last

23 4 3
                                    

HAPPY READING

.

.

.


Gita on focus

Kukira keyakinanku bisa membuatmu berubah

Berubah membuatmu benar benar jadi milikku

Sudah seminggu semenjak kejadian hari itu.

Dan sudah seminggu juga aku merasakan hal aneh dalam hidupku.

Enathlah, seperti ada sesuatu yang hilang.

Om Ganda ? dia sudah mendekam di penjara. Bukan penjara negara, tapi ayah yang mengurungnya di penjara yang ayah buat sendiri. Karna percuma, bila di tebus mereka akan dengan gampang mengeluarkannya, seperti Angga kemarin.

Angga ? dia mati tertembak saat hendak melarikan diri. Setelah menembak Garda dia langsung melarikan diri dan tertembak oleh salah satu team Abang.

Garda ? aku bingung cara menjelaskannya, kini dia..

"ayo, udah siap ?"tanya abang bersender di depan pintu

"ahhh, ayo." Jawabku menutup buku diary-nya Garda.

Mamahnya Garda yang memberikannya padaku, katanya untuk menemaniku dan supaya aku makin yakin bahwa Garda memang benar-benar menyukaiku.

Padahal tanpa buku ini pun aku sangat yakin bahwa Garda pasti merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Tapi setelah membacanya, aku jadi tahu hal-hal yang dirasakan Garda sebelum bertemu denganku.

Garda benar-benar menulis semua perasaannya didalam buku itu, bahkan cerita tentang Haikal, Lia, Anisa, Ajeng bahkan aku pun tertulis disana.

Bagaimana Garda merasa hancur saat mengetahui kondisi Lia saat itu, saat itu Garda sangat menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana Haikal yang menyalakannya atas kejadia Lia, di campakan oleh Anisa. Rasa bersalah meninggalkan Ajeng karna ketakutanya yang akan membuat Ajeng seperti Lia. Bahkan bagaimana saat pertama betemuku dan bagaimana dia memberanikan diri membuka hatinya untukku. Itu semua tertulis dengan lengkap dari sudut pandangnya.

"ayo malah bengong, keburu ujan. Romornya kalo ujan-ujan ke kuburan, nanti pulangnya ada yang ngintil. Mau di intilin ? gue mah ogah" ucap Abang bercanda seperti biasanya

"ihh, jangan ngomong aneh aneh, di intilin beneran tau rasa lu" ucapku berdiri sembari mengambil tas dan pergi mendahului abang.

"yeee, sensian amat lu. Datang bulan"

"lu tuh yang datang bulan, nyebelin amat"

"ehh mana bisa burung aing mengeluarkan bulan, suka pinter nih ade gue"

"ihhhh, bunda" rengek ku pada bunda saat kalah berdebat dengan Abang

"kenapa, udah gede masih aja ribut. Abang udah jangan di ledek lagi adenya" bunda menegur abang yang meledeku dengan menjulurkan lidahnya

"yee, gak seru. Ade nya PMS" ucap abang mencomot satu perkedel yang sudah siap di atas meja.

"aaahhh" ucapku merajuk

"abang udah, kasian" bunda terlihat tak tega

"kalian ini, mau makan atau mau rebut si ?" ayah yang baru keluar dari ruang kerjanya ikut bersuara

Garda Dirgantara[Akhir]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang