Minggu yang damai, Kyle menatap alat pembuat kopinya yang berdesis. Tak lama cairan panas keluar dan memenuhi gelas porselen putih. Ia meraih gelas dan membawanya ke ruang tamu. Mengenyakkan diri di atas sofa kulit dan menghidu aroma kopi yang harum. Menghirup perlahan, benaknya berpikir tentang pekerjaan di kantor. Satu minggu berlalu semenjak ia menjadi programer baru di Venus Art Studio. Selama itu pula, hanya Nesya yang sering mengajaknya mengobrol. Orang-orang lainnya, terutama sesama programer hanya mengajak bicara seperlunya. Itu juga kalau ada masalah, biasanya soal bug system. Lain dari itu, mereka tidak saling menyapa. Begitu pula para komikus dan editor yang berada di satu ruangan yang sama dengannya. Kesan enggan dan jijik saat menatapnya terlihat begitu jelas. Kyle tidak heran, dengan penampilannya yang acak-acakkan, setiap orang pasti mengira dirinya aneh. Namun, tidak dengan Nesya. Gadis itu mengajaknya mengobrol saat sedang istirahat. Membagi makanan dengannya dan tak segan-segan membantu saat ia sedang kesulitan. Mengingat tentang Nesya tanpa sadar membuatnya tersenyum. Gadis seumuran adiknya itu, memang dari dulu sangat menarik.
Dering ponsel menarik perhatiannya. Kyle mengangkat dan terdengar suara yang dalam dari ujung telepon.
"Kyle, how are you?"
"Dad, I'm good."
"I see. Kamu belum pergi ke office kita?"
"Not yet. Maybe later."
"Soon, Kyle. Jangan menunda terlalu lama. Paling tidak, muncul lah sebentar agar para pemegang saham itu diam."
Kyle terdiam sesaat, lalu menghela napas panjang, dan menjawab perkataan daddy-nya. "Sure, Dad. I will be there, soon."
Tak lama, suara daddy-nya digantikan dengan ocehan panjang dari mommy-nya yang khawatir dengan keadaannya, disela oleh teriakan adik perempuannya. Suara keduanya terdengar riuh saling bersahutan dan membuat telinga Kyle hampir pengar. Untunglah, sang papa berteriak ingin keluar dan menghentikan berbagai pertanyaan dari Jovanka dan Audrey. Setelah mengakhiri panggilan, Kyle memencet satu nomor lain dan meminta orang itu menemuinya.
Datang dalam keadaan berjas rapi, Kyle menatap laki-laki yang usianya beberapa tahun lebih tua darinya. Ia memanggil karena ingin bicara tentang perusahaan dan heran mendapati asistennya begitu rapi.
"Gama, duduklah. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Baik, Tuan Muda."
"Panggil aku Kyle atau Pak, atau Kak. Jangan tuan muda."
"Maaf, tidak bisa, Tuan Muda."
Kyle tidak dapat menahan tawa melihat sikap kaku laki-laki itu. Ia mengibaskan tangan dan menunjuk sofa di seberangnya. "Hei, santai saja. Aku hanya ingin bertanya soal perusahaan. Berapa lama kamu bekerja di Vendros?"
"Delapan tahun, Tuan Muda."
"Wow, dari umur 22 tahun?"
"Iya, lulus dari kuliah langsung bekerja."
"Hebat. Selama ini siapa yang membimbingmu, selain Uncle Steve?"
"Sebelumnya Tuan Besar Vendros sendiri."
"Grandpa?"
Gama mengangguk. Menatap pemuda tampan bermata biru yang sekarang menjadi atasannya.
"Bagus kalau begitu, Gama. Kita bisa langsung mulai pekerjaan kita. Kamu tahu bukan kalau aku menyamar? Sekarang bekerja di lantai bawah?"
Lagi-lagi Gama mengangguk. "Iya, Tuan. Sebagai Willi, seorang programer untuk Venus Art Studio."
KAMU SEDANG MEMBACA
Temptations Of Vendros
RomanceKyle Vendros menyamar sebagai pria berpenampilan cupu, dan bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Tak hanya untuk menemukan pengkhianat dalam perusahaan, tetapi agar bisa lebih dekat dengan cinta masa lalu. *** Sequel dari Sang Pengantin Bayaran...
Wattpad Original
Ada 10 bab gratis lagi