ꗃ. twenty five

3.4K 601 117
                                    

"Huft,"

Helaan nafas terdengar dari bilah bibir Heeseung, pria itu sedari tadi pening memikirkan perkara Sunghoon.

Kemudian netranya menatap Sunghoon yang tengah berpelukan dengan Jake. Lebih tepatnya, Sunghoon yang memeluk pinggang Jake dari samping dan menyenderkan kepalanya pada bahu Jake.

Nafasnya masih terdengar tersenggal, tidak beraturan. Mungkin efek dari rasa cekikan yang ia rasakan sebelumnya. Heeseung yang melihatnya kembali menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

"Lehernya masih sakit?" Jake bertanya.

Sunghoon mengangguk sebagai jawaban, tangan Jake tergerak untuk memberi tepukan dan usapan lembut pada punggung pemuda itu.

Heeseung bukan orang atau manusia, tapi kok dongkol ya liatnya. Jadi berasa ngontrak di bumi.

"Salah mu sendiri kalau berakhir sakit, jadi gagal kan." Celetuk Heeseung.

Jake memberikan deathglare kepada Heeseung yang hendak berbicara lagi, membuatnya menutup rapat-rapat mulutnya dan urung untuk bicara.

"Gausah di dengerin, Hoon. Bisikan setan."

Anjim, iya Heeseung tau kalo dirinya bukan manusia. Tapi pls yha, jangan di samain sama setan juga!!

"Jake, saya mau tanya." Intrupsi Heeseung.

Jake menengok, "Kok lo tau nama gue?" Tanyanya.

Heeseung mengerjap beberapa kali. Lalu menjawab, "Tadi Sunghoon teriak kenceng begitu, yakali saya nggak denger."

"Dia teriak kenceng juga gara-gara lo. Mau nanya apaan?" Balas Jake malas.

"Sudah berapa lama menyimpan rasa pada Sunghoon?" Tanya Heeseung.

Jake tak bergeming, maksudnya? Memangnya dirinya memiliki rasa apa untuk Sunghoon?

"Maksudnya? Rasa apa?" Tanyanya balik.

Heeseung berdecak. "Dasar bocah baru puber. Ya rasa suka atau cinta lah, masa rasa yang pernah ada."

"Dih, nggak jelas. Siapa juga yang suka sama Sunghoon?"

Heeseung berdiri sambil menggelengkan kepalanya heran, lalu berjalan mendekat ke arah Jake. Memegang pundak sebelah kanannya dengan satu tangan, "Jangan bohong. Dari awal saya sampai disini, saya sudah tau tentang itu." Ujarnya.

"Tapi saya nggak nyuruh kamu buat balas cinta juga," Lanjut Heeseung sambil menatap Sunghoon tajam.

Jadi.. Jake menyimpan perasaan terhadap Sunghoon? Dirinya rasa, dia sama sekali tidak merasakan hal itu terjadi dalam dirinya.

"Gimana... Bisa tau?" Tanya Jake ragu.

Bahkan dia sendiri ragu, tapi mengapa orang asing yang berkedok seperti orang melayat ini tau tentang segalanya? Aneh.

Heeseung menatap ke arah pintu balkon yang terbuka, "Harusnya kamu sadar. Dari awal kalian berdua bertemu, Sunghoon yang emang dasarnya dari dulu selalu bikin orang salah tingkah, dan ternyata hal itu juga terjadi di kamu." Dia menjeda kalimatnya.

"Kamu nggak rela Sunghoon di lirik banyak orang, kamu nggak rela kalau Sunghoon kesakitan, dan kamu nggak rela kalau Sunghoon pergi ninggalin kamu."

"Bahkan Sunghoon satu-satunya dan orang pertama yang kamu ajak menemui mendiang mamah mu. Juga satu-satunya orang yang dapat membuat kamu mengurangi rasa kesepian."

"Terakhir, rasanya pasti aneh dan kosong bagimu saat kamu nggak berada dekat dengan Sunghoon."

"Ketergantungan dengan perasaan. Bukannya kalau begitu namanya sudah cinta? Bahkan barusan kamu sampai nangis histeris waktu Sunghoon hampir saya buat menghilang." Finalnya.

Jake dibuat mematung seketika. Seluruh perkataan yang Heeseung lontarkan memang benar adanya dan pernah terjadi, namun ntah efek dirinya yang tak paham tentang persoalan 'asmara' atau bagaimana, dia benar-benar tak menyadarinya.

"Yasudah. Saya mau langsung ke inti,"

Heeseung memegang pergelangan tangan Jake, hendak menarik pemuda itu agar bangun dan beranjak darisana. Tapi namanya Jake, ya pikirannya pasti kemana-mana.

"Eh eh, om mau ngapain om?! Inti apaan maksud lo?! Lo mau nembak gue? Atau mau lamar gue?!" Tanyanya bertubi-tubi.

Kening Heeseung berkerut, "Apasih? Maksud saya, ayo ke balkon. Ada hal yang mau saya omongin,"

"Dan kamu, udahan dulu nemploknya! Nemplok sana sama tembok!" Lanjut Heeseung melepas pelukan Sunghoon pada pinggang Jake secara paksa.

"Jahat... Jake!"

"Sunghoon!"

"Jake!"

"Sunghoon! Huee─"

"Kalian berdua mingkem atau saya bawa ke Isekai?!" Perkataannya barusan sukses membuat keduanya menutup mulutnya rapat-rapat.

Heeseung suka heran, padahal cuman mau ajak ke balkon doang....... Tapi gayanya udah kayak mau pisah rumah tangga.








"Mau ngomongin apa?"

Jake bertanya saat mereka berdua sudah sampai di balkon, menyenderkan tubuhnya pada tralis besi pembatas balkon.

Heeseung berdiri tepat di hadapannya, lalu berujar. "Sudah tau apa saja tentang Sunghoon?" Tanyanya.

Jake sempat terdiam sebentar, memikirkan semua hal yang sudah ceritakan padanya tempo lalu.

"Umm... Dia cerita ke gue kalo dia itu kena sebuah kutukan, tapi dia nggak kasih tau apa penyebabnya. Katanya sih gak inget,"

Heeseung menaikkan satu alisnya, "Hanya itu?" Tanyanya.

Jake mengangguk sebagai jawaban, seingatnya Sunghoon hanya menyeritakan sampai bagian itu saja.

"Hm, wajar aja sih. Ingatan Sunghoon tentang masa lalunya memang sudah di lumpuhkan total. Kalau bahasa di bumi tuh apa ya... Oh, cuci otak!"

"Terus? Yang ngutuk Sunghoon itu, siapa?"

"Lo ya?" Lanjutnya.

Heeseung menggeleng pelan, lalu tersenyum. "Saya hanya bertugas memantau, menjaga, dan membawanya kembali jika hukumannya sudah selesai."

"Menjaga?" Tanya Jake.

"Iya, menjaga. Kenapa?" Tanya Heeseung balik.

"Kalo emang lo menjaga kayak apa yang lo bilang, kenapa waktu Sunghoon di tangkap orang asing lo malah nggak bantu?!" Tanya Jake menuding.

Heeseung maju satu langkah, sedikit membungkukkan tubuhnya agar wajahnya setara dengan wajah Jake. "Kamu pikir itu sepenuhnya tugas saya? Lalu, gunanya kamu sebagai Tuan itu apa?" Tanya Heeseung balik dengan tajam. Membuat Jake skak.

Tubuh Heeseung kembali tegak. "Abaikan. Saya mau langsung ke inti,"

"Daritadi lo udah ngomong gitu. Cepet deh, gue sibuk." Balas Jake.

"Saya mau menawarkan sesuatu." Heeseung menggantung kalimatnya.

"Kalian berdua saling mempunyai perasaan yang sama. Namun hal itu hanya akan mempersulit Sunghoon untuk bisa kembali. Dia itu sudah mati, sudah bukan manusia biasa sepertimu."

"Cara satu-satunya agar dia bisa kembali, yaitu..." Heeseung kembali menjeda kalimatnya.

"Harus menghunuskan sebuah pedang spesial milik dia, hunuskan tepat pada leher atau jantungnya. Hingga Sunghoon benar-benar menghilang menjadi debu cahaya."

"Dan, saya tawarkan kamu dua pilihan. Pertama, kamu yang akan menghunuskan pedang itu karena kamu adalah selaku Tuannya disini. Atau kedua, saya yang akan menghunuskan pedang itu." 

"Jadi, mau pilih yang mana?"







































──────

ANEH BANGET HAHAHA, dis aja apa jangan yaa ╥﹏╥

ꗃ. kinderjay,
January, 2022.

(✓) vestigial, sungjake. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang