Suasana begitu hening. Hanya ada suara langkah kaki yang bersahutan. Dengan keberaniannya yang belum terkumpul sempurna Haruto mengarahkan senter yang ia genggam ke sana ke mari guna untuk lebih leluasa menelisik tiap sudut gedung sekolah itu.
Laki-laki itu cukup lega karena kebetulan ia bertemu Yoonbin yang mau menemaninya. Meski temannya itu selalu saja melontarkan pertanyaan yang seolah mengajaknya untuk berubah pikiran, setidaknya keberadaan Yoonbin membuat rasa takut Haruto perlahan menghilang.
"Kita nyari adek Lo ke mana dulu nih?" Tanya Yoonbin yang berjalan di samping Haruto, tanpa menolehkan pandangannya pada sang lawan bicara.
Haruto yang nampak fokus pada kegiatannya pun menjawab, "ke perpustakaan"
Hal itu sontak membuat Yoonbin menoleh, "Lo tau perpusnya di mana?"
"Nggak" jawab Haruto di ikuti gelengan, "makannya gue mau nyari denah sekolahnya dulu. Siapa tau ada di mading sekolah atau di tempat lain. Yang pastinya nggak bakal jauh dari sini"
"Lah, emang Lo belom pernah ke sini?" Tanya Yoonbin kembali.
"Gue udah berkali-kali ke sini. Tapi gue jarang keliling gedung sini. Terlalu luas dan gue orangnya mageran" Jawab Haruto, detik selanjutnya, pemuda itu membolakan kedua bola matanya kala menemukan sesuatu, "ketemu"
Melihat Haruto yang berjalan ke arah dinding di sampingnya, Yoonbin refleks mengikuti temannya itu, "nemu apaan?"
"Denah sekolah" ujar Haruto dengan antusias. Setidaknya, ia sudah menemukan petunjuk arah yang mungkin sengaja di tempel di dinding di hadapannya.
Haruto nampak mengamati denah sekolah itu dengan seksama. Seketika, pemuda itu menggaruk bagian belakang kepalanya.
Hal itu tentu saja membuat Yoonbin bingung, "kenapa?"
"Hhh, kayanya gue harus nyalin denahnya deh di buku. Di gedung segede gini ada banyak banget ruangan. Gak mungkin gue bisa hafal dalam waktu singkat" jawab Haruto yang mulai membuka resleting tasnya.
Sreet
Tanpa berfikir panjang, Yoonbin melepas kertas berisikan denah sekolah yang tertempel di dinding itu. Seakan tidak takut di marahi beberapa murid atau petugas sekolah nanti.
"Alah lama. Mending langsung di bawa aja nih" Yoonbin menyodorkan lembar kertas itu ke pada Haruto.
Haruto menatap ke arah Yoonbin dengan tatapan terkejut. Lalu pemuda tersenyum sumringah, "tumben pinter bang" tak lama, pemuda itu pun menerima kertas denah yang di sodorkan Yoonbin padanya.
"Haha, gue emang udah pinter dari pas masih embrio" ujar Yoonbin membanggakan diri.
"Iya dah" balas Haruto, "sekarang kita ke perpustakaan di lantai dua, kalo nggak ketemu kita ke perpustakaan di lantai empat, dan kalo masih nggak ketemu juga kita ke perpustakaan yang ada di gedung belakang. Eh tapi masih ada lagi perpustakaan deket taman sekolah, di rooftop... "
"Emang ada berapa perpustakaan dah? Banyak amat" Yoonbin menyela ucapan Haruto dengan nada jengah. Entahlah, rasanya telinga Yoonbin panas mendengar banyaknya perpustakaan di gedung sekolah ini.
"Ada lima"
"Hhh, apa gunanya coba bikin perpustakaan sampe lima begitu. Satu perpustakaan juga cukup"
"Ya namanya juga sekolahnya anak-anak pinter. Pastinya minat baca siswa di sini bagus banget sampe di bangun perpustakaan lima"
"Emang beda ya sekolah anak-anak ambis mah. Untung pas SMA gue nggak sekolah di sini"
Haruto terkekeh mendengar penuturan Yoonbin. Kepalanya ia gelengkan pelan tak habis pikir dengan jalan pikir teman yang lebih tua dua angkatan darinya. Walau Haruto akui sebagai salah satu spesies orang malas membaca sepertinya juga pernah cukup terkejut kala mendengar sekolah ini memiliki lima ruangan perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody School | Treasure✓
Horror❝gue kira urusan kita sama mahluk astral ini udah berakhir. ternyata masih ada lagi?❞ ✧started = 08 -11- 2021 ✧finish = 29 - 12 - 2021