BUKAN ANTAGONIS 5

7.5K 953 66
                                    

Yu bisa yu vote sama komennya, Menerima kritik dan saran! Asalkan tanpa menyinggung!-
Typo bertebaran/

Selamat membaca~

❥may

Akademi adalah tempat para generasi muda untuk saling bersaing menjadi yang terbaik, bisa dibilang akademi adalah dasar untuk para calon pemimpin dimasa depan.

Mereka yang kuat yang akan memimpin segalanya, dan mereka yang lemah akan berusaha mengejarnya.

Hanzel Horge berasal dari keluarga bersejarah dan terpandang kelebihannya hanyalah itu, kehidupan pertamanya buruk dan tak terhormat. kehilangan keluarga, tak memiliki kekuatan sihir, sepasang matanya yang tak memiliki perubahan warna hingga akhir hayatnya pun ia tetap lemah. Hanzel benci kenyataan itu ia ingin berguna, ia ingin menjadi kuat agar orang-orang berharganya tak direnggut lagi darinya. Di kehidupan ketiganya ini Hanzel janji akan menjadi kuat dan melindungi orang-orangnya.

"Tuanku lebih baik kita hentikan saja latihan berpedang ini, wajah anda sangat pucat tuan.." Luck menangkup kedua pipi Hanzel, membuat sang empu menghentikan gerakan pedangnya.

"Luck ini baru dua puluh menit, kau hanya berlebihan aku tak selemah itu!" Hanzel menepis kedua tangan Luck dari wajahnya yang memang sudah pucat itu.

"Tapi tuan-"

"Jika kau tak mau membantu ku berlatih pedang, aku akan meminta bantuan pada yang lain saja." Ujar Hanzel seraya mengayunkan kembali pedang kayu ditangannya.

Luck menghela nafasnya pasrah, Tuannya setelah hidup berkali-kali makin keras kepala saja. "Baiklah mari kita lanjutkan gerakan dasar tadi." Final Luck membuat Hanzel yang tadi sedikit murung kini tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, wajahnya terlihat berseri-seri membuat Luck menyunggingkan senyum tipisnya.

Sudah dua jam berlalu keduanya baru saja menghentikan kegiatan mereka sekarang, wajah Hanzel sekarang ini sudah sangat merah, jantungnya berdegup kencang nafasnya tersengal kelelahan. Luck dengan lembut menyeka keringat yang bercucuran pada Hanzel menggunakan sapu tangannya. "Anda terlalu memaksakan diri tuanku" ujar Luck disela kegiatannya.

"Ish.. bukankah ini tak ada apa-apanya dibandingkan dengan latihan mu selama ini.." sanggah Hanzel dengan wajahnya yang sudah pucat pasi.

"Aku juga ingin menjadi kuat sepertimu.." tatapan Hanzel begitu sendu, Luck mengangkat tangannya mengelus pipi kiri hanzel dengan lembut.

"Anda tak perlu menjadi kuat tuan, ada saya bersama anda.." Hanzel kembali menepis lengan Luck dari pipinya. Kata-kata dejavu itu Hanzel tak mau mendengarnya lagi.

"Apa maksudmu Luck?.... Kau ingin aku selalu lemah?... Kau ingin aku untuk menyaksikan kematianmu dan orang-orang berhargaku lagi hah?" Kedua mata Hanzel memerah, air bening terlihat disudut matanya, ia meraih kerah baju yang Luck kenakan dan menariknya.

Luck tertegun pupil matanya membulat sempurna, kematiannya... Ia baru ingat tentang kematiannya, demi melindungi tuan berharganya nyawanya terrenggut.

Saat itu monster-monster tingkat tinggi tiba-tiba saja keluar dari wilayah mereka dan menyebabkan kekacauan di ibukota, Hanzel saat itu juga berada di ibukota ia hampir mati hanya karena ia tak sengaja bertemu dengan monster kelas SS tapi untungnya Luck datang tepat waktu untuk menghadapi monster ganas itu ia berhasil mengalahkan mahkluk jelek itu walau bayarannya adalah nyawanya sendiri, itu adalah kematian pertama yang Hanzel lihat dan itu adalah kematian Luck sahabatnya yang berharga.

[BL] BUKAN ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang