tigapuluh enam

48 1 0
                                    

36

"Ketika orang lain pernah berbuat buruk kepada kita di masa lalu. Haruskah kita membalasnya dengan keburukan juga? Jika iya, berarti kita sama-sama buruk. Dan aku tidak mau hal itu terjadi, aku ingin belajar dari filosofi buah mangga,"--- Aisha Valerie.

...
.
.
.

Seorang gadis duduk menyendiri di taman belakang sekolah. Semenjak hari dimana ia memberi tahu kedua orang tuanya tentang lomba melukis, ia menjadi sedikit pemurung. Memang  menginginkan sesuatu atau apapun dari manusia itu menyakitkan jika tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Dan Aisha telah melakukannya, alhasil ia kecewa. Padahal, yang dia inginkan hanyalah dukungan.

Tiba-tiba dari arah belakang, ada seorang cowok mengernyit ke arah cewek itu. Karena penasaran, cowok itu mendekat, anehnya ia berdiri di depan Aisha yang terduduk melamun. Meski begitu, Aisha tidak berhasil terdistraksi.

Bunga-bunga di taman tampak indah, tapi tidak ada artinya.  Ada perasaan musim gugur saat melihat  orang yang kita sayangi terlihat murung. Kedatangannya benar-benar tak dihiraukan oleh gadis itu.

Gemas, ia melambaikan tangannya ke hadapan wajah Aisha. Sang empu mengerjap pelan. Tersadar jika selama ini ada orang tepat di depannya.

"Eh, oh, lo ngapain di sini?"

"Gue? Nyari udara seger. Eh kebetulan ada elo," jawab Reyes santai.

"Oh," hanya itu yang keluar dari mulut Aisha.

"Lo tadi liatin apa?"

"Liatin elo," jawab Aisha datar.

Reyes mengambil posisi untuk duduk di samping Aisha. Mencoba memperjelas indra pendengarannya, apakah ia salah dengar. "Serius, lo liatin gue?"

Menyadari ada yang salah dengan perkataannya. Pipi Aisha memerah.

"Apaan sih? Nggak, gue itu lagi fokus liatin mangga di sana," cicitnya asal. Jari telunjuknya mengarah ke pohon mangga yang tak jauh dari tempat duduk mereka.

Reyes mengangguk-angguk maklum. "Oh, lo ngidam mangga? Ya usaha kek dari tadi, jangan cuma diliatin!"

Aisha membelalakkan matanya tidak percaya, bisa-bisanya Reyes berkata seperti itu.
"Eh, bajigur. Siapa yang ngidam woee!"

"Ya elo, siapa lagi?"

"Anjir lo, lo pikir gue lagi hamil!" ucapnya ketus.

Reyes tersenyum miring. "Siapa bilang lo hamil? Lo nggak tau ya? Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia, ngidam itu banyak artinya, yaitu;
memalarkan, membayangkan, memimpikan, mencita-citakan, mendambakan, mengangankan, mengharapkan, mengincar, menginginkan, mengigaukan, mengkhayalkan, merindukan. Dan elo termasuk yang mengincar. Bukan begitu, Mbak Aisha?"

Sial, sial, sial. Aisha dibuat tak bisa berkata-kata lagi. Mulutnya yang sedari tadi ingin membalas, kembali terkatup.

'Seseorang tolong ambilin kresek item untuk mukaku ini,' batin Aisha.

"Bentar, lo tunggu di sini!" titah Reyes tegas.

"Lo mau kemana?"

"Ngetes ilmu."

Cowok itu beranjak berjalan mendekat menuju pohon mangga. Reyes melepas sepatu beserta kaus kakinya. Menggulung celana abu-abunya sebatas lutut. Ia menatap dirinya sendiri, dan memantapkan hati untuk memanjat.

Aisha melongo. Tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

--------------

Kini Reyes sudah berada di bawah pohon, dengan sebuah mangga yang sudah tampak ranum di tangan kanannya. Ia mendekat ke tempat tadi ia duduk.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang