神 - 09

608 147 148
                                    

Dari ke empat remaja yang mengalami kecelakaan hebat di persimpangan jalan itu Seng lah yang paling pertama kali tersadar.

Pria manis itu langsung memekik meminta cermin begitu ia tersadar setelah satu setengah hari pingsan. Dan mengucap syukur sambil berkata, "Syukurlah hanya kaki kiriku yang patah. Wajahku tidak terluka. Masih sangat tampan!"

Orang tua dan juga dokter yang merawatnya hanya bisa menggeleng jengah, tapi juga sangat bersyukur karena si manis selamat.

Setelah mengetahui keadaan wajahnya barulah ia teringat pada kekasihnya, dan di sanalah ia sekarang, duduk berhadapan dengan Ole yang juga baru sadar.

Berbeda dengan Seng, pria berlesung pipi itu mendapat banyak goresan di wajah tampannya karena tersayat pecahan kaca. Tangan kirinya patah dan ia menggunakan gips yang menggantung di lehernya.

Ole mengulas senyum lebar saat mendapati kehadiran kekasihnya. "Aku merasa keren. Aku merasa seperti menjadi seorang super hero. Kita harus mencobanya lagi!!" semangat pemuda itu, walaupun ia meringis setelahnya karena bergerak terlalu semangat.

"Super hero pantatmu! Mana ada super hero patah tulang seperti ini!" omel Seng.

"Kenapa tidak ada, super hero kan juga manusia. Wah, waktu itu seru sekali. Aku benar-benar merasa seperti iron man!"

Seng berdecak kesal. Tidak tahukah Ole bahwa ia sangat takut jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada mereka.

Ole mengusap lembut pipi si manis dengan tangan kanannya. "Aku tahu sayang, kau pasti sangat khawatir. Tapi semuanya sudah berakhir dan kita menang. Tidak ada yang perlu di khawatirkan."

Seng menghela napas kasar. "Tapi Ja dan First belum sadar," gumamnya.

Ole beranjak dari ranjangnya, dengan tertatih akhirnya ia duduk di hadapan Seng dan mengecup bibir plum kekasihnya itu. "Kau tahu kan beruang itu suka sekali tidur. Dia pasti akan bangun, walau sedikit lebih lama. Dan untuk First, ia akan segera bangun. Aku yakin itu."

Seng hanya bisa mengangguk pasrah setelahnya. Sepasang kekasih itu kembali berciuman dan membuat perawat yang hendak menyampaikan sesuatu tersipu di ambang pintu.

"Hum-maaf mengganggu tuan-tuan," ucap perawat manis itu.

Seng dan Ole melepaskan ciuman mereka dan menoleh dengan wajah sebal. Kalau saja Ja disana, ia pasti terkekeh mendengar omelan sepasang kekasih itu dalam benaknya karena acaranya terganggu.

"Iya ada apa dokter?" tanya Seng dengan ramah.

"Maaf tuan, tapi saya bukan dokter.."

Wajah ramah Seng menghilang, dan dia menggerutu sebal. Ole hanya terkekeh dan mengusak sayang surai kekasihnya

"Apa sudah waktunya aku di periksa, suster manis?" tanya Ole kelewat lembut, memamerkan dimple yang selalu membuat kadar ketampanannya meningkat berkali-kali lipat. Dan Seng benci harus berbagi itu.

"Suster, kalau kau kemari hanya untuk menunjukkan wajah tersipumu, maka percuma. Pacarku ini sukanya yang liar, menantang dan tidak mudah tersipu sepertiku!" omel Seng.

Ya dia memang tidak mudah tersipu pipinya, tapi telinganya yang selalu memerah merupakan ciri khas setiap kali Seng merasa malu, dan Ole hampir setiap saat selalu berhasil membuat telinga itu memerah, seperti sekarang.

"Ah-ya benar suster, aku sukanya telinga yang memerah. Bukan pipi yang memerah. Jadi tolong katakan ada apa, sebelum telinga pacarku terbakar karena saking merahnya," timpal Ole, dan langsung di hadiahi cubitan gemas oleh si manis.

"Saya hanya ingin menyampaikan bahwa teman kalian, First Chalongrat sudah sadar. Saya permisi," ucap suster itu. Demi Tuhan, wajah manis Seng yang berubah serius dan menatapnya tajam nampak menyeramkan.

 Voice [M] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang