Seorang gadis kecil berambut ikal dengan gigi bagian depan tanggal dua, berlari sambil berteriak ceria. Mereka mengelilingi pohon akasia yang bunga dan daunnya berguguran karena angin. Matahari bersinar terang, membias di wajah mereka yang berkeringat. Nesya berlari mengikuti dan berusaha meraih tangan gadis itu, tapi selalu gagal.
"Ayo, Nesya. Tangkap aku."
"Audrey, aku capek."
"Jangan capek. Ayo, lari lagi."
Mereka terus memutari pohon, tidak peduli dengan bulir-bulir keringat membasahi wajah dan tubuh, hingga tanpa sengaja Nesya terantuk batu dan terjerembab ke tanah. Suara tawa terhenti, berganti dengan rintih kesakitan. Nesya mengusap lututnya yang terluka dan berdarah, menahan diri untuk tidak menangis.
"Nesya, kamu tidak apa-apa?"
Sebuah suara yang lembut menegurnya. Nesya mengangkat wajah dan mengerjapkan mata untuk melihat secara jelas sosok anak laki-laki yang sedang berdiri di depannya. Bermata biru, berambut hitam kecokelatan, Nesya melihat anak laki-laki paling tampan dalam hidup mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.
"Kyle ...."
"Kamu tidak apa-apa? Ayo, bangun. Jangan nangis."
Nesya menyambut uluran tangan itu, belum sampai tangan mereka bertaut, terdengar teriakan keras yang membuatnya berjengit kaget.
"Nesyaaa! Bangun! Udah siang masih tidur aja. Mentang-mentang hari Minggu!"
Suara gedoran di pintu membangunkan Nesya dari tidur panjang dan mimpi indahnya. Ia terduduk dengan dada berdebar keras karena kaget. Menoleh ke arah pintu, ia menepuk-nepuk dada, dan menghela napas panjang. Merasa seakan rohnya dipaksa masuk ke tubuh.
"Nesyaaa! Sudah bangun, belum?"
Tidak tahan dengan gedoran yang memekakkan telinga, Nesya berdehem. "Sudaaah!"
Dari balik pintu kembali terdengar teriakan. "Bagus kalau gitu. Cepat turun! Banyak pesanan hari ini. Kami kerepotan!"
Dengan malas Nesya bangkit dari ranjang. Setengah mengantuk, ia melangkah menuju kamar mandi. Mata mengantuknya terlihat di cermin yang buram. Membuka kran, ia membasuh wajah, mengikat rambut, dan menggosok gigi.
Ingatan tentang mimpinya kembali menyeruak dalam pikiran. Sepertinya ia begitu merindukan mereka hingga terbawa ke alam mimpi. Tentang Audrey yang jelita dan Kyle yang tampan rupawan. Kenangan masa kecil mereka terus menghantuinya.
Meskipun sudah berpisah bertahun-tahun, karena media social, ia bisa berhubungan kembali dengan Audrey. Sudah dua tahun ini mereka berkomunikasi melalui Instagram. Saling berbagi kabar dan keseharian. Audrey tidak pernah berubah, masih tetap baik dan ramah seperti dulu. Meski secara fisik mereka bukan lagi anak-anak.
Suatu saat, kalau aku tidak bisa pulang ke tanahair, kamu yang harus datang ke sini, Ness. Jalan-jalan dan tinggal bersama kami
Ajakan Audrey sungguh membuatnya gembira. Akan senang rasanya, bisa keluar negeri, dan meninggalkan segudang masalah di sini. Namun, ingatan tentang kondisi orang tuanya membuatnya menghela napas dan menyadari kalau keinginan untuk menemui keluarga Vendros di luar negeri, tak lebih dari sebuah khayalan.
Kak Kyle menitip salam padamu, Nesya. Ternyata dia masih mengingatmu
Suatu hari, perkataan dari Audrey tentang pemuda bermata biru membuat hatinya terusik. Meski berhubungan lewat media sosial, tapi keluarga Vendros tidak pernah mengunggah foto. Bahkan akun Instagram pun berganti nyaris setiap beberapa bulan sekali. Nesya tahu kalau keluarga itu sedang ada masalah besar yang mengintai, mau tidak mau mereka hidup tertutup. Padahal, hanya satu yang diinginkan dan itu sulit tercapai, bahkan sampai sekarang, ingin melihat sosok Kyle. Pemuda itu tidak punya media sosial, itu yang dikatakan Audrey padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temptations Of Vendros
RomanceKyle Vendros menyamar sebagai pria berpenampilan cupu, dan bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Tak hanya untuk menemukan pengkhianat dalam perusahaan, tetapi agar bisa lebih dekat dengan cinta masa lalu. *** Sequel dari Sang Pengantin Bayaran...
Wattpad Original
Ada 11 bab gratis lagi