BAGIAN 11

62 17 0
                                    

"Nih kalo kanu butuh, lain kali kalo gak bawa bilang aja ke aku, sapa tau aku bisa pinjemin."

Ini sudah entah yang keberapa kalih Gelia meminjamkan baranganya kepada Julio dengan rasa suka relawan.

Temen temen Julio udah pada yakin, pasti Gelia cuma modus belaka buat deket sama Julio, gak ada alasan lain selain Gelia memendam rasa kepada Julio.

"Dih caper banget deh jadi cewek, untung cantik." gumam Haidar merasa risih.

"Apaan sih Dar, biarin aja kalik kok lo sewot banget jadi cowok. Najis banget dengerinnya." omel Satria geleng geleng.

"Maksudnya gini loh sat, si Julio padahal gak mintak bantuan sama sekalih, eh tap..."

"Yah biarin lah, niat dia kan baik, mau nolong Julio, emang lo mau temen kita kesusahan, lagi pula lu juga gak mau minjemin Julio barang yang enggak ia bawa."

"Iya juga sih tapi kann... Akkkkk." Udah lah Haidar enggak bisa menjawab Satria.

Di satu sisi Julio juga merasa tidak nyaman dengan perlakuan itu. Padahal ia sangat merasa terbantu tapi lama kelamaan menjadi aneh.

Padahal Julio masih pengen pinjem pulpen sama Yula, tapi Gelia sudah terlebih dahulu memberikan pulpennya padanya.

Terkadang ia lupa kalau Yula tidak mau meminjamkannya barang lagi.

"Aduh, gel. Sorry Juni sudah minjemin gua pulpen, lo gak usah repot repot kali ini." kata Julio berusaha menolak saat Gelia menawarkan pulpen kepadanya.

"Pulpen Juni gak bagus, gak enak kan nulisnya? Mending pake punya ku aja." Gelia menyerahkan pulpen itu lagi.

Juni yang mendengarnya langsung elus dada.
'mentang mentang pulpen dia harganya sepuluh juta sedangkan punya gua cuma seribuan, bisa bisanya ngomong gitu, tega banget.'

Julio tersenyum kikkuk.
"Aduh, aku mah pulpen apa aja selalu aku syukuri Gel, jadi walau gak bagus yah terima saja sih, yang penting kan di buat nulis."

'kenya abis ini gua harus beli pulpen sendiri deh' batin Julio.

Gelia menghela napasnya pasrah lantas ia kembali ketempat duduknya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Hal itu pun sedikit membuat Juni menahan tawanya.

"Prettttt, akhirnya pergi juga, sakit hati gua di bilang pulpen gua gak bagus." ucap Juni pelan.

Julio menyenggol lengan Juni untuk jaga sikapnya.
"Udah diem aja deh lu, btw makasih dah udah di pinjemin pulpen butut ini." kata Julio menujuk pulpennya.

"Sembarangan kalo ngomong, gitu gitu juga masih berfungsi, lagian juga itu pulpen gua nemu di jalanan, bukan punya gua."

Julio terteoleh keget.
"Hahhh?"

Bisa bisanya mungut pulpen di jalanan.

_pulpen_

BOLPOIN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang