ꗃ. fourteen.

4.4K 678 10
                                    

❪ PLAY SONG; ❫
❛ You Are The Reason ❜
black background is recommended.

























Tuk!

Sebuah kabel Earphone disambungkan pada ponsel milik Jake, memasang earphone itu pada kedua kupingnya. Memutar lagu 'You Are The Reaseon' milik Calum Scott.

Intro lagu mulai terdengar memenuhi gendang telinganya. Ia menutup matanya perlahan, berusaha menikmati lagu yang masih menjadi favoritnya hingga saat ini. Dia membiarkan Sunghoon ketika pemuda itu mencabut earphone sebelah kirinya, untuk ikut mendengarkan lagu yang diputar.



"There goes my heart beating~"

"Cause you are the reason~"

"I'm losing my sleep~"

"Please come back now."

Jake mulai bergumam menyanyikan sesuai lagi itu terputar. Sunghoon disampingnya hanya diam mendengarkan Jake yang mengalunkan suara merdunya, seperti menujukan lagu itu untuk sang Ibu.

"And there goes my mind racing~"

"And you are the reason~"

"That I'm still breathing~"

"I'm hopeless now,"

Sorot mata Jake menatap sang Ibu dengan tatapan yang tak bisa diartikan, tersimpan penuh kerinduan serta harapan yang ikut melengkapinya. Berharap sangat penuh kepada Tuhan agar Ibunya bisa kembali sadar.

"I'd climb every mountain~"

"And swim every ocean~"

"Just to be with you~"

"And fix what I've broken~"

"Oh, 'cause I need you to see~"

"That you are the reason,"

Ah, lagu ini. Sunghoon memanggut paham, ternyata ini adalah lagu yang tadi dinyanyikan oleh Jake saat berada di mobil.

Jake berhenti bernyanyi setelah lirik tersebut, namun manik matanya masih menatap hal yang sama. Bayang-bayang kebersamaan mereka kembali terlintas, bayangan yang menciptakan banyak kenangan kecil maupun besar.

Helaan nafas terdengar, dia menggenggam tangan dingin milik sang Ibu. Mengusapnya dengan lembut menggunakan ibu jari, menyalurkan ketenangan serta rasa sayang yang besar.

"Mom, please open your eyes,"

Jake berucap lirih, seakan pasrah terhadap keadaan. Namun, siapa sangka ternyata jari-jemari yang berada di genggamannya bergerak pelan sedikit demi sedikit. Mengikuti sang empu yang perlahan mulai membuka matanya.

Jake membulatkan matanya, "Mamah?!" Serunya tak percaya.

Sang empu menengok, menatap sang Anak yang juga tengah menatapnya dengan mata yang berbinar. Hal itu membuat kedua ujung bibirnya terangkat ke atas, membentuk sebuah senyuman cantik yang sangat indah dimata Jake.

Sebuah senyuman yang sangat dirindukan, akhirnya bisa kembali ia lihat secara langsung. Tangan sang Ibu terangkat, menyentuh serta mencubit pipi Jake kecil dengan sekilas. Membuat sang empu terkekeh geli dibuatnya.

"Mom.."

Panggilannya tidak direspon, Ibunya masih setia memandangi wajah indah Anaknya dan mengusap pipi berisi itu dengan lembut. Tentunya tanpa melunturkan senyuman yang terpatri diwajah pucatnya.

Beberapa detik kemudian, Jake merasakan usapan pada pipinya lama-kelamaan berhenti. Tangan lentik itu mulai menurun, seiring dengan nafas sang empu yang mulai melemah.

"Mamah!"

Jake memanggil nama panggilan itu sebelum tangan sang empu benar-benar terjatuh pada tempatnya, bersamaan dengan matanya yang tiba-tiba tertutup rapat. Memyembunyikan pupil indah miliknya, yang selalu terlihat saat mata itu terbuka.

Pemuda itu mematung, lidahnya terasa kelu. Sorot matanya menatap sang Ibu dengan tatapan kosong, raut wajahnya terlihat terkejut sekaligus hambar.

Sunghoon yang melihat itu lantas terkejut, matanya menatap sekeliling ruangan itu. Menemukan sebuah tombol didekat brankar pasien, dan segera menekan tombol tersebut tanpa pikir panjang.

Kemudian dia beralih pada Jake yang masih mematung ditempatnya, setiap menatap wanita yang sudah tidak bernafas dihadapannya dengan kosong.

Tak lama, seorang dokter dengan beberapa perawat memasuki ruangan itu. Sunghoon, pemuda itu dengan sigap merangkul pinggang Jake untuk membawanya berjalan keluar. Tanpa di duga, pemuda manis itu menurut untuk dibawa berjalan keluar ruangan.

Dia diajak untuk duduk pada salah satu kursi di depan ruangan, menyenderkan kepalanya pada pundak lebar Sunghoon. Tatapannya masih kosong, namun air matanya tetap mengalir seperti tanpa henti.

Isakan tidak keluar, dia menangis dalam diam. Hanya ada bulir-bulir air mata yang keluar dan membasahi kedua sudut pipi berisinya, membuat Sunghoon menatapnya dengan sedih.

Lalu pemuda manis itu sedikit mendongak, menatap Sunghoon yang ternyata juga tengah menatapnya. Dia menatapnya dengan mata penuh airnya, yang siap kapan saja akan kembali mengalir saat sang empu berkedip barang sekalipun.

"Sunghoon.."

Jake memanggil nama Sunghoon dengan sangat pelan, seperti berbisik. "Please, don't go too,"

Dia berucap kecil tanpa terdengar adanya nada seperti biasa dia bicara, yang ini terdengar sangat putus asa.

Sunghoon tersenyum kecil, menarik Jake ke dalam pelukan hangatnya. Kemudian berbisik sesuatu dengan pelan pada telinga pemuda dalam dekapannya,

"Apapun yang terjadi, I will stay with you."




































































────

hey, any kseung shipper? let's check my new story! ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hey, any kseung shipper? let's check my new story! ♡

ꗃ. loversigh,
November, 2021.

(✓) vestigial, sungjake. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang