PROLOG

23.4K 776 8
                                    

Ini adalah pertemuan pertama antara Ghaizka dan Zeyra. Manik mata mereka sempat tidak sengaja bertubrukan tidak lebih dari lima detik.

Namun, raut wajah mereka sama-sama datar nan dingin—seolah menggambarkan jelas bahwa mereka menentang perjodohan ini dengan mengibarkan bendera permusuhan hanya lewat tatap mata.

Tireno selaku papa dari Ghaizka berdehem sebelum kembali membuka suara.

"Alhamdulillah ya, akhirnya kalian ketemu juga," dia menatap Ghaizka dan Zeyra bergantian. "Semoga ini awal yang baik buat kita semua ya," sambungnya.

Mendengar itu jelas dua sejoli yang terlibat perjodohan itu membantah dalam hati. Awal baik dari mananya!

Juan—ayah Zeyra mengangguk. "Semoga pertemuan pertama kalian terhadap anak saya tidak meninggalkan kesal buruk ya," ucap nya sopan.

Tireno tertawa pelan. "Jelas tidak, Juan. Itu pun seharusnya hal yang wajar saja. Namanya juga anak muda," sahut pria itu.

Mama Ghaizka—Sabrina—sedari tadi terus memandangi wajah Zeyra. Sangat kagum pada anugrah dari Tuhan yang diberikan pada gadis itu.

"Kamu kok bisa sih cantik banget," bukan, bukan Sabrina yang bicara seperti itu. Melainkan Laura, kakak Ghaizka yang ternyata juga pangling pada Zeyra.

Zeyra tersenyum canggung. "Hehe, kakak juga cantik banget," balasnya lembut. Sejujurnya, dia tidak tahu harus memanggil apa pada wanita cantik disebelahnya.

Sabrina yang pertanyaan tadi sudah lebih dulu diwakilkan oleh anak sulungnya itu kini malah kembali mengulang pertanyaan.

"Iya kok bisa kamu cantik banget?" Heran Sabrina.

Zeyra malah kembali merasa canggung dan malu di buatnya.

"Oh iya, saya Mama Ghaizka," Sabrina baru ingat memperkenalkan diri.

"Ghaizka?" Ulang Zeyra, tidak mengerti.

Sabrina tertawa geli lalu merangkul putranya. "Ini lho, namanya Ghaizka," wanita itu masih terkekeh, mengetahui fakta bahwa ternyata gadis cantik dihadapan anak bungsunya itu tidak mengenal nama orang yang akan dinikahkan dengannya.

Zeyra memasang wajah kaget dengan spontan, namun secepatnya dia mengubah ekspresi itu lalu ber'oh' ria ketika telah menatap pada Ghaizka.

"Oh iya, kamu namanya siapa? Aku juga belum kenal lho," Zeyra langsung menoleh pada Laura disebelahnya.

"Zeyra, kak— kakak bukan sih?" Tanya nya to the poin sambil tertawa kecil guna menghindari rasa canggung.

Laura langsung tertawa dibuatnya. "Iya, kakak... jangan panggil tante yaaa,," gurau wanita itu langsung.

Zeyra ikut tertawa. "Aku takut salah... tapi nggak akan manggil tante juga sih," balasnya.

Laura meraih tangan Zeyra lalu segera ia satukan—bersalaman. "Aku Laura, kakak pertama Ghaizka. Udah nikah, juga udah punya anak. Itu anak kakak," Laura menunjuk menggunakan dagu pada anaknya yang dipangku suaminya disebelahnya.

Zeyra tampak sedikit terkejut mengetahui pernyataan bahwa perempuan disebelahnya ini sudah memiliki anak. Padahal wajahnya masih terlihat remaja. Hahaha.

"Awet muda banget, ih," balas Zeyra membuat Laura kembali tertawa kecil.

"Kamu wajahnya cuek, aslinya humble gini ya,"

"Memang banyak yang bilang dia cuek, judes, sombong," kata Juan memberitahu. "Padahal itu mukanya aja," tambahnya. Zeyra lagi-lagi tersenyum canggung.

GHAZEYRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang