Terlalu sering begadang, membuat Nesya mudah merasa lelah. Lingkaran hitam di bawah mata terlihat jelas. Tenggang waktu dari pekerjaannya semakin dekat, mau tidak mau ia harus bekerja lebih keras dari biasanya. Semua yang dikerjakan gadis itu tidak luput dari pantauan Kyle. Sering kali ia merasa kasihan saat melihat Nesya tertidur kala istirahat dan melewatkan makan siang.
Seperti hari ini, ruangan sepi karena semua orang keluar untuk makan siang. Tertinggal hanya Kyle yang sibuk bertukar pesan dengan Gama dan Nesya yang tidur menelungkup di atas meja. Ia sama sekali tidak membuat suara karena takut membangunkan gadis itu. Dari terakhir kali ia datang untuk memimpin rapat minggu lalu, Kyle belum lagi ke atas. Ia masih harus mempelajari banyak hal, mempersiapkan diri sebelum membuka identitas asli.
Selama beberapa minggu bekerja sebagai programer, ia memperhatikan sekelilingnya dengan seksama, termasuk kinerja Tita dan pegawai yang lain. Meski galak, tapi Tita adalah pegawai yang berdedikasi, terlepas dari sikapnya yang suka mengambil hati secara berlebihan terhadap Ana, hanya karena gadis itu anak pegawai yang kedudukannya lebih tinggi.
Menatap punggung Nesya yang bernapas tenang, Kyle merasakan tusukan rasa kasihan. Seandainya saja, Nesya mau, ia bisa membantu gadis itu agar lepas dari rasa lelah yang berlebihan. Namun, ucapan Nesya membuatnya berpikir dua kali sebelum membantu.
"Orang tuaku tidak terlalu bangkrut, kalau hanya membiayaiku kuliah, mereka masih sanggup. Tapi, aku melakukan semua ini memang untuk diriku sendiri. Ingin mandiri tanpa membebani orang lain. Satu-satunya hal yang membuatku kesal adalah harus tinggal serumah dengan tanteku."
"Apa mereka memperlakukanmu kurang baik?"
Nesya menggeleng. "Bukan kurang baik, hanya sedikit terpaksa menampungku."
"Kenapa tidak pindah?"
"Karena orang tuaku khawatir kalau aku tinggal sendiri."
"Bukankah banyak pekerja dari perantauan yang menyewa rumah?"
"Memang, tapi papaku tidak memberi izin. Jadi, mau tidak mau aku harus menurut."
Pikirannya tentang Nesya teralihkan saat sebuah pesan masuk, dari asistennya. Ia membalas cepat.
"Tuan Muda, Perlu saya siapkan makan siang?"
Pertanyaan Gama di sela-sela percakapan mereka soal HRD-yang menurutmereka perlu dibenahi-membuat Kyle mengernyit.
"Menurutmu, makanan apa yang enak, tapi tidak terlihat seperti makanan mahal?"
Tak lama Gama membalas.
"Sushi."
"Oh, oke. Tolong belikan aku itu, minta restoran langsung kirim ke sini."
"Baik, ada lagi?"
"Tidak, itu saja cukup."
"Jangan lupa pesta nanti malam, Tuan. Kitaberangkat pukul sembilan."
"Oke."
Setelah mengakhiri percakapan dengan Gama, Kyle merenggangkan tubuh. Bangkit dari kursi menuju toilet, tepat saat itu ponselnya berdering. Ia mengenali nomor keluarganya. Tidak ingin pembicaraannya didengar banyak orang, ia pergi ke teras samping dan bicara dengan daddy, mommy, dan adiknya.
Tanpa terasa, hampir empat puluh menit ia bicara dan saat kembali ke ruangan, ia menerima banyak tatapan aneh dari teman kerjanya. Melangkah heran, ia merasa tidak melakukan sesuatu yang buruk. Hingga pandangan matanya tertumbuk pada tumpukan kotak sushi di atas meja.
"Wili, kamu ulang tahun?" tanya Nesya sambil menunjuk meja Kyle yang penuh makanan.
Kyle menggeleng lemah. "Tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Temptations Of Vendros
RomanceKyle Vendros menyamar sebagai pria berpenampilan cupu, dan bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Tak hanya untuk menemukan pengkhianat dalam perusahaan, tetapi agar bisa lebih dekat dengan cinta masa lalu. *** Sequel dari Sang Pengantin Bayaran...
Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi