Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

Bab 10

4.4K 656 56
                                    

Bandara ramai oleh pengunjung, terutama di gate kedatangan. Para penumpang pesawat koper besar. Banyak juga penumpang yang lebih santai dengan koper kecil.

Seorang gadis cantik dengan rambut ikal kecokelatan, sibuk dengan ponselnya. Ada begitu banyak pesan serta telepon yang masuk menanyakan keadaannya. Ia mencoba membalas satu per satu sambil mendorong troli, mengabaikan keramaian di sekitarnya.

"Pak, sepertinya kita tidak bisa langsung pulang. Harus ke kantor dulu untuk rapat."

"Baiklah, meski aku agak lelah."

"Tidak lama, Pak. Kemungkinan hanya dua jam."

Gadis itu mendengarkan percakapan dua laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. Ia melirik laki-laki yang lebih muda, berdiri angkuh dengan pandangan mata bosan, sementara di sampingnya, laki-laki yang lebih tua, sibuk menerima panggilan.

"Halo, ini PT. Raja Angkasa Tritama. Apa? Ingin bicara dengan Pak Dareen?" Laki-laki itu menutup ujung ponsel dan menanyakan kesediaan sang atasan untuk menerima telepon.

"Dari siapa?"

"Wanita, bernama Qanita."

Dareen mengibaskan tangan sambil menggeleng. Sang asisten mengangguk paham. "Maaf, Nona. Tuan Dareen sedang rapat. Ada pesan yang bisa saya sampaikan?"

Sementara asistennya sibuk menerima panggilan yang tiada henti, Dareen menghela napas. Mereka berdiri di dekat pintu keluar, menunggu mobil jemputan. Ia melirik penumpang di sebelahnya dan menyadari ternyata seorang gadis amat cantik dengan rambut ikal kecokelatan. Pakaian gadis itu sangat modis, berupa rok selutut putih, dengan blus merah muda, dan sepatu boots trendy hitam. Ada tas kecil bermerek Gucci yang tersampir di pundaknya.

Kericuhan terjadi saat ada keributan dari arah belakang. Beberapa laki-laki melangkah cepat sambil terlibat perdebatan. Mereka menyibak kerumunan, menabrak siapa pun yang menghalangi jalan, termasuk gadis berambut cokelat. Troli terlepas dari pegangan. Gadis itu memekik dan terdorong ke samping. Dareen yang kaget membuka tangan dan gadis itu begitu saja masuk ke pelukannya.

"Ugh, sorry."

Setelah beberapa laki-laki itu pergi, Dareen mendorong pergi gadis dalam pelukannya, dan terdengar jeritan lirih.

"Aduuh, rambutku kejepit!"

Ia menunduk dan menatap sepasang mata paling indah yang milik gadis yang sedang mengernyit kesakitan. Rambut gadis itu entah bagaimana, tersangkut ke kancing kemejanya.

"Lepaskan pelan-pelan," perintahnya.

Gadis itu mendengus. "Ini sedang berusaha. Kamu pikir aku sedang apa? Menciummu?"

Omelan gadis itu membuat Dareen terdiam. Orang-orang kini menatap mereka saat si gadis menggerakan kepala dan bagian atas rambutnya menyentuh dagunya seolah menggelitik.

"Kenapa lama sekali?"

"Karena rambutku ikal, jadi agak susah. Bisa tidak kamu jangan gerak-gerak?"

Dareen menghela napas panjang, bertukar pandang dengan asistennya yang berdiri ternganga. Tidak pernah seumur hidupnya ia merasa malu seperti sekarang. Membiarkan seorang gadis menggesek-gesekkan rambut di dada dan membuatnya terpaksa harus memalingkan wajah kalau tidak ingin tergelitik oleh rambut gadis itu.

"Jangan bilang kamu betah di pelukanku."

"What? Jangan GR, Pak Tua! Ini rambutku sudah kesakitan."

Mengabaikan panggilan yang menurutnya sangat kurang ajar itu, Dareen dengan terpaksa meletakkan tangannya di atas puncak kepala gadis itu. Ia terpaksa membuka satu kancing kemejanya dan seketika, rambut gadis itu terlepas.

Temptations Of VendrosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang