BAGIAN 4

78 20 0
                                    

"Yula." pangil Lala.

Yula mendongakan kepalanya menatap Lala sembari menyedot es teh manisnya.

"Hemm?"

"Kamu kenapa emosi sama Julio tadi? Kan dia cuma pinjem pulpen atau apa lah itu, kasih aja kalik kasian dia." kata Lala memelas.

Kara menatap lala tajam.
"Udah Lala, gak usah bahas itu, nanti ribet, mending bahas yang lain."

Lala menatap kara lekat.
"Lah? Kenapa emangnya? Ada masalah, kan aku cuma nanya."

Lala ini, polos atau emang polos sih.
Kara memutar bola matanya malas. Benar benar tidak mengerti dengan temannya yang satu ini.

Yula diam, dan kini pandangannya tertuju pada satu cowok di pojok kantin yang sedang clingak clinguk seperti mencari sesuatu.

'julio?' Tebak Yula.

Yula menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas orang itu bener Julio apa tidak. Ahh rupanya emang bener, itu adalah Julio.

di sana Julio berhenti di depan kantin dan melihat Yula yang sedang menatapnya dalam.

Julio tersenyum sumringah.
'yula tatap gua?' Batinya terasa senang.

Melihat hal itu Yula langsung memalingkan pandangannya.
Rasanya aneh banget lihat tatapan Julio tadi. Apa lagi melihat senyumannya.

"Yula." pangil Lala.

Yula menatap Lala langsung.

"Hem, Iyah ada apaa?" Tanya Yula was was.

Lala menatap Yula aneh.
"Kamu kenapa? Kok aneh banget sih?"

Lala membalikkan badannya.
"Lihat siapa sih?"

Lala melihat sosok badan besar yang sudah berdiri tepat di hadapannya. Lala mengikuti arah pandangnya. Dilihatnya dari bawah sampai atas dan mendapati sosok Julio di sana.

Julio tersenyum pada Lala dan melambaikan tangannya.
"Hai Lala." sapa Julio.

"Ju-julio. Kamu sejak kapan di sini." tanya Lala takut.

Melihat itu membuat Yula sedikit gak suka.

"Jangan takuti temen gua njir." sentak Yula.

Julio terkekeh.
"Heheh enggak kok enggak, gak takut sama gua kan lu la? Kan gua gak ada niat nakutin."

Lala cuma diam tidak menjawab.

Yula menghela napas dalam dalam.
"Hadehh, mau apa lo kemari?" Tanya Yula sembari bersedekap dada.

Kara memijat pelipisnya capek.
'ya Allah capek.'

Julio dengan senyuman sumringahnya maju ke depan mendekati Yula.

Yula merasakan hal aneh, entah kenapa senyuman itu membuat Yula sangat tidak nyaman.

Rasanya aneh, gak bisa di jelasin gitu.

"Mau apa sih lo." sentak Yula.

"Jadi gini, anu aku..." Julio mengantungkan ucapannya.

"Aku mau ganti barang barang yang pernah aku pinjem sama kamu kok." ucap Julio malu malu.

Sumpah dalam hati Julio sudah membodohkan dirinya sendiri. Bukan itu yang ingin ia ucapkan.

"Oh, cuma itu?" Tanya Yula.

Julio mengubah ekspresinya menjadi serius. Ia mengangguk.
"Hooh, gua ganti."

"Bagus, gua bentak kek tadi baru lo nyadar ya mau ganti, kalo enggak yah bakal di ganti ya?" Yula tersenyum remeh.

Julio tertunduk.
"A.."

"Tunggu apa lagi?" Ucap Yula mengagetkan Julio.

Julio mengangkat dagunya.
"Hah?"

Yula memutar bola matanya malas.
"Sekarang cepet ke koperasi sekolah, dan beli....eeee"

"Beli apa?" Tanya Julio dengan alis terangkat.

Bahkan Lala sama kara pun menunggu ucapan Yula.

Sebuah lampu tidak tiba muncul di kepala Yula.

Oke dirinya ingat sesuatu sekarang.
Lantas ia mengambil benda dalam sakunya. Ada satu lembar kertas di sana.

"Nih."

Julio mengambil kertas itu dari tangan Yula.

Julio meneliti keras itu dan membukanya.

"Semua barang yang lo pujem udah gua catat di sana, jadi beli itu semuanya tanpa terkecuali ya. Jangan sampek ada yang kurang."

Julio melotot tidak percaya.

"Anjir udah kayak utang aja." celetuk kara.

_pulpen_

BOLPOIN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang