Bloody School - 12

1.1K 262 18
                                    

"TO!! JANGAN DEKET-DEKET, DIA MEGANG PISAU!!"

Langkah Haruto tiba-tiba terhenti di ikuti dengan adiknya yang perlahan mulai mendongak. Rambut panjangnya menutupi wajah pucat dan mata sayunya. Haruto tidak tahan untuk segera memeluk adiknya lalu membawanya pergi dari sini.

Sementara yang lainnya yang masih berdiri di ambang pintu menghela nafas lega kala melihat Haruto tidak nekat melangkahkan kakinya lebih jauh. Ternyata benar apa kata laki-laki itu, adiknya benar-benar ada di sini.

Perlahan, Airin-- adik Haruto menodongkan pisau di tangannya ke arah sang kakak. Bibir pucatnya mulai bersuara dengan nada serak, "pergi"

Haruto menggeleng, hendak kembali melangkah mendekat namun buru-buru Jihoon berlari menghampiri dan menahan tangan pemuda itu, "jangan, To. Bahaya"

"Adek gue bang" Haruto berujar lirih. Raut wajahnya menunjukkan rasa takut dan khawatir secara bersamaan, "gue harus cepet-cepet bawa dia keluar dari sini"

"Dengan keadaan kaya gini? Lo gak sadar? Adek Lo kerasukan!" Jihoon sedikit meninggikan intonasinya.

Haruto terdiam seketika. Pemuda itu beralih menatap adiknya. Keadaannya begitu kacau, tatapan matanya kosong. Apakah ia sudah terlambat sehingga tubuh adiknya sudah di kuasai oleh salah satu Hantu di sini? Haruto tidak bisa untuk tidak merutuki keterlambatannya saat ini.

"Kalian sangat menggangu"

Refleks, Jihoon dan yang lainnya menoleh ke asal suara. Airin bangkit berdiri, kembali menodongkan pisau yang berada di tangannya ke arah dua pemuda itu, "seharusnya kalian tidak datang ke sini. Kalian sangat menggangu"

Kaki gadis itu bergerak melangkah maju dengan gontai, seakan tidak memiliki energi sama sekali. Wajah pucat dan mata lesu serta baju lusuh, Jeongwoo bergidik ngeri melihatnya. Jihoon dan Haruto nampak mematung di sana, membuat teman-temannya yang lain gemas karena kedua laki-laki itu terus bergeming di tempatnya.

"Woy! Ngehindar tolol! Jangan bengong!!" Spontan, Yoonbin berteriak menginstrupsi. Suaranya cukup lantang, namun tidak mampu untuk menyadarkan kedua temannya yang masih hanyut dalam lamunan.

Tak sabaran, buru-buru Junkyu berlari dan menarik keduanya untuk pergi. Tubuh Haruto dan Jihoon sempat limpung akibat tarikan yang tiba-tiba. Jihoon ingin protes, namun melihat raut wajah serius Junkyu yang tak biasa, niatnya segera ia urungkan.

Mereka semua berlari meninggalkan ruangan itu dengan perasaan takut bercampur panik. Airin yang kesadarannya sepenuhnya di kuasai nampak menatap segerombolan pemuda yang berlari menjauh darinya dengan tatapan mata nyalang.

Gadis itu tertawa hingga suaranya menggema di ruangan itu. Bibirnya terangkat menciptakan seringaian mengerikan, "wah, jadi mau main kejar-kejaran nih?"

Dengan langkah gontainya gadis yang tengah di rasuki itu  kembali melangkahkan kakinya, langkah yang awalnya lambat secara perlahan menjadi cepat. Melesat memecah keheningan koridor dengan suara tawa yang semakin menjadi-jadi. Mengejar sekumpulan laki-laki yang menghindarinya dengan pisau tarangkat.

Di sisi lain, Jaehyuk melirik ke arah Asahi yang nampak memasang wajah tenang. Berbeda dari yang lain yang bahkan nyaris berkaca-kaca, "Sa, kita harus gimana?" Tanyanya panik.

"Gak tau" Asahi menjawab dengan wajah lempeng seperti biasa. Jawaban dari pemuda itu, seakan menjadi titik buntu bagi yang lainnya. Karena tidak ada yang lebih paham dengan situasi seperti ini, selain Asahi. Menurut mereka.

Mendengarnya tentu saja yang lain semakin panik. Hyunsuk menoleh ke belakang di ikuti yang lainnya tanpa menghentikan langkah. Dan dari perbelokan koridor muncul adik Haruto yang mengejar mereka dengan langkah cepat.

"Sumpah To, demi apapun Adek Lo serem bener!" Gerutu Jeongwoo dengan langkah yang semakin di percepat.

"Mamak! Gue serasa di kejar nenek Greni tolong!!" Junkyu tidak bisa menahan diri untuk ikut teriak. Kakinya terasa pegal, namun jika langkahnya memelan sedikit saja, bisa-bisa kematian resikonya.

Merasa ada ide, Asahi semakin mempercepat langkahnya, mencoba mengimbangi langkah besar Haruto. Cukup sulit, namun Asahi tidak gentar untuk melangkah lebih cepat agar bisa menyusul Haruto. Hingga keduanya berlari beriringan, Asahi mendekat untuk mengatakan sesuatu, "bisa tahan Adek Lo sebentar?"

Di sebelahnya Haruto nampak bingung dan ragu. Apa maksud Asahi? Apa yang tengah pemuda itu rencanakan?

"Lo gila? Adek nya Haruto bawa pisau" sanggah Yedam nampak tak setuju. Pemuda itu hanya takut, jika Haruto benar-benar melakukannya, bisa saja Haruto terluka akibat terkena tikaman pisau dari adiknya sendiri.

Asahi menoleh sekilas ke arah belakang, lalu kembali menatap Haruto mengabaikan Yedam yang masih memasang wajah heran dan tak terima, "gue gak tau gimana caranya, tapi usahain Lo ngehindar. Gue cuma butuh Lo tahan Adek Lo sebentar, abis itu gue bakal lakuin sesuatu"

"Bisa kan?" Lanjut Asahi setelah jeda beberapa detik. Tatapannya serius dan meyakinkan, membuat Haruto tidak bisa untuk tidak mengikuti arahan temannya itu.

Bisa jadi kan, ini satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan.

Di lihatnya Haruto nampak mengangguk yakin. Pemuda jangkung itu mulai memperlambat langkahnya hingga tertinggal dari yang lain. Tingkah nekatnya itu tak luput dari perhatian yang lainnya.

"To, Lo kenapa?" Yoonbin berniat untuk menghentikan langkahnya. Merasa khawatir, takut-takut terjadi sesuatu pada Haruto yang menyebabkan pemuda itu memelankan langkahnya. Namun buru-buru, Haruto mencegah.

"Jangan berenti! Gue gak papa"

"To, jangan-jangan Lo mau lakuin hal nekat lagi?" Hyunsuk berujar dengan nada memperingati. Jangan lupakan perihal Hyunsuk yang tidak akan terima jika Haruto berbuat gegabah lagi.

"Gue gak papa, nggak usah khawatir" di belakang sana, Haruto berusaha untuk meyakinkan.

"To, gak usah jadi pahlawan kesiangan yang mencoba berkorban buat kita semua!" Jaehyuk ikut bersuara.

"Siapa yang mau jadi pahlawan buat Lo? Geer amat, ini buat adek gue" Haruto membalas dengan sinis. Seketika suasana yang tadinya nampak dramatis kini beralih menjadi menyebalkan.

"Ngeselin banget si Lo! Dasar tai!"

"Jangan nekat, To! Nanti kalo Lo mati gimana? Lo kan belom bayar hutang Lo ke gue" dan bisa-bisanya Jeongwoo mengungkit perihal hutang di tengah situasi genting seperti ini.

Jangan lupakan mereka yang saling berkomunikasi dengan keadaan masih berlari. Tentu saja di belakang mereka, Airin yang tengah kerasukan masih setia mengejar tanpa henti dengan wajah berseri. Jika terus begini, bisa-bisa mereka kehabisan energi.

"Fokus lari! Biar Haruto yang cegah adeknya biar gak ngejar kita terus" ucap Asahi menginstrupsi.

"Hah? Maksud Lo?" Jihoon menatap ke arah Asahi tak percaya.

"Sa! Itu kan bahaya!" Yedam kembali bersuara, masih teguh pada pendiriannya yang tidak setuju dengan rencana Asahi.

"Biarin"

Setelah Asahi berujar seperti itu, Haruto memberhentikan langkah, sedangkan Asahi semakin mempercepat langkahnya. Melihat itu Yedam spontan melotot ke arah Asahi yang nampak biasa saja.

"Sa! Lo gak berniat jadiin Haruto tumbal kan?"

"Kalo iya gimana?"
































































































































































































TBC...

🌝

Bloody School | Treasure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang