Bunglon

90 6 4
                                    

Perkenalkan namaku Anggita Sari atau lebih dikenal sebagai Gita, aku berumur 16 tahun. Pada saat itu.

Hari itu adalah hari dimana tahun ajaran baru dimulai.Naik satu tingkat lebih tinggi dan satu langkah menuju dunia yang sebenarnya.Kaka kelas atau kaka senior atau bahkan kaka tua,entahlah yang aku pikirkan bukan itu, yang ku pikirkan adalah dimana kelasku ? dengan siapa aku duduk nanti ? dimanakah tempat dudukku nanti ?Tak ada yang lain.

Dengan genggaman kuat di tali tasku, ku langkahkan kakiku untuk berjalan mencari tempat yang akan ku diami kurang lebih 9 bulan kedepan.

Tepat di depan kelas yang kurasa benar, sembari menatap gambar photo absen kelas yang ada di ponselku. Aku tak sengaja berpapasan dengan seorang pria.

Awalnya ku kira tidak sekelas denganku,tetapi saat semua teman sekelasku sudah menduduki kursinya masing-masing aku melihat dia duduk di barisan paling belakang.

Semula kuduga dia bernama Chandra,entah apa yang membuat aku yakin dengan nama itu.Tapi saat wali kelas kami mengabsennya baru aku ketahui namanya yang sebenarnya, Garda atau lebih tepatnya Garda Dirgantara.

Nama yang bagus untuk seorang seperti dia,kulit yang gelap, hidung mancung, berbadan tinggi dan dengan gayanya yang so coolnya.

Jujur, aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Baik saat kelas X atau kelas XI.

Aku bukan type cewe yang selalu diam di kelas atau lebih memilih perpustakaan sebagai tempat indah di jam istirahat. Aku lebih senang menghabiskan jam istirahat dengan makan bersama dengan teman-teman baruku atau sekedar mengobrol yang tak jelas.

Aku dikenal sebagai Gita yang berisik, Gita yang memiliki suara toa, Gita anak dance, Gita yang lumayan pintar di kelas (kata salah satu temanku) dan Gita yang tidak bisa diam.Tapi aku benar-benar belum pernah melihat dia selama 2 tahun belajar ini.Tapi aku akui, sejak hari itu aku sering mempehatikannya.

***

1 bulan berlalu aku dan dia kini sudah saling mengenal bahkan pernah sesekali bertegur sapa bahkan mengorol.

Tak ada yang spesial hanya obrolan biasa.Disuatu hari aku tidak melihat keberadaan dia di kelas, aku mencoba bertanya kepada temanku yang menjabat jadi sekretaris perihal kemana dia hari itu.

Temanku menjawab dengan enteng "mungkin 'penyakitnya' kambuh".

"penyakit ?" tanyaku penasaran

"iya penyakit malas sekolah, sudah biasa dia seperti itu, dari kelas XI gak pernah berubah" jawabnya sembari menggelengkan kepala.

Ya temanku yang ku tanya itu pernah satu kelas saat kelas XI.dan entah kenapa pada saat itu aku merasa kecewa.

***

Esoknya, aku melihat dia sekolah.Dia tersenyum kepadaku saat hendak masuk kelas. Senyumannya tipis, tapi entahlah yang kurasakan.Berkesan, itulah yang mungkin aku rasakan saat itu.

Hari demi hari aku semakin banyak mengetahui tentang hal buruknya.

Mulai dari jarang mengerjakan tugas, sering tidur dikelas, selalu bertindak sesuka hatinya tanpa memikirkan orang lain, selalu berkata kasar pada siapapun, bahkan aku mendengar bahwa dia baru saja meninggalkan seorang wanita yang baru saja menjadi temanku tanpa suatu alasan.

Ajeng namanya, dia bercerita bahwa jangan sampai ada 'korban' seperti dia selanjutnya.

Katanya saat kelas X-pun ada yang pernah seperti dirinya. Putus tanpan kata putus,berakhir tanpa ada yang mengakhiri. Semua sosial media bahkan Whatsapp pun di blok tanpa tau alasannya.

Garda Dirgantara[Akhir]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang