24
"Terkadang kita dapat menerima kebaikan tak terduga di antara kesialan yang menimpa,"---Aisha Valerie.
.
.
.
."Ichaaa, banguun sekolaah!"
"Kaaaak, Kaak Ichaaa!"
Seorang gadis masih terlelap dalam tidur. Mendengar teriakan namanya, mau tak mau membuat ia terbangun. Meski terasa berat untuk menggerakkan kelopak mata, ia terpaksa membuka mata dan mengerjap pelan. Perlahan bangkit dari tempat tidur dan menyibakkan korden. Suara teriakan itu masih memanggilnya.
"Hari ini kelasku kosong, gurunya lagi cuti melahirkan," sahut Aisha setengah berteriak setelah menguap.
Ibunya mulai masuk ke dalam kamar Aisha.
"Ada berapa mapel hari ini? Masa cuma satu?" Eska mulai menatap dengan curiga."Ya, ya...." Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ma izinin aku buat bolos dong, kali iniii aja... plisss Ma," rengek Aisha.
"Mata kamu kenapa bengkak? Habis nangisin apa?" tanya Eska penuh perhatian.
"Itu a-anu... masa sih, Ma?" Aisha mencari letak kaca di depan lemarinya. Benar ucapan ibunya. Apakah efek setelah menangis benar-benar se-ekstrim ini?
'Eh, tapi perasaan. Aku nangisnya pas kemarin siang, kok mama baru tahu sekarang?' Pikirannya bermonolog.
"Kamu lagi patah hati ya? Bisa-bisanya nangis sampe bengkak!"
"Ma... surat izin ya," ucap Aisha kembali.
"Iya, iya nanti Mama buatin. Sudah tenangin saja diri kamu."
Ibunya berlalu, namun, tak berselang lama. Terdengar suara Aryo--ayahnya-- memanggil, "Icha, sudah jam hampir jam 7, kenapa belum berangkat?"
Mampus!
Hilang sudah harapannya untuk membolos. Ia segera beranjak ke kamar mandi, mandi capung.
--------------------
Aisha berangkat menggunakan jasa ojek online, karena tidak mungkin ia bersusah payah mengayuh sepeda, sedang waktunya sudah terlalu mepet. Tak lebih dari sepuluh menit, ia sudah turun dari jok. Mengeluarkan selembar uang untuk membayar.
"Makasih, Pak!" ucap gadis itu sembari berlari memasuki gerbang yang belum di tutup.
Ia masih terus berlari, menyusuri koridor dan menaiki anak tangga menuju ruang kelasnya--X MIA 4.
Aisha merasa suasana sekolahan sudah agak sepi. Dan saat ia menengok kelas yang ia lewati, rata-rata para siswa sudah stay di kelas masing-masing.
'Semoga aku udah nyampe kelas, sebelum bel' rapalnya dalam hati.
Seperti orang kesetanan saat ia menemukan ruang kelasnya, ia segera melesat masuk ke dalam. Napasnya masih memburu, dan ia menjadi pusat perhatian, seperti hari kemarin.
Feyla dengan hati-hati bertanya kepada Aisha, "Cha, lo tumben baru dateng jam segini? Kenapa?"
"Huh-ben-bentar... gueh ambil napas duluh!"
Setelah berhasil menetralkan napasnya. Aisha menengok ke belakang, tempat di mana Feyla duduk dengan teman sebangkunya.
"Nggak kenapa-napa sih, semalem abis maraton drakor."Padahal, semalam ia tidak bisa tidur karena memikirkan Reyes dan sahabat yang kini duduk di sampingnya--Tiara.
Aisha mencoba menengok ke samping, Tiara masih bergeming. Fokus dengan bacaannya atau memang pura-pura tidak peduli. Aisha tidak tahu.
"Pacarnya atlet mostwanted bisa dateng terlambat ya ternyata, ck." Seorang cewek berambut agak pirang kembali memanaskan suasana.
Secepat kilat Aisha melotot, dan cewek itu masih dengan mode julid mulai berbisik dengan teman segengnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Mas Atlet
Teen FictionAisha Valerie yang menyukai dalam diam, dan malah berkesempatan dekat dengan atlet volly most wanted, Reyes Delvin Anderson. Gara-gara nilai matematika yang anjlok. Lantas apakah pertemuan antara Aisha dan Reyes memiliki timbal balik? Apakah Aisha b...