ꗃ. eighteen.

3.9K 685 76
                                    

(n) timeskip.
ayoo komen!! 😠









.






























Tak terasa, kini sudah genap dua bulan Sunghoon menetap di rumah Jake. Semakin lama waktu, semakin banyak pula kejadian dan tragedi-tragedi yang dilakukan oleh dua budak itu.

Kayak sekarang, Sunghoon lagi baca-baca salah satu Novel punya Jake. Padahal mah kagak bisa baca, mentoknya harus di eja dulu. Dia cuman sok-sokan bulak-balik lembar Novel sambil pasang tampang sok ambis aja.

Jake berdecak sebal, "Sunghoon! Ayo anterin gue ngasih proposal Osis!"

Sunghoon menggeleng, "Males." Balasnya.

Iya, selama dua bulan ini juga dia ketularan 'Malas' nya Jake. Makin kesini juga makin tengil, sumpah. Tanya aja sama Jake selaku Tuannya.

Eits, tengilnya Sunghoon itu bukan tengil yang suka jail bikin ice mochi tingkat dewa. Tapi, jailnya itu adalah jail yang selalu bikin Jake dag dig dug ser. Jantungnya selalu berpacu tak normal, rasanya udah kek mau loncat dari tempatnya.

Jail kayak gini lebih gak sehat, sumpah.

"Ih, ayo! Gue males kalo sendiri, nanti lo di rumah malah ngotak-ngatik barang punya gue." Dumalnya.

Sunghoon akhirnya menengok menatap Jake, memberikan tatapan mencurigakan. "Oke. Tapi ada syaratnya,"

Nahkan.

Kucheng itu udah paham syarat-syarat juga, tinggal mencapai mufakat aja.

"Apaan syaratnya?" Tanya Jake malas.

"Mandikan,"

"The fuck! Lo bukan mayat yang harus butuh orang buat mandiin!" Balasnya.

"Yaudah saya gak mau anterin,"

"Kucing anjing." Umpat Jake.

Sunghoon kembali menengok, "Kamu ngomong apa barusan?" Tanyanya.

"Nggak ngomong apa-apa,"

"Untung budeg." Lanjutnya bergumam.

"Kata siapa saya gak denger?"

"Hah? Masa lo denger?"

Sunghoon terkekeh, lalu berdiri dari duduknya untuk menghampiri Jake. Dirinya berhenti tepat di hadapannya, "Saya punya empat telinga, kalo kamu lupa." Jawabnya sambil menggerakkan kedua telinga kucingnya.

Lah iya, Jake porget.

"Oh iya, maaf lupa." Balasnya nyengir.

Sunghoon nampak diam sebentar, lalu berujar secara menggantung. "Tapi..."

"Tapi apa?"

"Mandikan kayak waktu itu, dalam wujud manusia."

Brengshake.

"GILA AJA LO!! Gak, gue gak mau!" Tolak Jake sembari membuat tanda silang menggunakan kedua tangannya di depan dada.

Sunghoon tidak membalas, dia malah merangkul lalu menyeret Jake keluar kamar. Tak lupa mengambil topi yang tergantung di belakang pintu kamar.

"Gak usah rangkul-rangkul!"

"Biarin."

Sunghoon baru melepas rangkulannya saat sampai di pintu depan, lalu memakai topi yang tadi ia bawa untuk menutupi kedua telinga kucing miliknya.

"Proposalnya udah kamu bawa, 'kan?" Tanyanya.

Jake mengangguk terpaksa, memperlihatkan beberapa berkas di tangannya. "Udah,"

"Yaudah ayo."

Sunghoon berjalan duluan, dengan Jake yang mengekorinya di belakang. Berjalan menuju halte bus dekat komplek, dengan Sunghoon yang memimpin jalan.

Udah dua bulan nih bos, yakali belom hafal jalanan sekitaran sini juga.

Btw udah cocok jadi pemimpin keluarga belum? Hwhw.

Ngimpi, jadi pemimpin upacara aja belom pernah.

Mereka berangkat menuju sekolah di hari Minggu ini naik bus, mau pake mobil tapi takut kotor karena habis di steam. Jadi ya naik bus ajalah, mumpung ongkos melimpah.



























































*****

"Ada gunanya juga lo ikut, gue jadi gak dikatain jomblo lagi."

Jake cekikikan tepat setelah berceletuk, Sunghoon yang mendengarnya hanya menganggukan kepalanya sebagai tanggapan.

Acara cekikikan Jake ternyata tak bertahan lama, ada aja yang ganggu. Seorang siswi dengan baju ekskul cheerleader menghampiri mereka berdua dengan sebuah senyuman aneh.

Gadis itu membawa ponsel di tangannya, sangat jelas terlihat oleh Jake. Keliatannya sih kayak mau mintain nomor. Sus beut.

Dia berhenti tepat di depan Sunghoon, membuat pemuda yang di hadang menghentikan langkahnya.

"Kakak berdua ini pacaran, atau nggak?" Tanyanya tiba-tiba.

Jake mengerenyit, "Kenapa tanya-tanya?"

"Ya.. Nanya aja sih, kak. Kalo emang belum, aku mau minta nomor kakak yang ini."

Nahkan.

"Gak, gue gak pacaran. Kalo lo mau minta nomornya, ya minta aja. Lagian dia kan gak punya handphone,"

Gadis itu memanggut mendengar penuturan Jake, atensinya kini beralih pada Sunghoon sepenuhnya. "Hai kak, kenalin aku Jihan. Nama kakak siapa?" Tanyanya dengan genit yang dibuat-buat.

Sunghoon sempat diam beberapa saat, lalu segera berujar. "Sunghoon." Jawabnya.

"Oh, namanya ganteng. Kayak orangnya, hehe."

Jihan kembali mengajak Sunghoon mengobrol, membuat Jake yang berada di sebelahnya jadi dongkol. Dia kan pengen cepet-cepet balik, tapi malah ketunda gara-gara sasaeng. cK.

"Udah belum? Gue udah gerah," Sambar Jake.

Jihan menengok, terkekeh misterius. "Gerah kenapa, kak? Panas ngeliat pacarnya asik ngobrol sama aku?"

"Jangan sotoy, dibilang gue gak pacaran sama dia."

"Bohong. Udah kak, ngaku aja. Lagian apa salahnya jujur? Ini bumi juga gak akan kena gulung,"

"Eh, by the way..."

Jihan sedikit terpaku pada sesuatu, Sunghoon di depannya mengikuti arah pandang gadis itu. Dirinya juga terpaku selama beberapa saat.

Sunghoon peka, dia langsung bergerak mengaitkan dua kancing kemeja flanel milik Jake hingga benar-benar terpasang. Membuat dada mulusnya yang tadinya terpampang jelas kini tertutup dengan sempurna.

Selesai mengaitkan kancing, Sunghoon bergerak mendekati Jake. Berujar dengan tangan yang masih berada di dada pemuda itu.

"Jangan nakal,"

"Ayo pulang."

Sunghoon merangkul pinggang Jake, membawa pemuda itu pergi meninggalkan Jihan yang masih menganga. Sedetik kemudian, gadis itu tersadar.

"Anjir, lupa gue video-in! Padahal gemes banget!!!"


























































───────

Jihan adalah kita semua 🤝🏻

anyway maaf baru update yaa, kemarin-kemarin mood aku lagi anjlok bangett :(

ꗃ. kinderjay,
December, 2021.

(✓) vestigial, sungjake. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang