Bel pulang sekolah sudah berbunyi.
Yula langsung berdiri dan menuju bangku Julio.
Julio yang baru saja memasukan buku bukunya ke dalam tas itu di buat kaget akan kehadiran gadis yang sangat ia rindukan kehadirannya ini.
"Omeji, ini kenapa Yula bisa nyamperin Julio sih?" Ejek Juni.
"Mau nembak Julio yah mbak?" Tebak Juni yang langsung membuat mereka semua terkekeh.
"Brisik deh lo pada, bukan apa apa kok." tekan Yula gak suka.
Pandangan Yula pun kini mengarah pada Julio yang diam.
"Julio." pangil Yula.
"Gua mau ngomong, ayok." ajak Yula untuk pergi.
"Mau ngom..." Jantung Julio bener bener tidak normal sekarang.
"Gua tunggu lo di luar kelas, ayo cepat beresin bukunya." kata Yula yang langsung melangkah keluar kelas.
"Fikss, dia mau nembak elo Jul. Yakin gua mah." sahut Haidar.
"Gua sih cuma bisa bilang amin. Kalo tuhan merestui yah apa boleh buat." kata Satria slow.
Julio pun beranjak berdiri. Dan membopong tasnya di pundak.
"Gua duluan, gais. Hidup baru gua baru di mulai." Ucapnya tersenyum antusias.
"Dih stres lu. Kek iya aja Yula mau nembak lu." Ejek Juni.
Julio menatap Juni tak percaya.
"Ha?"***
Yula menatap Julio sengit saat cowok itu sudah berada di hadapannya. Tak butuh waktu lama Julio menunggu tadi.
"Apa?" Tanya Julio dengan tampang sok dingin.
Yula memutus pandangannya sembari bersedekap dada. Ekspresi itu membuatnya muak saja.
"Jangan terima kalo Gelia pinjemin elo pulpen, dia tuh cuma modus sama lo tau gak." kata Yula tak mau menatap Julio.
"Dia tuh gak baik, gua yakin dia pasti punya maksud lain."
Julio tersenyum miring.
"Lo cemburu ya?" Tanya Julio dengan tampang mengejek.
Yula gelagapan. Ia menatap Julio aneh.
"Dih siapa juga yang cemburu, gua cuma ngasih tau aja yah bangsat, gak usah salah paham sama gua." Kata Yula membela diri.
Julio terkekeh.
"Terus kalo gak cemburu namanya apa? Hah. Yang tadi itu kek lu ngelarang gua deket sama Gelia deh." tanyan Julio tersenyum kemenangan."Lo gak suka kan lihat Gelia minjemin gua pulpen? Ya iya gua tau kok. Karnan lo cuma pengen hanya lo yang bisa pinjemin gua pulpen kan, itu kan maksudnya?"
Yula memejamkan matanya tak percaya. Harusnya ia tidak berbicara pada Julio saat ini.
Ini semua karena emosi.
"Dih ngomong apa sih, lo gak usaha..."
"Yula." potong Julio.
Julio mendekat satu langkah ke arah Yula. Sementara Yula terdiam di tempat. Kakinya seakan tidak ingin jalan atau memang dirinya yang tidak mau menjauh.
"Lo mau gak jadi cewek gua? Kali ini lo pikirin baik baik deh. Gua yakin kok lu juga suka sama gua." kata Julio sedikit serius.
'hah, kok jadi gini sih' panik Yula.
"Geer banget deh lu Supri." Sentak Yula sembari memalingkan wajahnya yang bersemu merah.
Mendadak jantung Yula sangat berdebar sangat kencang. Perasaan apa ini. Ini sangat beda dengan yang pertama Julio menembaknya.
Ia meneguk ludahnya susah. Di tatapannya mata Julio itu dalam lagi. Jujur Yula sangat menyukainya juga.
"Julio." pangil Yula dalam.
"Hemm, dalem sayang, mau jawab apa? Iya mau kan jadi cewek gua?" Tanya Julio dengan raut tengilnya.
"Gua serius, Julio. Jangan bercanda. Sifat lu itu nyebelin banget tau gak." Kata Yula kesal dengan wajah cemberut.
Julio terkekeh pelan.
"Iyah Iyah, gua juga serius kok. Mau ngomong apa?" Tanya Julio lembut.Yula tertunduk nesu.
"Gua gak suka lihat Gelia minjemin lo pulpen, pokoknya gua gak suka lihatnya." kata Yula."Apa pun itu gua gak suka lihat dia deket sama lo, gak tau perasaan apa ini. Tapi bener bener gua gak terima." lanjut Yula.
Julio tersenyum tipis. Tanganya bergerak mengusap rambut berkuncir gadis itu.
"Gua juga gak suka, tapi yah gimana lagi, tempat pinjem pulpen gua udah gak ngebolehin gua pinjem di sana lagi sih."Julio tersenyum masam.
Yula langsung mendongak cepat. Ia meraih tangan Julio yang masih mengusap rambutnya lembut ia menggenggamnya dengan kedua tangannya kuat.
"Gua mau jadi cewek lo, gua mau marahin Gelia yang suka minjemin lo pulpen mulu, seharusnya lo mijem ke gua, bukan sama dia, gua gak suka pokoknya." kata Yula kesal.
Julio menarik tangannya dan mengusap rambut Yula lagi.
"Kamu ijinin gua buat minjem pulpen lagi?" Tanya Julio antusias.Yula tersenyum.
"Iyah, aku ijinin. Tapi lo gak boleh minjem sama Gelia, harus sama gua pokoknya, soalnya gua ini pacar lo sekarang." Yula tertawa.Julio Spontan memeluk Yula.
"Aduhh Yulaa gua gak nyangka, rasanya mau nangis banget, gua pikir cinta gua bertepuk sebelah tangan, eh taunya enggak, ahahahh, gua seneng banget pliss."Julio memeluk tubuh Yula gemas.
Akhirnya Julio bisa dapetin Yula sekarang.Dari dulu Julio memang sudah suka sama Yula, makannya ia melakukan pendekatan dengan cara meminjam pulpen padanya. Itulah caranya ia mendapat hati seorang Yula.
Yula senang, akhirnya Julio juga bisa jadi miliknya. Itu artinya ia ada alasan untuk menegur Gelia untuk tidak berdekatan dengan Julia.
Yula tersenyum miring melihat Gelia yang menatapnya dari jauh.
"Miliku adalah miliku"
END
Heheheh,
Cerita ini emang singkat banget.
Dan kalo di pikir emang radak gak jelas. Heheh.
Makasih yang udah baca yahh.
Apa kesan yang kalian ambil dari cerita ini?
Btw kasih vote banyak banyak dong hehehe, sama ramaikan kolom komentar juga boleh.
Kasih saran sama kritik.
Perlu part 2 gak nih.
See you.
Sampai jumpa dicerita selanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BOLPOIN✓
Ciencia Ficción[complete]✓ ini tentang Julio yang selalu meminjam pulpen terus terus kepada Yula. Julio yang terus terusan meminjam pulpen pada Yula membuat gadis itu semakin risih dan gak suka pada sifat cowok itu. Namun di saat Julio sudah tidak meminjam pulpen...