Jake mengusap air matanya yang keluar, menarik ingus dan berusaha untuk berhenti sesegukan. Dia merasa sangat cengeng, juga merasa seperti tak mengikhlaskan.
Kini dirinya, dan juga Sunghoon, sudah pulang sehabis berkunjung dari makam Mamahnya. Sekarang mereka berdua tengah terduduk bersebelahan di atas ranjang.
Selesai mengusap air matanya, netra Jake beralih pada Sunghoon yang sedari tadi hanya diam menatap tembok. "Sunghoon?"
"Ya?"
"Kok lo jadi banyak diemnya, sih..."
Ucapan Jake barusan mampu membuat atensi Sunghoon beralih padanya, "Emang biasanya gimana?"
Jake mencebik kesal. "Ish! Tiap hari selalu ngada ulah dan bikin gue emosi aja pura-pura gak tau." Dumalnya.
"Maaf,"
Kedua alis Jake yang tadinya menukik kini sudah kembali seperti semula. "Kenapa tiba-tiba?" Tanyanya.
Sunghoon menaikkan satu alisnya, "Apanya?" Tanyanya balik.
"Kenapa tiba-tiba minta maaf?"
Endikkan bahu Jake dapatkan, lalu Sunghoon berujar. "Gapapa, gak ada alasan logisnya juga."
Sekarang gantian Jake yang menaikkan satu alisnya bingung, raut wajahnya sangat menunjukkan bahwa ia sedang dilanda kebingungan. "Maksudnya?"
Tuk! Tuk!
Sunghoon tak menjawab, dia berdiri dan berjalan perlahan menghampiri jendela kamar Jake yang tertutup hordeng. Dari ranjang, Jake memperhatikan setiap gerak-gerik Sunghoon.
Hordeng itu dibuka, Jake menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Lalu jendelanya juga ikut dibuka, seketika kedua bola mata Jake langsung membulat terkejut.
"Itu merpati?!" Pekiknya.
Sunghoon menoleh dengan spontan, menatap Jake tanpa ekspresi. "Iya,"
"Hell no," Umpatnya tak sengaja.
Sunghoon mengalihkan pandangannya kembali, fokus dengan seekor burung merpati di hadapannya. Netranya menatap secarik kertas yang tergulung, di apit oleh kedua kaki merpati tersebut.
Tangannya tergerak untuk mengambil kertas tergulung itu, kemudian berujar. "Kamu boleh pergi," Kepada burung merpati tersebut.
Tepat setelahnya, merpati putih itu langsung mengepakkan sayapnya beranjak pergi darisana. Sunghoon menutup jendela dan juga hordengnya kembali, lalu berjalan menuju Jake yang masih terduduk diam di atas ranjang.
"Itu apa?" Tanya Jake.
Sunghoon nampak diam beberapa saat. "Surat," Jawabnya sembari duduk.
Kening Jake berkerut, kini kepalanya tiba-tiba terasa pening. Maksudnya apa sih??? Kok ada merpati yang tiba-tiba ngirim surat? Emangnya ada di zaman millenial kayak sekarang?
"Ah, udahlah! Yang itu belakangan aja. Sekarang gue mau tanya,"
"Waktu itu, kenapa lo bisa hilang dan gue temuin lagi─ di... Perlakukan kayak gitu?" Tanyanya sedih. Kepalanya menunduk.
Sunghoon diam. Tapi netranya terus-terusan menatap Jake, menatap pemuda di sampingnya yang tengah menunduk dalam. Jari-jarinya meremas kecil celana training yang ia gunakan.
"Ada yang tau kalo saya itu hybrid, selain kamu." Celetuknya.
Spontan kepala Jake mendongak, menatap Sunghoon dengan raut wajah yang sangat amat terkejut. "Beneran?!"
Sunghoon mengangguk. "Iya, waktu itu dia nyulik dan maksa saya supaya berubah wujud jadi manusia. Buat memastikan benar atau tidak,"
"Karena dia merasa saya gak kunjung berubah, dia marah. Akhirnya dia ngelakuin kekerasan,"
"Tamat."
Grep!
"Huhu, maaf... Harusnya waktu itu gue biarin lo ikut ke bawah buat nyiram tanaman :("
Tubuh Sunghoon tiba-tiba di tubruk oleh Jake, memeluk tubuh pemuda setengah kucing itu dengan erat. Menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya.
Sebenarnya sedikit sakit karena bagian perutnya tertubruk, tapi gapapa lah ya. Tahan aja. First time juga di peluk gini sama Jake.
Kekehan terdengar lolos begitu saja. "Udah lewat, biarin aja." Balasnya santai.
"T─tapi tetep aja, gue jadi ngerasa gak becus tau..." Keluhnya sambil sesegukan.
"Loh? Kamu nangis?"
"Nggak─ hiks, ini lagi nyanyi,"
Karena merasa tak kuat menumpu lagi, Sunghoon mengubah dan membawa Jake ke posisi tidur dengan perlahan. Tentu saja tanpa melepas pelukannya, bahkan hingga saat sudah tiduran.
Kayak cuddle.
"Jangan nangis terus, cengeng," Celetuk Sunghoon.
Anjirr, dah bisa ngatain sekarang.
"Bacot! Gue juga masih kemusuhan sama lo gara-gara tadi pagi ngebugil!!"
"Ya habisnya cuman nemu celana.."
"Kaget, tau! Udah lama gak berubah wujud, eh waktu berubah wujud lagi malah tiba-tiba bugil. Untung cuman atasnya doang!"
Sunghoon tertawa sebentar, lalu mengeratkan pelukannya. Menumpukan satu kakinya di atas kaki Jake. Menjadikan Jake sebagai guling.
"Kamu tau? Sebenernya saya selalu berubah jadi manusia waktu kamu lagi tidur,"
Jake ngebug,
"Ngapain?" Tanyanya.
"Buat kayak gini, melukin kamu waktu kamu lagi tidur. Biar gak kena marah atau amuk," Jawabnya.
"Hah.. Lo meluk gue tanpa pake baju dong?!"
"Iya, hehe."
Jake sempat bertambah ngebug beberapa saat, tak lama ia pun tersadar. Berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Sunghoon.
"Arrghh, lepas ih! Lepaasss!!"
"Nggak mau,"
"Lepas atau gigit?!"
"Tinggal gigit balik."
"Ngeselin!!"
"Biarin."
Oke, Jake nyerah. Pengen rasanya Jake tonjok perutnya biar pelukannya bisa lepas, tapi sayang, Jake masih punya hati nurani. Seketika dia teringat sesuatu,
"Lepas, emangnya lo gak mau liat isi surat tadi?" Tanyanya.
Sunghoon nampak tak tertarik dengan pertanyaan miliknya, dia malah memejamkan kedua matanya. "Males. Mungkin isinya cuman pesan suruhan biar saya ninggalin kamu." Jawabnya tanpa sadar.
".... Emangnya Sunghoon mau kemana?"
Kedua matanya yang tadinya tertutup, kini kembali terbuka. Menelan ludahnya gugup dan merutuki mulutnya yang berbicara seenaknya dengan enteng.
Sunghoon keceplosan.
ꗃ. kinderjay,
1 January, 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) vestigial, sungjake.
Fanfic(fantasy!hybrid) fiction just an illusion. but his feelings for his hybrid are real. ⚠️ (top!hoon; bot!jake). just a little bit Fantasy. HIGH RANK; ⌲ 1 in Jaeyun [06/11/21] ⌲ 1 in Jaywon [13/12/21] ⌲ 2 in Sungjake [22/01/22] ⌲ 2 in Jaywon [12/12/2...