Rumah yang cukup tua di pinggir jalan, dengan pagar besi hitam. Diapit oleh rumah-rumah besar di sekitarnya, membuat posisi rumah itu terlihat mencolok. Jejak karat di pagar, mencoba disamarkan dengan polesan cat yang tidak banyak membantu. Beratap genteng dengan tembok putih-yang sepertinya ditimpa warna baru-tidak mengubah kesan tua dan suram.
Dua buah mobil terparkir berdampingan di halaman dan membuat orang-orang yang lewat menatap heran. Bagaimana tidak, satu mobil berupa sedan tua yang sudah mengelupas catnya, sedangkan satu lagi mobil sport hijau daun yang mencolok mata. Tidak ada yang kenal siapa penghuni rumah itu, karena baru menempati rumah selama seminggu.
Di dalam kamar dengan jendela lebar dan tinggi, seorang pemuda berseragam SMA yang trendy, dengan rambut di cat hitam kebiruan, menatap pemuda yang lebih dewasa di depannya. Alis matanya berkerut, ketidaksetujuan terlihat jelas di matanya yang berbinar tidak puas. Suara decakan terdengar jelas di kamar yang sepi.
"Kak."
Pemuda berseragam menghela napas jengkel, melihat bagaimana si kakak kini mengambil wig dan memasangnya di kepala, menutupi rambut tebal kecokelatannya. Wajah tampan bermata biru, kini tidak dikenali lagi dengan wig pendek dan kaku, softlens hitam, kacamata bingkai tebal. Kalau itu tidak cukup, ada jambang palsu menempel di rahang kokohnya kini. Segala sesuatu yang baru dia lihat, membuat Alvo kesal.
"Aku masih tidak habis pikir. Kenapa wajah tampanmu harus dibuat acak-acakan seperti gitu. Ayolah, Kak. Mana ada perempuan yang mau melihat jika penampilanmu seperti itu."
Kyle berbalik dari kaca, menatap sepupunya yang terlihat tidak puas. Ia mengulum senyum, menepuk pundak Alvo.
"Aku mau bekerja, makanya harus begini."
Alvo mendengus keras. "Kerja? Kakak tinggal datang ke kantor Vendros dan duduk di singgasana pimpinan. Ngapain juga pakai acara ganti penampilan, menyamar jadi jelek, lalu melamar jadi programer. Di perusahaan sendiri pula, oh my god!"
"Ada hal yang kamu tidak mengerti."
"Oh ya, apa? Kalau begitu Kakak kasih tahu aku."
"Belum saatnya. Lagi pula, anak kecil mau tahu saja urusan orang lain." Kyle menatap sepupunya dari atas ke bawah, lalu menggelengkan kepala. "Kamu sendiri bagaimana? Mana ada anak sekolah pakai seragam, tapi rambut dicat biru?"
Alvo mengangkat dua tangan. "Eit, aku murid spesial. Lagi pula, itu sekolah milik Grandpa. Tidak ada yang bisa macam-macam denganku di sana."
Dengan jengkel Kyle memukul bagian belakang kepala bocah berseragam itu. "Kamu ini! Mentang-mentang keturunan Vendros, jadi bertingkah semaunya."
"Aduh, sakit tahu. Lagi pula, kalau bukan aku yang harus bersikap layaknya Vendros, memang siapa yang bisa? Kak Kyle asyik di luar negeri, sekalinya pulang malah menyamar. Kak Audrey? Hanya Tuhan yang tahu, apa yang dia mau."
Dengan tidak sabar, Kyle meraih bahu Alvo dan mendorongnya keluar kamar. Bicara dengan sepupunya yang masih muda memang sering membuatnya kesal. Selalu diikuti kemauannya oleh kakek dan nenek mereka membuat Alvo jadi manja dan arogan. Tidak sedikit kabar yang ia dengar tentang Alvo dan membuatnya geleng kepala. Tidak ada yang menegurnya saat sepupunya itu menjadi bos di sekolah, semua orang takut padanya. Kedua orang tua Alvo bahkan berniat mengirim ke luar negeri saat lulus SMA nanti, agar diasuh oleh Max dan Jovanka. Niat itu membuat Audrey senang, tapi tidak dengannya. Ia tidak ingin ketenangan rumahnya hancur karena tingkah seorang anak baru gede yang pemberontak.
"Kak, mau ke mana?" protes Alvo. Ia meringis karena Kyle menyeret kerah seragamnya. Berniat memberontak, tapi tidak bisa karena besarnya kekuatan Kyle.
"Sekolah. Kamu pikir sekarang jam berapa? Sudah jam tujuh dan kamu masih di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Temptations Of Vendros
RomanceKyle Vendros menyamar sebagai pria berpenampilan cupu, dan bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Tak hanya untuk menemukan pengkhianat dalam perusahaan, tetapi agar bisa lebih dekat dengan cinta masa lalu. *** Sequel dari Sang Pengantin Bayaran...
Wattpad Original
Ada 13 bab gratis lagi