✧epilog✧

1.7K 312 40
                                    

Di dalam ruangan yang di dominasi dengan suara alat pendeteksi detak jantung sebagai latar suara, Haruto menatap ke arah adiknya yang tengah tertidur di atas ranjang rumah sakit. Wajah itu masih pucat, tapi Haruto yakin dalam waktu cepat adiknya akan kembali seperti semula.

"Cuma karena Lo gue rela lawan rasa takut gue" gumam Haruto sembari menatap adiknya dengan seulas senyum menawan. Laki-laki itu mengusap lembut rambut adiknya, "cepet sembuh. Jangan buat perjuangan gue sama temen-temen gue sia-sia dengan berada di rumah sakit terus"

Setelah itu, Haruto melangkah keluar ruang rawat adiknya. Berjalan di tengah koridor yang sepi. Tiba-tiba Haruto teringat akan kejadian dua hari lalu.

"Anjing ngeri!!" Merasa hawa dingin menusuk kulit, Haruto melesat berlari. Masa bodoh dengan aturan rumah sakit yang melarang siapapun berlari di koridor rumah sakit terlebih membuat suara bising seperti yang di lakukan Haruto saat ini.

Iya, ia memang berhasil melawan rasa takutnya. Tapi hanya pada saat itu dan hari itu di saat ia dan teman-temannya nekat masuk ke gedung sekolah Lion King untuk menemukan adiknya yang memang berada di sana.

Tapi setelah hari itu Haruto semakin menjadi orang yang parnoan dan penakut. Bukan hanya dia, beberapa dari mereka pun sama.

Untuk sekedar berjalan santai dan elegan di tengah koridor sepi saja ia tidak berani. Takut-takut jika Hantu merangkak dengan bola mata besar dan pipi tirus mengejarnya dari belakang.

Padahal kenyataannya imajinasinya itu tidak terjadi.

Haruto berhenti berlari saat ia sudah sampai di Looby rumah sakit. Nafasnya terengah akibat kelelahan. Setelah menetralisir deru nafasnya, laki-laki itu berjalan ke arah taman rumah sakit yang tak jauh dari sana.

Di taman itu, ada teman-temannya yang menunggunya. Haruto awalnya hendak menyapa, namun tidak jadi saat melihat tingkah teman-temannya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala.

Teman-temannya itu duduk berkumpul di atas tikar besar bermotif koala. Sudah di pastikan itu milik Junkyu yang kini tengah tertawa, sesekali memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.

Pandangan Haruto kini beralih pada Yedam yang tengah memetik senar gitar, dengan Jeongwoo dan Jihoon sebagai sang vokalis yang menyanyikan lagu entah apa itu, Haruto tidak tahu. Di sebelah Jeongwoo, Asahi menepuk tangannya sebagai pengiring musik tambahan, wajahnya nampak kalem tapi tidak dengan tingkahnya.

Di sana Junghwan sibuk berebut sisa snack yang ada dengan Yoshi yang tak mau mengalah.

Haruto geleng-geleng kepala di buatnya. Bisa-bisanya teman-temannya itu piknik di taman rumah sakit seperti ini. Benar-benar tidak tahu malu, tapi Haruto suka.

Dengan langkah sedikit berlari pemuda itu menghampiri yang lainnya lalu duduk bergabung.

"Gimana keadaan adek Lo?" Tanya Hyunsuk membuka pembicaraan.

"Udah lebih baik dari sebelumnya" jawab Haruto dengan tangan yang meraih satu kaleng cola.

"Coba To, sekarang bagian Lo yang nyanyi" ucap Yedam yang sudah bersiap dengan gitar miliknya.

Haruto menatap heran, lalu menunjuk ke arah dirinya sendiri, "gue? Nyanyi?"

"Iya. Gimana kalo kita Collab aja. Lo, gue, sama bang Jihoon nyanyi lagi psycho redfelfet. Nanti Lo bagian openingnya. Tau kan yang huuuu~"  Jeongwoo menyanyikan nada tinggi yang akan di jadikan bagian Haruto.

Sedangkan Haruto memasang wajah masam, "Lo mau gue tabok pake sendal swallow nya bang Jaehyuk?!"

"Heh! Nggak usah sebut merek dong! Nanti kalo kedengeran sama pihak perusahaannya kan nggak enak kalo gue di suruh jadi brand ambassador. Bisa-bisa nanti Lo semua ngemis tanda tangan gue lagi pas gue udah jadi artis" sahut Jaehyuk melebih-lebihkan.

Bloody School | Treasure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang