BUKAN ANTAGONIS 4

8.5K 1K 50
                                    

Yu bisa yu vote sama komennya, Menerima kritik dan saran! Asalkan tanpa menyinggung!-
Typo bertebaran/

Selamat membaca~

❥may

Malam ini sangatlah tenang, lampu menyala dimana-mana dan kunang-kunang berterbangan menelusuri taman, indah. Taman dikediaman Horge Family sungguh sangat indah dan memanjakan mata. Hanzel harap waktu bisa berhenti saat ini juga, ia sangat menyukai ketenangan dimana ia bisa rileks beristirahat tanpa ada yang mengganggu pikirannya. Yah mungkin itu hanya ada di khayalannya saja. Setelah berada ditubuh Hanzel Horge yang ternyata adalah dirinya di kehidupan pertamanya itu, Hanzel malah lebih tertekan. Hidupnya sangatlah panjang , Hanzel harap saat usianya dua puluh tahun nanti ia bisa mati dengan tenang.

"Danaunya sangat cantik.." gumam Hanzel seraya menutup matanya membiarkan udara segar di malam hari menerpa wajah mulusnya. Ia sekarang tengah berdiri dipinggir danau yang ada di taman keluarganya ini, Hanzel menyukai malam yang penuh keindahan ini.

"Apa yang kau lakukan disini?" Sebuah suara berat membuat Hanzel dengan setengah hati membuka kembali matanya sembari menoleh ke asal suara. Ketenanganku...

"Kak Zin" Zin hanya memandang Hanzel datar, mendekati sang adik membuka Jas putih yang dikenakannya lalu menutupi tubuh kecil Hanzel menggunakan jas tersebut, Hanzel mengernyit ia sudah memakai mantel cukup tebal yang menutupi sebagian dari tubuhnya ini sekarang bebannya malah bertambah lagi. Aku jadi sulit bergerak...

"Hei ini berlebihan, kak apa kau tidak lihat aku sudah memakai mantel setebal ini kenapa kau malah memberikan jas ini padaku?" Hanzel menggembungkan pipinya lucu ditambah jas juga mantel yang kebesaran membuat kadar kelucuan dan keimutannya bertambah berkali-kali lipat.

"Pakai saja jangan protes" ketus Zin, Hanzel hanya mencibir seraya memajukan bibirnya kedepan.

Keduanya duduk bersebelahan dipinggir danau, menit demi menit telah berlalu namun tak ada yang memulai percakapan diantara adik kakak ini, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing memandangi danau dengan cahaya bulan memang sangat menenangkan hati dan pikiran apalagi dengan orang yang tersayang.

Detik berikutnya keheningan pun akhirnya usai.

"Han kau tak perlu sedih karena kau tidak Awaken dan warna matamu tidak berubah.." Zin membuka suara, matanya masih memandang cahaya bulan yang terpantul dari danau,
Hanzel menoleh.

"Tak apa jika fisik mu memang lemah, karena aku akan menjagamu dari segala bahaya yang akan menimpamu." Zin kembali berujar.

"Tapi aku tidak mau hatimu lemah Hanzel" Hanzel menatap kakaknya itu dengan raut yang sulit diartikan. "Jika kau memang lemah dalam kekuatan, tak apa. Asal aku masih ada di dekatmu sampai matipun aku akan terus melindungi mu.."

"Tapi kumohon kuatkan lah hatimu itu agar kau tak terluka di sana.. aku tak ingin kau merasakan yang namanya sakit hati.." Zin menatap Hanzel hangat.

Hanzel mengalihkan pandangannya, ia meraih kedua lututnya dan memeluknya erat lalu menunduk, tatapannya sangat sedih.

Hanzel jadi teringat di kehidupan pertamanya, Zin yang mati karena melindungi dirinya dari serangan mahkluk mitos yang berusaha memangsanya, itu adalah pengalaman yang membuatnya menjadi lebih tak percaya diri dari hari kehari.
Orang yang ia sayangi harus mati begitu saja hanya karena harus melindungi dirinya yang begitu lemah ini. Ia tak bisa tak menyalahkan dirinya sendiri, karenanya orang berharga untuknya mati.

[BL] BUKAN ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang