Bloody School - 06

1.2K 273 24
                                    

Bruk

Tubuh Haruto yang tiba-tiba ambruk membuat Yoonbin kelimpungan. Untung saja dengan sigap Yoonbin menahan tubuh Haruto, jika tidak mungkin Haruto sudah jatuh dengan posisi kepala membentur lantai.

"Eh, To! Lo kenapa anjing? Jangan pingsan heh!" Yoonbin menepuk pipi Haruto berulang kali. Berharap laki-laki itu kembali membuka matanya. Namun alih-alih mata itu terbuka, Yoonbin di buat semakin panik dengan pelipis Haruto yang sudah di banjiri oleh keringat dingin.

Dengan perasaan was-was, Yoonbin melirik ke sana ke mari. Mencoba mencari tahu penyebab Haruto menjadi seperti ini.

Cetak

Lampu tiba-tiba menyala. Hal itu tentu saja membuat Yoonbin terkejut bukan main. Dengan keadaan lampu yang menyalah seperti ini, Yoonbin bisa melihat ruangan perpustakaan itu dengan sangat jelas. Meski begitu, tetap ada yang mengganjal.

Pandangan Yoonbin berhenti di lantai yang berada jauh di depannya. Matanya memicing tajam, mencoba melihat dengan jelas benda yang tergeletak di sana. Lantai perpustakaan yang berwarna putih membuat benda itu nampak berlumuran benda cair berwarna merah "apaan tuh?"

Belum lama Yoonbin mengamati benda yang tidak asing itu. Lampu perpustakaan yang tadinya menyalah, kini mulai mati dan menyalah secara berulang kali. Merasa panik, Yoonbin segera menarik Haruto yang terbaring dan mencoba memindahkan posisinya ke punggung. Mencoba menggendong Haruto, meski sulit.

"Aish, nyusahin aja lu, To" desis Yoonbin kesal. Mengapa di saat susah begini keanehan malah semakin menjadi-jadi.

Setelah berhasil menggendong Haruto di punggungnya, Yoonbin lantas berdiri. Pandangan pemuda itu kembali pada posisi benda yang sebelumnya mengambil atensinya. Netranya menemukan benda itu, namun benda tersebut berpindah posisi menjadi lebih dekat. Yoonbin bisa melihat jelas, bagaimana tangan buntung yang semulanya ia kira tangan manekin itu, mulai bergerak acak.

Pemuda itu melangkah mundur. Matanya membola sempurna. Bahkan tubuhnya hampir terjatuh akibat efek tubuh yang bergetar menahan rasa takut.

Perlahan, tangan itu mulai berjalan ke arahnya, menyisakan darah yang mengikuti jejak tangan buntung mengerikan itu. Lampu masih setia berkedip. Gorden perpustakaan yang awalnya menutup kini mulai bergerak seirama dengan tiupan angin yang mendadak berhembus kencang.

Jendela yang mengarah pada luar gedung terbuka. Terkadang menutup tiba-tiba lalu terbuka kembali, menciptakan suara gebrakan yang memekakkan telinga.

Masih dengan posisi Haruto di punggungnya, Yoonbin cepat-cepat keluar dari ruangan itu dengan langkah terburu-buru. Sesekali melihat ke belakang, di mana tangan buntung itu masih setia mengikutinya di belakang. Suara aneh mulai terdengar dan saling bersahutan. Hal itu membuat Yoonbin semakin mempercepat langkah kakinya.

Melihat ada tangga di depannya, Yoonbin langsung menaiki satu persatu anak tangga tanpa berfikir panjang. Menaiki tangga dengan langkah cepat dan posisi yang tengah menggendong tubuh bongsor Haruto, rasanya Yoonbin tidak kuat untuk berlari lagi.

Merasa sudah berada di batas kemampuannya, Yoonbin berhenti untuk sekedar mengistirahatkan kakinya yang pegal. Pemuda itu menoleh ke arah belakang, tangan mengerikan itu sudah menghilang, suara aneh pun sudah tidak lagi terdengar. Lantas hal itu membuat Yoonbin bernafas lega.

Kring krining

Suara kunci yang saling berayun, mengalihkan atensi Yoonbin yang awalnya fokus mengatur nafasnya. Yoonbin melihat ke sekilingnya. Dirinya tengah berada di tengah-tengah koridor. Pemuda itu menengok ke sana dan kemari, untuk mengetahui dari mana suara itu berasal. Lalu pandangan itu berhenti saat melihat ke arah depannya.

Refleks, Yoonbin mengumpat, "fak! Kenapa si satpam gila lagi sih!!"

Di depan sana, cahaya senter menerawang ke sana dan ke mari. Lorong di depannya gelap. Sedangkan satpam sekolah itu tengah dalam posisi membelakanginya.

Karena tidak mau berurusan dengan orang di depannya, Yoonbin berbalik lalu melangkah menghindar. Pemuda itu tidak ingin lari-larian lagi, kakinya bisa mati rasa jika harus berlari dengan kondisi menggendong Haruto yang beratnya tidak bisa di bilang ringan.

Krek

Detik setelah suara ranting yang patah itu, Yoonbin melesat berlari dengan rasa terkejut. Takut-takut kalau itu ulah si penjaga sekolah yang sudah menyadari keberadaannya.

Yoonbin semakin mempercepat langkahnya. Melesat memecah keheningan yang menyelimuti koridor yang di lewatinya. Hingga berakhir di ujung lorong, pemuda itu berhenti. Nafasnya memburu, kakinya sudah tidak sanggup lagi melangkah. Sedangkan Haruto masih setia berada di gendongannya.

Karena kelelahan Yoonbin bersandar pada pintu yang tertutup di sebelahnya. Posisinya masih setia berdiri. Sebenarnya ia tidak kuat lagi menahan berat badan Haruto, namun Yoonbin takut jika ia menurunkan Haruto dan sesuatu muncul, akan membutuhkan banyak waktu untuk menggendong Haruto kembali.

"Hhh, kenapa pas kaya gini lu malah pingsan!" Gerutu Yoonbin dengan mata melirik tajam ke arah Haruto yang masih pingsan.

Klek

Pintu yang tengah di sandarinya terbuka secara tiba-tiba. Otomatis Yoonbin kehilangan keseimbangan. Pemuda itu jatuh ke dalam ruangan itu. Di ikuti pintu yang kembali tertutup.

Di dalam sana gelap. Yoonbin tidak bisa melihat apapun, Haruto yang sebelumnya berada di gendongannya pun tidak ada. Posisi pemuda itu tengah tidur terlentang. Punggungnya terasa nyeri.

Di tengah kegelapan itu, terdengar suara cekikikan. Hal itu berhasil membuat Yoonbin kembali meremang. Lantas pemuda itu memejamkan matanya, walau tidak ada bedanya menutup atau pun membuka mata. Sama-sama gelap gulita.

Suara cekikikan itu berhenti. Kedua alis Yoonbin bertaut bingung. Namun saat pemuda itu membuka mata, ia di kejutkan dengan wajah konyol Jeongwoo yang terlihat jelas akibat senter yang menyeorot di wajahnya. Spontan Yoonbin mengubah posisi menjadi duduk dengan mata yang membola sempurna.

"BANGSAT! KAGET GUE!!" Teriak Yoonbin saat itu juga.

Setelah itu lampu menyalah, di ikuti suara tawa yang lainnya. Bahkan Yoshi sudah guling-guling di lantai dengan tangan yang memegang perutnya yang terasa keram. Hal itu tentu saja membuat Yoonbin memasang wajah masam.

"Setan Lo pada! Untung gue nggak punya penyakit jantung" Yoonbin berdiri, lalu menghampiri tubuh Haruto yang tergeletak tak jauh darinya.

Kasian, mana masih muda.

"Loh? Ini si Haruto kenapa?" Tanya Jihoon khawatir. Pemuda itu langsung membantu Yoonbin mengangkat tubuh jangkung Haruto lalu memindahkannya agar bersandar di dinding.

"Nggak tau, tiba-tiba pingsan pas kita di perpustakaan di lantai dua" jawab Yoonbin.

Junkyu beranjak mendekat, lalu memegang tangan Haruto untuk sekedar mengecek suhu laki-laki itu, "tangannya dingin banget"

"Udah berapa lama dia pingsan?" Tanya Yedam.

"Gak tau dah, udah lumayan lama sih" jawab Yoonbin menerka-nerka.

"Di tabok aja, siapa tau bangun" saran Jeongwoo yang terkesan ngawur.

"Aneh aja Lo. Yang ada malah gak bangun-bangun ni orang" balas Mashiho tak habis pikir.

"Minggir-minggir" Hyunsuk mendekat dengan tangan yang membawa sebotol kecil minyak kayu putih. Lalu ia oleskan ke dahi dan leher Haruto, guna memberikan rasa hangat.

Di sisi lain, Junghwan menatap bingung amplop kecil berwarna kuning yang berada di tangan Asahi. Kedua laki-laki itu menemukannya tergeletak di dekat jendela. Asahi membuka amplop itu tapa rasa ragu. Detik selanjutnya, laki-laki itu tertegun.

"Isinya apa bang?" Tanya Junghwan dengan raut penasaran.

"Ini... Jimat"




















































































































TBC...

Bloody School | Treasure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang