Waktu berlalu sangat cepat, sekaligus melelahkan bagi Kyle. Ia diharuskan berperan sebagai dua orang dan bekerja di waktu yang berbeda. Ia bahkan sering meminta Gama berpura-pura membutuhkan tenaganya agar bisa naik ke lantai atas tanpa dicurigai orang-orang. Saat ia bekerja dengan Gama, untuk urusan programer, ada orang lain yang menggantikannya. Dengan begitu, ia bisa menyelesaikan dua pekerjaan secara bersamaan. Gama yang mengatur semuanya, ia hanya tinggal menjalani. Meski begitu, ia tidak pernah mengeluh. Semua yang ia lakukan sekarang bukan hanya demi perusahaan, tapi juga keselamatannya.
"Kamu harus berhati-hati, Kyle. Tidak ada yang bisa menjamin kalau orang jahat itu tidak akan muncul lagi."
Peringatan sang daddy semakin membuat Kyle waspada. Ia tahu tidak boleh lengah dan harus selalu berhati-hati. Sang mommy menyarankan agar dirinya membawa banyak bodyguard ke mana pun ia pergi, tapi ia menentangnya. Bukan karena tidak ingin menuruti kemauan sang mommy, tapi menurutnya justru itu akan merepotkan dan membuat ruang geraknya tidak leluasa.
"Audrey akan ke Jakarta minggu depan. Kamu harus menjaganya."
Kabar tentang rencana kedatangan sang adik membuat Kyle gembira, sekaligus khawatir. Ia senang tentu saja ada yang menemani di sini, tapi di lain pihak, ia khawatir dengan keselamatan adiknya.
"Aku beda dengan Kakak. Kalau Kakak langsung dikenali karena bermata biru dan persis dengan Daddy. Aku tidak begitu."
Pembelaan dari Audrey membuat Kyle mendengus. Dirinya memang sangat mirip dengan sang daddy, tapi Audrey lupa, kalau adiknya itu seperti pinang dibelah dua dengan mommy. Meski begitu, ia senang dengan kedatangan adik semata wayangnya, dengan begitu punya teman untuk diajak bicara.
"Tuan, masih banyak dokumen yang harus diperiksa dan ditandatangani. Tapi, Anda di sini sudah lebih dari empat jam."
Kyle menghela napas panjang, menunjuk tumpukan dokumen di depannya. "Kamu bawa pulang, dan letakkan di meja kerjaku di penthouse. Besok libur, aku akan memeriksanya."
Gama mengangguk. "Waktunya makan siang, Tuan."
"Aku akan makan di bawah, Nesya membawa bekal untuk kami."
Gama tidak mengatakan apa pun saat melihat atasannya kembali memakai wig, janggut palsu, dan softlens. Dalam sekejap penampilan Kyle berubah tidak lagi dikenali. Untunglah saat Kyle berada di ruangan, tidak ada karyawan lain yang melihat, kalau tidak akan timbul berbagai pertanyaan.
Gama melangkah menuju meja, mengambil tas hitam berisi laptop, dan menyerahkan pada Kyle. "Pekerjaan sudah selesai."
Kyle mengangguk. "Aku turun dulu. Kita bertemu besok. Ah lupa, kamu libur."
"Tidak, Tuan. Saya akan tetap datang ke penthouse besok."
Kyle sangat menghargai kerja keras dan dedikasi Gama padanya. Laki-laki itu memilih untuk tetap bekerja saat libur, padahal ia tidak meminta itu.
Keluar dari ruangan, Kyle mengikuti Gama menuju lift dan masuk bersama. Mereka naik lift karyawan karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan. Lift berhenti di lantai delapan, serombongan karyawan yang terdiri atas tiga perempuan dan dua laki-laki masuk. Kyle merapat ke pojokan.
"Selamat siang, Pak Gama."
Mereka menyapa Gama ramah dan dijawab anggukan kecil oleh laki-laki itu. Tidak ada yang menyapa Kyle karena semua pandangan tertuju pada Gama yang tinggi berwibawa. Di lantai lima, Gama keluar meninggalkan Kyle tanpa berpamitan.
"Pak Gama tampan sekali. Sudah punya pacar belum ya?"
"Pasti sudah. tidak mungkin seumuran dia tidak ada pacar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Temptations Of Vendros
RomanceKyle Vendros menyamar sebagai pria berpenampilan cupu, dan bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Tak hanya untuk menemukan pengkhianat dalam perusahaan, tetapi agar bisa lebih dekat dengan cinta masa lalu. *** Sequel dari Sang Pengantin Bayaran...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi