19. GOSIPIN ZEYRA ( JILID 2 )

4.6K 338 113
                                    

Holaa ulat buluuu🐛🦋

I'm NonaK 🐣✨

Iya tau, update nya lama. Minta maap lagi nih saya🥲

Maapin yaaa☺️🙏🏼

Kalau lupa alur, bisa baca ulang part 18 ya 😚

Kalian baca ini jam berapa?

Sebagian cerita akan di private jadi follow dulu baru bisa baca 🌱

Pencet tombol 🌟 dipojok kiri untuk vote 🙌🏻

Jangan lupa ramein dengan komen disetiap paragraf yaauu, biar aku makin semangat update nyaa🤪

Maaf kalau ada typo yang mengganggu saat membaca✌🏼

Selamat membaca


🌵 19. GOSIPIN ZEYRA ( JILID 2 ) 🌵

Matahari sepenuhnya telah tenggelam. Tugasnya pun telah digantikan oleh bulan untuk membantu menerangi bumi diantara awan hitam yang menyelimuti. Kendaraan berlalu lalang, sepertinya orang-orang di jam segini memang akan pulang ke rumah mereka masing-masing.

Jalanan sempat macet sebentar sebelum mobil Mars menyusuri jalanan untuk segera tiba dirumahnya.

Pada saat telah sampai, niat Zeyra adalah menukar mobil lalu pulang. Namun, panggilan dari April yang menyambut mereka di depan pintu mengurungkan niat gadis itu untuk pergi.

"Zey, sini dulu masuk," suruh April ketika mereka telah turun dari mobil. Nia berlari memeluk Oma nya.

"Oma! Tadi kita ke pantai, seruuu banget!" Cerita anak itu antusias sembari mendongak dalam pelukan April.

"Emang, iya?" Tanya April sembari mengusap surai hitam Nia. Dan anak itupun mengangguk.

"Tadi aku buat istana dari pasir, besaarr banget!" Seperkian detik, ekspresi antusias itu berubah masam. "Tapi Nio ancurin," adunya.

Nio yang merasa nama nya disebut, bedecak. "Bukan aku. Itu kamu nya yang buat pinggir banget, jadi kena ombak,"

Nia berbalik menatap kakaknya. "Tapi tetap aja kamu yang salah. Kan aku udah bilang tolong hadangin, tapi kamu nggak mau!"

"Gila aja aku disuruh ngehadang ombak. Emangnya aku avatar bisa mengendalikan air?" Kesal anak laki-laki itu bersandar pada pilar rumah.

Zeyra dan Mars yang berjalan mendekat pun tertawa dibuatnya. "Ada-ada aja, lu, curut," gemas Mars mengacak rambut Nia.

"Ih, Om Mars!" Gerutu anak itu masih terbawa kesal lalu dia kembali berbalik ke arah April. "Oma.... Liat tuh Om Mars sama Nio, mereka ngeselin banget!!!" Rengeknya.

April terkekeh lalu menunduk. "Nia, kamu nggak bisa suruh Nio hadang ombak, atau suruh siapapun buat ngehadang ombak, ya..." nasehatnya dengan lembut.

Nia mengerucutkan bibirnya. "Tapi aku kesel. Aku udah buat susah payah tapi hancur gitu aja,"

Zeyra mendekat lalu mengusap rambut Nia. "Kalau kamu kesal karena itu, itu pasti karena ekspektasi kamu terlalu tinggi,"

Nia menoleh. "Ekspektasi?"

"Harapan," Mars menerjemahkan.

"Iya, harapan. Kamu nggak bisa langsung berharap banyak cuma karena istana pasir kamu itu besar dan kokoh, terus istananya nggak bisa hancur, itu salah," kata Zeyra. "Kalau dari awal kamu udah mikirin istana kamu harus besar dan bagus, berarti kamu juga harus mikir gimana cara kamu mempertahankannya," Zeyra berucap, berharap Nia bisa mengerti. Karena memang, dari hancurnya istana pasir yang dia buat, mood Nia sudah memburuk.

GHAZEYRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang