Sebuah pertemuan yang heboh, kedua gadis itu berpelukan, dan berteriak bersamaan saat berjumpa. Audrey dan Nesya, saling memeluk erat dan tak henti-hentinya menyatakan kegembiraan mereka karena bisa berjumpa lagi setelah sekian lama. Tidak peduli pada pengunjung restoran yang menatap keduanya, mereka mengungkapkan kebahagiaan.
"Kenalkan ini adik sepupuku, Alvo." Audrey memperkenalkan Nesya pada Alvo yang sedari tadi diam menunggu.
Nesya mengulurkan tangan untuk menjabat, tapi Alvo mengabaikannya. Pemuda itu malah membuka tangannya lebar-lebar dan memeluk Nesya dengan lembut.
"Kak Nesya, sama cantiknya dengan Kak Audrey. Aku yang bangga ada bersama kalian."
Nesya tergelak, membiarkan dirinya dipeluk. "Hai, Alvo. Kamu tampan sekali."
Alvo menegakkan tubuh. "Tentu saja, seluruh dunia tahu aku tampan."
Mereka duduk mengelilingi meja. Audrey dan Nesya terlibat dalam percakapan seru, sementara Alvo sibuk dengan ponselnya. Ia mengerti untuk tidak mengganggu dua gadis di depannya.
Restoran tempat mereka bertemu adalah restoran yang menyajikan masakan oriental. Berbagai jenis olahan sayur dan daging dikeluarkan dan hanya Alvo yang menikmati hidangan.
"Kamu sama seperti dulu, cantik," puji Audrey.
"Ih, kamu lebih cantik dari aku. Kulitmu putih, tinggi, aduuh, kalau aku laki-laki pasti aku sudah naksir kamu," jawab Nesya.
"Tapi, jenis wajahmu yang ayu dan lembut itu, banyak disukai laki-laki. Kalau aku, menurut mereka itu pasaran."
Nesya melotot dan menggeleng tidak setuju. "Hah, mereka yang buta atau kamu yang terlalu merendah. Please, Audrey. Kamu itu perfect!"
"Ehm, sudah-sudah. Kalian berdua tidak usah berebut. Di sini, aku paling tampan." Alvo berdehem dan menghentikan perdebatan.
Nesya dan Audrey bersamaan memandang Alvo, lalu tergelak. Mengambil sumpit, mereka mulai makan. Perasaan Nesya membuncah dalam rasa bahagia. Setelah berpisah bertahun-tahun, ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya. Tidak ada yang berubah, kecuali fisik mereka. Audrey tetap ramah dan ceria seperti yang ada dalam ingatannya. Wajah Audrey mirip sekali dengan mommy-nya, sedangkan Kyle, sepertinya mirip daddy-nya. Teringat pada pemuda itu, ia berdehem kecil.
"Aku ketemu kakakmu di kantor."
Audrey dan Alvo mendongak bersamaan. Berusaha menutupi kekagetan mereka.
"Di kantor?" Audrey mengulangi perkataan Nesya.
"Iya, beberapa hari lalu. Di dalam lift tepatnya. Dia sedang bersama teman atau klien dan aku sedang ...." Nesya terdiam sesaat, merasa wajahnya memerah mengingat momen itu. "Membawa papan gambar."
"Kalian tidak saling tegur?"
Nesya tersenyum kecil. "Hanya menyapa kecil. Siapa yang berani untuk mengajaknya bicara." Ia teringat tentang betapa tampan dan berwibawanya Kyle. Seorang CEO dan pewaris perusahaan besar. Mana mungkin ia berani bersikap sok akrab dengannya. Nesya merasa ia harus lebih tahu diri.
"Padahal, kalian kenal dari kecil. Aku yakin kakakku pasti ingin mengobrol denganmu."
"Entahlah, aku yang malu."
Nesya menunduk, tidak enak hati harus mengungkapkan sebuah kebenaran. Ia memang malu, tapi yang utama adalah tidak cukup punya keberanian dan rasa percaya diri untuk bersikap akrab dengan Kyle. Pemuda itu bukan lagi teman masa kecil, tapi juga pimpinan di perusahaan tempatnya bekerja.
"Kamu masih tinggal bersama tantemu?" Audrey mengalihkan topik pembicaraan, melihat Nesya yang tertunduk malu.
"Masih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Temptations Of Vendros
RomanceKyle Vendros menyamar sebagai pria berpenampilan cupu, dan bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Tak hanya untuk menemukan pengkhianat dalam perusahaan, tetapi agar bisa lebih dekat dengan cinta masa lalu. *** Sequel dari Sang Pengantin Bayaran...
Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi