu. Ia tidak paham. Ada apa?

"Y-Yoonna! Lihat Eomma! Lihat Eomma! Ini Eomma, eomma kandungmu! Dan Appa-mu, Appa kandungmu... bukan Appamu lagi," jelas sang Ibu seraya menangis tergugu. Kedua tangannya menyeka air mata. Namun sia-sia. Kenyataan ini sangat kejam untuk ia terima.

Yoonna terdiam. Apa maksudnya?

"Yoonna. Saat kau masih berusia 2 tahun, Appa dengan tiba-tiba menceraikan Eomma. Eomma bertanya, 'apa alasannya?' Namun Appa tidak menjawab. Appa pergi, menghilang begitu saja. Bagaikan ditelan bumi.

Namun Yoonna... tadi pagi, surat itu datang. Surat itu... undangan pernikahan... Ya Tuhan, aku tidak tahu harus bagaimana. Surat itu, undangan itu... undangan pernikahan Appa dengan orang lain..." isak sang Ibu dengan bahu berguncang.

DEG

Hati Yoonna seakan retak mendengarnya. Pyar! Tangan kanan Yoonna memukul meja kaca peninggalan sang Ayah sehingga kaca itu pecah. Berserakan dimana-mana. Mengenai tangan kanannya, dan darah mengalir dari sana.

"Yo-Yoonna! Ha Yoonna!"
Teriakan panik sang Ibu bagaikan angin lewat bagi Yoonna. Rasa sakit di hatinya jauh lebih menyakitkan ketimbang rasa sakit di tangannya. Sakit. Sakit sekali hatinya. Sesak sekali mengetahui kabar itu. Menghancurkan seluruh rasa sayangnya, harapannya, rindunya kepada seorang Ayah yang selama ini ia cari.
Hancur begitu saja. Hilang.

"Eomma. Kenapa Appa tega? KENAPA EOMMA?! KENAPA APPA JAHAT SAMA KITA?! KELUARGA DARI APPA JUGA! MEREKA GA PERNAH PEDULI SAMA KITA! BAHKAN YOONNA GA PERNAH LIAT BATANG HIDUNG MEREKA! YOONNA BENCI!" Teriak Yoonna penuh emosi. Tangan kanannya yang terluka mengepal kuat, sehingga darahnya mengucur deras. Menetes ke lantai marmer rumah mewah itu.

Eomma menggeleng. Tangannya menggenggam tangan kanan Yoonna yang berlumuran darah, kemudian mengobati menggunakan P3K yang tersimpan di kayu bawah meja kaca.

Because Of Him ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang