BUKAN ANTAGONIS 16

3.3K 350 40
                                    


bisa yu vote sama komennya, Menerima kritik dan saran! Asalkan tanpa menyinggung!-
Typo bertebaran/
Tidak diperkenankan untuk plagiat!

Selamat membaca~

❥may



.
.
.

Brak!

Gebrakan meja yang cukup keras berhasil membuat Ziel Heiliger terbangun dari setengah tidurnya. Ia lantas menoleh ke asal suara.

"Apa kau sedang mencari perhatianku Zin?" Ziel menguap kecil. "Maaf Zin tapi kau bukan tipeku." Lanjutnya menstabilkan rasa kantuknya karena ia sudah tidak tidur selama lima hari ini, baru saja ingin tidur eh tidak jadi karena gebrakan tadi.

Zin yang sekarang tengah berdiri sembari menggenggam sebuah surat sihir itu lalu menatap malas Ziel.
"Diamlah, biarkan aku fokus." Ketusnya membaca kembali surat.

"Eh?" Ziel tersenyum jahil, pandangannya terfokus pada surat yang ada pada Zin. "Kakak ipar apa itu surat dari calon istriku?" Ziel berseru.

Zin seketika melipat kertas dengan wangi lavender itu dengan hati-hati, lalu memasukkan nya kedalam sihir ruang miliknya, tapi itu sangat cepat. Dan tepat setelah itu ia segera berjalan ke arah Ziel lalu menarik kerahnya dengan sekuat tenaga, sampai Ziel bahkan hampir terangkat karenanya.

"Bicara apa kau?!" Nadanya tidak tinggi namun penuh tekanan di setiap kata.

Ziel terkekeh, ia menggaruk belakang kepalanya tanpa dosa. "Eh? Memang apa yang aku katakan? Heh?" Ia tersenyum sampai kedua matanya ikut tenggelam.

Zin menggertakan giginya. Zin marah tentu saja! Lebih marah lagi karena ia tak tahu apa yang sedang Ziel pikirkan, apa psikopat ini benar suka pada Hanzel atau hanya ingin membuat ia marah saja. Zin tak tahu... Yang pasti jika Ziel benar ada rasa untuk adik kesayangannya itu ia tak akan pernah membiarkannya, bukan hanya Ziel, ini berlaku juga untuk semua umat manusia bahkan makhluk-mahkluk  alam semesta bahkan akhirat sekalipun, ia tidak akan membiarkan Hanzel dimiliki siapapun! Dewa sekalipun!

"Berhenti bicara omong kosong lagi Ziel, aku tidak segan memotong lehermu sekarang juga." Zin menatap tajam manusia bersurai gelap itu.

Ziel memperlihatkan gigi bertaringnya tersenyum senang. Lalu senyum senangnya hilang digantikan smirk khasnya, ia membuka kedua kelopak matanya lalu ikut menatap Zin dihadapannya, netra semerah darahnya bersinar dikegelapan.

"Benarkah?"

"Tapi apakah kepalaku akan putus? Atau pria dengan darah campuran duluan yang akan mati?" Ziel tersenyum sangat manis setelahnya.

Mata Zin sedikit bergetar, yah sifat asli Ziel sangat jarang terlihat tapi sekali terlihat maka kau akan gemetar setelah melihatnya, wajar jika Zin terusik oleh aura pekat sahabatnya itu sekalipun ia sudah terbiasa. Hanya beberapa orang saja yang tahu dibalik sifat sok akrab dan agak bodohnya itu terdapat iblis haus darah didalamnya.

Kalau bukan karena kekuatannya yang hampir setara dengan Ziel, Zin mungkin sudah hampir berlutut ditanah. Aura membunuhnya bahkan tidak main-main. Ziel dan Zin memang sahabat namun jika itu Ziel keluarga sedarahnya pun Ziel akan membunuhnya jika ia mau, jadi mana mungkin Zin lengah.

Zin mengerutkan keningnya tak suka, ia lalu segera melepaskan kerah Ziel, ia tak boleh terlibat perkelahian serius antara Ziel Heiliger. Bagaimanapun ia masih membutuhkan bantuan dari kepala keluarga Heiliger tersebut, tentu belum saatnya ia mati dan meninggalkan adiknya yang tercinta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] BUKAN ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang