BAB 11 - Garis 2?

1.9K 115 21
                                    

Happy Reading:)
Jangan lupa Vote dan komennya:)

11. Garis 2?

Lagi-lagi hanya sebuah cairan bening yang keluar dari mulut Veryl ketika ia memuntahkan isi perutnya. Tubuh Veryl benar-benar lemas sekarang. Sudah sejak kemarin-kemarin dirinya tidak enak badan dan suhu tubuhnya naik berkali-kali dan sekarang Veryl harus merasakan mual-mual dari ketika di sekolah.

Bukan sekali dua kali Veryl memuntahkan isi perutnya ketika di sekolah, namun berkali-kali.

Mungkin jika ia sakit dan muntah-muntah seperti biasanya ketika ia sakit, Veryl tidak akan merasa khawatir. Tetapi kali ini Veryl merasa sangat khawatir karena ia sudah telat datang bulan seminggu lamanya. Jika saja dirinya belum pernah berhubungan intim, ia tidak akan merasakan khawatir sama sekali, namun nyatanya ia pernah melakukan hubungan intim.

"Apa aku cek aja ya?" Tanya Veryl kepada dirinya sendiri sambil menatap dirinya di pantulan cermin depannya.

"Tapi kalau hasilnya positif gimana?" Itulah yang paling Veryl takutkan. Bagaimana jika dirinya beneran mengandung anak dari hubungan intimnya bersama Aklesh? Veryl belum siap dan mungkin tidak akan pernah siap untuk mengandung anak di umurnya yang masih terbilang sangat belia.

Lagipula jika nanti hasilnya positif, apa yang harus Veryl lakukan? Mengadu kepada orang tuanya? Iya tak yakin orang tuanya tidak kecewa dan membencinya. Mau bilang kepada si pelaku dari keadaan dirinya sekarang juga, Veryl yakin tidak akan berakhir baik. Jadi keputusan apa yang harus Veryl ambil?

Veryl menatap dirinya sendiri. Ia mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri untuk membeli alat pengecek kehamilan. Setelah menghembuskan nafasnya terlebih dahulu agar dirinya merasa untuk sedikit tenang, akhirnya Veryl berdiri dengan tegak, lalu melangkahkan kakinya keluar.

Sebelum benar-benar keluar dari kamarnya, Veryl terlebih dahulu mengenakan Hoodie oversize dan mengambil dompetnya. Ia akan ke Apotek dengan berjalan kaki, karena Apotek tersebut ada didepan komplek perumahannya.

"Non Veryl mau kemana malam-malam begini?" tanya satpam rumahnya yang sedang berdiri di dekat pagar rumahnya.

Sebelum menjawab Veryl mengembangkan senyumnya terlebih dahulu. "Mau keluar, beli nasi goreng didepan komplek." alibi Veryl yang tentu saja berbohong.

"Mau di anterin non? Apa saya aja yang beli. Ini udah malam, gak baik anak gadis keluar malam-malam."

Kepala Veryl menggeleng. "Gak apa-apa pak, sekalian mau cari udara segar aja."

"Yowes kalau begitu."

"Ohh ya, Daddy sama Mommy belum balik pak?"

Pak Santoso, nama satpam tersebut. Ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Veryl. Pak Santoso pun menatap sendu Veryl. Memang Veryl adalah anak yang sesungguhnya tidak kurang kasih sayang. Dia juga bukan anak broken home akibat dari kedua orangtuanya yang sibuk kerja. Tetapi, Veryl suka merasa kesepian. Apalagi Kakanya-Jordan sudah berkeluarga, jadi ia sering merasakan kesepian kala orang tuanya pergi untuk bekerja.

"Emang Daddy sama Mommy kemana pak?" tanyanya.

"Lah, non Veryl gak tahu kalau tuan sama nyonya pergi ke luar kota?"

"Gak tahu, gak dikasih tahu juga." Veryl menjeda ucapannya sebentar, sebelum kembali melanjutkannya. "Yaudah deh pak, aku ke pergi dulu takut kemalaman, nanti tukang nasi gorengnya tutup lagi."

"Ohh iya non, silahkan." satpam itu membantu Veryl membuka pagar rumahnya yang cukup besar itu.

Udara dingin menerpa tubuh Veryl selama perjalanan menuju ke Apotek. Untung saja Veryl mengenakan Hoodie dan celana piyama yang panjang, jadi setidaknya dirinya masih merasakan kehangatan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKLESHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang